Sandur yang Mulai Terkubur

Reporter

Editor

Sabtu, 23 Agustus 2008 10:01 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Usia Sulistiono tidak muda lagi. Rambutnya sudah dibalut uban. Namun Lis Ciblek--begitulah bapak empat anak itu dipanggil--tetap lincah dan bugar, setidaknya untuk ukuran pemain Sandur dengan peran kalong (kelelawar). Untuk peran ini, pemain harus lincah berjumpalitan di tali laso sebesar jempol kaki yang dikaitkan pada dua bambu setinggi 15 meter.

Sulistiono dipanggil dengan sebutan Lis Ciblek karena postur badannya memang kecil dengan tinggi sekitar 150 centimeter. Meski demikian, orang-orang akan berdecak kagum ketika Lis Ciblek mulai memainkan perannya.

Hal itu terlihat pada pentas yang digelar di Alon-Alon Bojonegoro, Sabtu dua pekan lalu. Sekitar 200 penonton yang melingkar di arena berdecak kagum saat Lis Ciblek berlarian mengitari arena berbatas tali rapia berukuran 7 x 7 meter.

Dalam hitungan detik, tubuhnya membungkuk di depan bambu. Raut mukanya serius. Mulutnya komat-kamit seperti membaca sesuatu. Mbah Sukadi, 77 tahun, pawang Sandur, yang ada di sebelahnya memegang kepala Ciblek.

Asap dari dupa mengepul. Seorang lelaki tua yang kerasukan tampak berputar-putar dengan jaran kepangnya. Ritual bernuansa magis itu diiringi gendang dan gong bumbung. Boomm!

Advertising
Advertising

Sandur atau lengkapnya Sandur Kalongking alias kelelawar merupakan kesenian yang sudah berkembang lama di Bojonegoro. Tak jelas dari mana asal muasal kesenian ini. Dalam sarasehan Sandur di Bojonegoro beberapa waktu lalu, ada yang mengatakan bahwa kesenian ini berasal dari Tuban, Bojonegoro, dan Lamongan. "Belum ada parameternya," kata Yusuf Susilo Hartono, penulis dan pengamat kesenian daerah asal Bojonegoro.

Biasanya, kesenian Sandur tampil pada hari-hari tertentu, misalnya pada acara pasca panen atau pada upacara tertentu di makam-makam yang dituakan. Pesan yang disampaikan pun sederhana, yakni soal permintaan kemakmuran kepada leluhur.

Di zaman Orde Baru, kesenian ini sempat timbul-tenggelam. Alasannya, Sandur dianggap memiliki kedekatan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra (organisasi seniman under bow Partai Komunis Indonesia/PKI).

Namun, pada era 1980-an, kesenian ini kembali muncul, meski tak lama. Sebab, waktu itu, para pemuka agama Islam melakukan protes. "Mereka menganggap kesenian ini sebagai pemuja setan," kata Suyitno, 49 tahun, salah seorang pemain Sandur asal Ledok Kulon, Bojonegoro.

Di Bojonegoro, kesenian Sandur kini sudah langka. Dulu ada tiga perkumpulan yang mementaskan Sandur. Kini hanya ada satu perkumpulan dan mereka menetap di Ledok Kulon.

Sujatmiko

Berita terkait

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

57 hari lalu

Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta

Baca Selengkapnya

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.

Baca Selengkapnya

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.

Baca Selengkapnya

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.

Baca Selengkapnya

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.

Baca Selengkapnya

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.

Baca Selengkapnya

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar

Baca Selengkapnya

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI

Baca Selengkapnya