Perjamuan Imajiner di Galeri Nasional

Reporter

Editor

Rabu, 25 Maret 2009 09:58 WIB

TEMPO/Dwianto Wibowo

TEMPO Interaktif, Jakarta: Ruang utama Galeri Nasional ditata bak sebuah perjamuan makan malam. Seluruhnya ada 20-an meja dan 80 kursi. Tiap meja dikelilingi empat kursi. Ruangan diterangi cahaya temaram merah. Di tengah terlihat bufet dengan tumpukan cangkir, piala, dan cawan.

Satu per satu tamu dipersilakan masuk. Terlihat kebanyakan tamu Italia dan Jerman. Duta Besar Italia untuk Indonesia Roberto Palmieri tampak di antara mereka. Beberapa tamu tampak sepuh. Mereka mengenakan pakaian resmi batik. Ada yang membawa anak-anaknya. Tamu-tamu itu duduk menghadap meja kosong.

Kemudian muncul secara berbaris Rochust Aust, Bosco Pohontsch, Didem Hitit, dan Florian Zwisler. Gabungan seniman Italia dan Jerman itu berlaku seolah pelayan dan musisi restoran. Rochust Aus meniup trompet. Bosco Pohontsch meniup kerang. Lalu muncul Fosco Perinti. Dia memerankan juru masak yang sableng. Ia menyapa para tamu dalam bahasa Italia. Ia berkeliling menghampiri meja satu per satu. Seolah menceritakan menu hari ini.

Inilah pertunjukan memperingati 100 tahun manifesto Futurisme. Pada 1909, penyair Italia, Filippo Marinetti, memproklamasikan manifesto Futurisme di harian Le Figaro, Prancis. Dia mencanangkan seni masa depan yang lebih dekat dengan kehidupan. Sebuah seni yang bertolak dari mesin-mesin sampai dunia masak-memasak. Menurut Rochust Aust, sutradara malam itu, pertunjukan-pertunjukan Marinetti saat itu sering membuat syok masyarakat.

"Futurisme membuka jalan bagi gerakan Fluxus di Jerman," katanya. Fluxus adalah gerakan seni publik yang radikal di Jerman. Pertunjukan malam itu mengambil ide binal Marinetti dalam dunia gastronomi.

Advertising
Advertising

"Marinetti saat itu mengkritik kebiasaan orang Italia makan pasta," kata Rochust. Marinetti sering mengadakan pesta futuristik. Salah satu ide aneh Marinetti adalah dia membayangkan kelak suatu hari musik dari radio bisa membuat kenyang orang. "Maka dari itu, kami malam ini tidak menghidangkan Anda sup atau kodok goreng, tapi musik," kata Rochust.

Malam itu, tiba-tiba ruangan dikurung rekaman derap langkah kaki. Para aktor berbaris. Mulut mereka meniup sempritan kertas yang bila ditiup bisa molor. Prit... prit.... Mereka membagikan piring ke setiap meja. Lalu berkeliling, seolah mencatat pesanan tamu.

Mereka membagi-bagikan pisau, garpu, sendok kecil, dan mangkuk kecil. Ada potongan kecil kertas merah, kuning, dan rempelas sebesar sachet kecil garam atau gula. Mereka mempersilakan para tamu untuk secara imajiner menikmati makanan dari Kota Novara, Italia. Bersamaan dengan itu, ada suara dentingan garpu dari bawah meja. Sebagian meja ternyata ditempeli loudspeaker kecil.

Tiba-tiba terdengar suara musik opera. Para aktor itu berhenti melayani tamu dan mematung dalam posisi masing-masing. Ada yang mematung dalam posisi mengangkat pisau dan ada yang dalam posisi menuangkan gelas. Saat terdengar rekaman deru suara pesawat, para "waiter" itu bergerak kembali dan meminta tamu-tamu menutup kuping. Lalu sang juru masak menghampiri tiap meja tamu. Ia membacakan kalimat dalam bahasa Indonesia: "Keajaiban ini mungkin tidak dimengerti oleh Marconi. Gelombang-gelombang nutrisi masuk diperluas melalui radio".

Marconi yang dimaksud adalah Guglielmo Marconi, penemu radio asal Bologna, Italia. Tiba-tiba terdengar rekaman deram dan derak suara yang dahsyat. Dan kita melihat sebagian meja tamu agak bergetar sendiri. Sendok-sendok dan mangkuk-mangkuk bergoyang sendiri.

Puncaknya, "sang juru masak" dan "waiter"-nya itu menyerakkan piring-piring di meja para tamu hingga piring-piring logam itu jatuh berkelontangan. Mereka lalu berbaring di meja. Mereka seolah menghidangkan tubuh mereka sendiri. Di depan tamu, mereka seolah-olah mengiris-iris bagian tubuh. Ada yang mengiris-iris leher dan paha.

Marinetti, pada tahun 1900-an, sering ditangkap polisi atas pertunjukan-pertunjukannya. Pentas bertajuk Ristorante Santo Food Turismo di Jakarta malam itu tak begitu mengejutkan. Menurut Rochus Aust, sang sutradara, tujuan pementasannya bukan untuk membuat syok pengunjung, tapi untuk membuat situasi lucu yang menyenangkan.

Gerakan Fluxus di Jerman pun, menurut dia, sekarang lebih mengarah ke entertainment. Sebab, apa yang mengejutkan di masa lalu, sekarang telah menjadi hal biasa. Apalagi parameter mengejutkan relatif. "Telanjang di publik di Indonesia bisa mengejutkan, tapi di Jerman sudah tak digubris," katanya.

SENO JOKO SUYONO

Berita terkait

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

2 Maret 2024

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta

Baca Selengkapnya

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.

Baca Selengkapnya

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.

Baca Selengkapnya

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.

Baca Selengkapnya

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.

Baca Selengkapnya

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.

Baca Selengkapnya

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar

Baca Selengkapnya

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI

Baca Selengkapnya