Wayang Terakhir Sang Cermo Manggolo  

Reporter

Editor

Selasa, 10 Mei 2011 19:16 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Partokromo adalah sebuah janji dua raja besar. Prabu Pandudewanata dari Hastinapura dan Prabu Basudewa dari Mandura. Mereka sepakat besanan, mengawinkan anak mereka, Arjuna dan Sembadra. Janji adalah hutang yang harus tetap dibayar. Meski kedua raja diceritakan akhirnya meninggal sebelum menetapi janji, rencana perjodohan itu tetap dilaksanakan. “Dengan berbagai konflik, keduanya akhirnya menikah,” kata Margiyono, 60 tahun, seorang dalang asal Sewon, Bantul, kepada Tempo Selasa siang tadi.


Lakon wayang yang biasa dikenal masyarakat Jawa dengan kisah Arjuna kawin itulah yang terakhir kalinya dibawakan Ki Timbul Hadiprayitno, dalang senior asal Patalan, Jetis, Bantul. Sang Cermo Manggolo, demikian gelar yang disandang Ki Timbul, membawakan dalam sebuah pementasan di Desa Karanggayam, Bantul, penghujung April lalu.


Usai pementasan terakhirnya itu, kesehatan Ki Timbul menurun. Rabu malam dua pekan lalu, dia dilarikan ke Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Penyakit paru-paru dan bronkitis yang dideritanya tak lagi bisa kompromi. Tiga hari dirawat, Ki Timbul minta pulang ke rumah. “Rawat jalan saja,” kata Kasidi Hadiprayitno, putera keduanya menceritakan.


Advertising
Advertising

Seolah sadar ajalnya sudah dekat, dia mengajukan sebuah permintaan pada Kasidi. Seperti lakon terakhirnya, Arjuna Kawin, dia meminta rencana perkawinan cucunya, Niken Warsiki (puteri Kasidi) dan calon suaminya, Wahyu Nur Pratama, dipercepat. Padahal pernikahan keduanya semula direncanakan berlangsung tahun depan. “Kalau tidak, bisa menyesal seumur hidup,” kata Kasidi, yang menjabat guru besar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, menirukan ucapan bapaknya saat itu.


Tak ingin menyesal, pernikahan pun digelar, Jumat (6 Mei 2011) pekan kemarin. Lepas resepsi pernikahan sehari sesudah akad nikah, Sabtu (7 Mei 2011), pagelaran ketoprak klasik pun berlangsung meriah. “ (pementasan ketoprak) Itu juga permintaan bapak,” kata Gesang Sudrasono, anak Ki Timbul yang lain.


Pesta besar sudah berlangsung. Permintaan sudah terpenuhi. Senin malam kemarin, kesehatan Ki Timbul justru kian memburuk dan bertambah kristis. Sejak pukul 20.00 WIB, menurut Gesang, bapaknya tak lagi bisa bercakap-cakap. “Bapak hanya menunjuk-nunjuk.”


Dan, sekitar lima jam kemudian, Ki Timbul Hadiprayitno, dalang tiga jaman itu berpulang, tepat pukul 01.15 WIB, Selasa dini hari tadi. Dia meninggalkan dua orang istri dan delapan anak kandung. Selasa siang hampir sore, jenazahnya dimakamkan di tempat pemakaman umum di desa Panjang Jiwo, Bantul, di samping makam istri ketiganya yang telah berpulang pada Desember 2004 lalu. Selamat jalan Ki Timbul.


ANANG ZAKARIA

Berita terkait

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.

Baca Selengkapnya

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.

Baca Selengkapnya

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.

Baca Selengkapnya

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.

Baca Selengkapnya

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.

Baca Selengkapnya

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.

Baca Selengkapnya

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.

Baca Selengkapnya