Tiga Seniman Tampilkan Monolog

Reporter

Editor

Selasa, 18 November 2008 09:29 WIB

tiga monologfoto: TEMPO/Tri Handyatmo

TEMPO Interaktif, Jakarta: Bulan biru tergantung di angkasa. Bumi porak-poranda. Seorang pria dalam balutan pakaian compang-camping muncul. Ia memegang tali yang mengikat setumpuk buku. Ia memanggil Paduka Sang Pencipta, lalu menunggu jawaban.

Monolog Danarto itu berjudul "Keluh Kesah Apel Newton". Ceritanya, pada pengujung 2013, kutub-kutub bumi terbalik. Gravitasi bumi lenyap. Seluruh makhluk terlempar ke angkasa. Yang tersisa hanyalah si pria tersebut.

Tak beroleh jawaban, Danarto bertayamum, lalu salat dua rakaat. Ia menyesali masa hidupnya yang terlalu banyak bercanda, tak seperti istrinya, yang saleh. "Kecil rasanya hamba untuk masuk surga Paduka. Tapi, kalau tidak ada hamba, (surga) sepi," kata Danarto, disambut tawa penonton yang memenuhi Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jumat malam lalu.

Begitulah, monolog Danarto diselingi humor di sana-sini melalui pelesetan hingga penggalan kisah tersendiri. Penontonnya dengan bebas tertawa. Apalagi di akhir kisah, saat Danarto beroleh sedikit kuasa Tuhan. Ia menyihir roti merek terkenal yang meluncur dari langit. "Wah, Paduka tahu saja ini roti kesukaan saya."

Sesi kedua diisi Niniek L. Karim. Ia membawakan "Sepuluh Tahun Kemudian", sekuel dari "Mengapa Kau Culik Anak Kami". Naskah aslinya dibuat oleh Seno Gumira Ajidarma dan lalu muncul di sebuah koran dalam bentuk cerpen.

Advertising
Advertising

Niniek memerankan ibu Satria, pemuda yang hilang saat gemuruh pergerakan 1998. Ia lenyap begitu saja tanpa kabar, bersama lenyapnya pemuda lainnya di seantero negeri. Sang Ibu tetap setia menunggu, meski suaminya meninggal beberapa tahun setelah Satria hilang.

Tahun demi tahun berlalu dalam kecemasan akan nasib Satria, dibarengi harapan si anak akan pulang. "Harapan masih ada, apa salahnya. Itulah yang membuatku bertahan," kata Niniek.

Persembahan Putu Wijaya menutup acara malam itu. Monolognya berjudul "Merdeka". Ia tampil ekspresif, eksplosif, humoris, dan penuh improvisasi. Sesekali ia melibatkan penonton, yang antusias merespons.

Putu baru saja mulai bercerita, tiba-tiba pembawa acara masuk ke panggung. "Itulah Merdeka," kata dia membaca judul monolog. Penonton tertawa-tawa saat Putu mengusir si pembawa acara. "Heh, ini udah mulai. Itulah bagian dari korupsi waktu," Putu berseloroh.

Dalam monolognya, Putu menceritakan kisah cucunya, Agus, yang bertanya kepada sang kakek, "Apakah kita sudah merdeka?" Si cucu heran, mengapa orang merdeka masih miskin, masih harus bayar sekolah, ada yang punya banyak mobil dan ada yang hidup susah.

Kisah pertanyaan cucu itu dilanjutkan Putu dengan kisah lain, mengenai seorang tua pemilik burung perkutut yang hendak membebaskan peliharaannya. Alih-alih senang, si burung malah ketakutan. Ia memohon ampun minta tetap ditaruh dalam sangkar. Rupanya, terbiasa hidup di dalam sangkar membuat si perkutut takut dengan keganasan dunia liar.

Ketiga monolog itu begitu memikat. Meski tema dasarnya cukup serius, bumbu humor dan aksi panggung yang menarik serta pelibatan penonton membuat persembahan ketiganya enak diikuti. Dua jam berlalu tak terasa.

Ibnu Rusydi

Berita terkait

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

57 hari lalu

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta

Baca Selengkapnya

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.

Baca Selengkapnya

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.

Baca Selengkapnya

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.

Baca Selengkapnya

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.

Baca Selengkapnya

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.

Baca Selengkapnya

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar

Baca Selengkapnya

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI

Baca Selengkapnya