Tafsir Sudiarta atas Hasrat Purba  

Reporter

Editor

Rabu, 6 April 2011 11:33 WIB

Karya I Wayan Sudiarta pameran bertajuk Out of the Locker".(TEMPO/ROFIQI HASAN)
TEMPO Interaktif, Denpasar - Seorang perempuan seperti terbang di angkasa. Sepintas ia adalah bentukan visual dari awan berarak di atas sebuah gunung berapi yang tengah menyemburkan awan panasnya. Belahan merah yang mendekati warna lahar saat meluncur turun ke dalam jurang menegaskan asosiasi terhadap bentuk itu.

Namun lukisan bertajuk Ritus dalam Gelas sama-sekali tak ada kaitannya dengan letusan gunung berapi. Menurut pelukisnya, I Wayan Sudiarta, lewat karya itu ia sedang menggambarkan situasi sosial saat ini ketika pemujaan terhadap seksualitas seolah telah menjadi ritus sehari-hari.

Memang, bila ditilik lebih cermat, Ritus dalam Gelas mengambil obyek kelamin perempuan yang dijadikan pemujaan. Simbolisasinya adalah gambar dua tangan yang tertangkup rapat dan menjulang ke selangkangan sang perempuan. “Ini realitas problem seksualitas yang kita hadapi sehari-hari,” ujar Sudiarta tentang karyanya yang kini tengah dipamerkan di Bentara Budaya Bali, Denpasar, hingga 8 April mendatang.

Dalam pameran bertajuk “Out of the Locker” itu, Sudiarta menampilkan enam lukisan, dua karya instalasi, dan satu karya tiga dimensi. Karya-karyanya itu bercerita tentang problem seksualitas terbaru. Lihatlah dalam seri tiga lukisan yang dipajang vertikal. Pada lukisan pertama, Sudiarta memvisualkan vagina layaknya monster yang memiliki kekuatan luar biasa. Di lukisan kedua, ia mengolah fantasi hubungan antara wanita dan wanita alias lesbianisme. Adapun di visual ketiga, ia mengambil obyek keliaran hubungan seks antara manusia dan binatang.

Inspirasi dosen seni rupa di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali, untuk menggali tema-tema tentang penyimpangan seksual dan pemujaan terhadap hasrat purba itu muncul ketika dia banyak membaca berita di media massa. “Berita populer selalu terkait dengan masalah itu. Tak peduli siapa pun yang melakukannya,” kata perupa kelahiran Peliatan, Ubud, Bali, 23 April 1969, ini.

Sudiarta menyatakan di bawah sadarnya ia sering merasa tercekam oleh kekhawatiran fantasi akan hasrat purba itu. Semacam kecemasan bahwa manusia akhirnya akan takluk kepada nafsu seksual belaka. Apalagi belakangan ini seks sudah mulai dilakukan anak-anak pada usia yang sangat dini.

Pengamat seni rupa yang juga kurator pameran, Hardiman, menilai karya-karya itu mempertontonkan cara Sudiarta menafsirkan seksualitas menggunakan idiom tradisi, tapi sekaligus mewakili corak kekinian. “Ia menggunakan bahasa rupa Bali untuk tema yang sangat kontemporer,” ujarnya.

Kelebihan Sudiarta, menurut Hardiman, diperoleh karena dia pernah belajar kepada sejumlah maestro seni rupa tradisional Bali, seperti Wayan Gandera, Ketut Djudjul, Wayan Daging, dan Wayan Barwa. Jejaknya terlihat pada figur-figur dan idiom yang mendekati bentuk-bentuk wayang.

Sudiarta juga menjelajahi bahasa seni rupa yang formal. Ada kemungkinan untuk memadukannya kemudian diolah menjadi bahasa visual yang unik. Lihatlah dalam karya instalasi ketika dia memajang sebuah bathtub putih kemudian melukisnya dengan sesosok tubuh perempuan. Yang membuat ngeri, slang air itu kemudian diposisikan memasuki organ wanita yang paling intim.

Hardiman menyatakan, secara tematik, Sudiarta berani mengeksplorasi sebuah penyimpangan atau abnormalitas. Ia seakan ingin mengeluarkan suatu hal dari sebuah persembunyian (out of the locker). Ini adalah sebuah pilihan yang jarang diambil oleh para perupa Bali karena pertimbangan tidak mengganggu harmoni sosial. “Lukisannya mempertautkan dialek rupa tradisi Bali dan idiolek miliknya dalam merespons persoalan global,” kata Hardiman, mengenai pelukis yang telah berpameran di sejumlah negara, seperti Singapura, Jerman, dan Italia, itu.

Dalam pameran Sudiarta itu, Hardiman menambahkan, ada dua hal yang mengemuka, yakni bahasan seksualitas dan bahasa formal seni rupa. “Perkara seksualitas yang diajukan Wayan Sudiarta adalah perkara tipe kepribadian yang, oleh masyarakat dominan, sering disebut sebagai ‘abnormal’,” ujarnya.

Suatu kepribadian bisa dikategorikan “normal” bila sesuai dengan tipe kepribadian yang dominan. “Kepribadian yang sama, bila tidak sesuai dengan tipe kepribadian dominan, akan dianggap ‘abnormal’ atau menyimpang (deviant),” ucapnya.

Guru besar antropologi Universitas Pendidikan Ganesha, Nengah Bawa Atmadja, menyatakan karya Sudiarta tidak hanya ungkapan ekspresi. “Ini sarana menengok realitas yang kita sembunyikan,” ujarnya.

Nengah menyimak karya-karya Sudiarta itu sebagai sebuah kritik sosial, juga bagi masyarakat Bali. Ujung-ujungnya, tutur dia, kritik itu harus menjadi cara untuk menepis arogansi budaya dan meneropong upaya untuk memperbaiki diri sendiri.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

35 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya