Tarian dari Kesunyian

Reporter

Editor

Jumat, 14 November 2008 10:14 WIB

TEMPO/Arnold Simanjutak

TEMPO Interaktif, Jakarta: Gelap. Bunyi logam jatuh di tanah. Lalu temaram cahaya merah menunjukkan seorang penari menebar uang koin dan kertas. Di sekelilingnya, dua penari lain duduk membungkuk, lalu bergerak maju-mundur perlahan, menimbulkan kesan mencekam.

Itu adalah pembuka Sinjang, koreografi karya Hanny Herlina. Tari itu membuka pertunjukan empat koreografi Indonesia di Komunitas Salihara, Selasa-Rabu malam lalu.

Sinjang bercerita tentang para penari ronggeng yang setia bertahan dalam dunia seni yang mereka geluti. Koreografi ini diilhami buku Perempuan dan Ronggeng karya Endang Caturwati. Tari itu berlangsung sekitar setengah jam, mengisahkan para penari yang terhimpit dunia modern.

Koreografi kedua adalah Dua Kutub karya Hartati. Seperti judulnya, ia menampilkan dua unsur maskulin dan feminin dalam tari yang dibawakan dua penari muda perempuan, Anggi dan Nurhasanah. Maskulinitas dan femininitas ditampakkan sebagai pertentangan, juga sebagai dua kutub yang dinamis.

Kedua penari mengenakan pakaian yang diambil dari keranjang. Semua dilakukan perlahan, hingga akhirnya tampaklah mereka dalam jubah panjang pria. Kacamata hitam dipakai, lalu pedang kayu diayunkan dan dihunus. Bagai samurai, kedua penari bergerak cepat di sekeliling panggung. Hartati menggabungkan berbagai gerak tari modern dalam koreografi ini dicampur dengan unsur gerak bela diri.

Advertising
Advertising

Berlangsung 20 menit, tari berakhir dengan gedoran yang mengejutkan. Kedua penari bergegas kembali ke keranjang pakaian. Membuang maskulinitas dan kembali ke femininitas mereka.

Tari ketiga adalah karya koreografer Indra Zubir, Paradoks dan Bintang Pagi. Ini adalah dua koreografi yang memiliki hubungan dalam alurnya. Paradoks adalah bagian dari konflik, sementara tawaran solusi dimunculkan di koreografi Bintang Pagi. Keduanya berlangsung sekitar 20 menit.

Indra Zubir bersama penari Ratna Ully dan Rury Avianti bergerak cepat dalam Paradoks. Mereka, manusia modern yang sibuk berkomunikasi dengan telepon genggam, menunjukkan kisah masa kini. Permasalahan silih berganti, tumpuk-menumpuk tanpa pemecahan. Musik yang kejar-mengejar dan berubah-ubah mengiringi tanpa henti.

Semua itu menjadi tenang dalam Bintang Pagi. Dengan memandang bintang, muncul kedamaian yang menenangkan dan keyakinan akan adanya harapan. Koreografi kedua ini terinspirasi oleh puisi karya budayawan Goenawan Mohamad berjudul sama.

Tari terakhir adalah Sabana Grande karya Fitri Setyaningsih. Sabana Grande atau Lembah Besar bercerita tentang kehidupan di lembah besar. Empat putri tidur di atas selimut besar, bernyanyi dan saling berbisik. Burung-burung terbang.

Fitri menghadirkan elemen-elemen yang makin merumitkan. Ada baskom kaca berisi air, sapi kayu, hingga penari-penari yang muncul dengan kostum mirip per. Mereka meloncat-loncat seolah-olah kostum itu memiliki daya pegas.

Koreografi ini absurd dan sulit dimengerti. Tari ini hendak bercerita mengenai gerak perpindahan yang seakan-akan tidur. Gerakan itu menyatukan alam di luar tubuh dan tidur di dalam tubuh. Menurut seorang penarinya, Retno Sayekti Lawu, "Saya merasa pertunjukan ini seperti dibangun dari kesunyian, dan semakin sunyi."

Ibnu Rusydi

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya