Atraksi Kerinci

Reporter

Editor

Selasa, 7 November 2006 12:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Setelah berjalan di atas api, dua penari berpakaian adat berhasil memadamkan bara api dengan kedua tangannya. Hanya dalam hitungan menit, asap hitam membubung ke atas. Lengkingan penari pun terdengar kencang diiringi entakan musik.Teriakan itu merupakan pertanda dia telah berhasil mengalahkan rintangan tersulit menuju takhta sesuai dengan nama tarian itu, Nitik Naik Mahligai (Jalan Menuju Takhta). Atraksi berbau magis ini dipersembahkan dalam pembukaan Festival Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi, 28 Oktober lalu.Tak pelak, tarian itu menyorot perhatian pengunjung festival yang berlangsung hingga 4 November 2006 ini. Perhatian penonton sudah muncul sejak atraksi pertama, ketika seorang penari membengkokkan dua bilah pedang di hadapan dupa menyala yang melambangkan gelora jiwa. Sementara itu, puluhan penari lainnya berlenggang-lenggok di atas pecahan kaca yang dicampur kertas. Kemudian, secara bergantian, mereka berjalan di atas pisau panjang yang tajam. Tak hanya itu, mereka juga berjalan di atas mangkuk berisi telur panas tapi tidak boleh pecah, mematahkan tombak, serta berjalan di atas paku dan kayu yang ujungnya dibuat tajam. Menurut pengarah tarian, Eva Bramanti Putra, setiap atraksi mengandung arti. Berjalan di atas pedang, misalnya, melambangkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Rintangan paku melambangkan sang pemimpin harus mampu menghadapi masalah dengan tabah, misalnya bila terjadi konflik dalam negerinya. Kertas atau daun melambangkan kemakmuran bagi perekonomian rakyatnya. Pedang dan tombak artinya seorang pemimpin bila dalam keadaan terjepit harus mengambil sikap yang tegas. Sedangkan bara api adalah simbol kebatinan kepada Yang Maha Kuasa.Awalnya, tarian ini merupakan bagian dari prosesi calon raja yang akan memerintah pada masa lampau. Ia harus berhasil melalui rintangan sebelum naik takhta. Prosesi ini kemudian dikembangkan Baginda Rami, leluhur Eva, menjadi tarian yang dibawakan kaum perempuan sejak 1309. "Tidak sembarang orang bisa mempelajarinya," kata Eva. Biasanya penari masih berasal dari keturunan Baginda Rami. Sebelum tampil untuk atraksi tersulit, penari harus melakukan ritual mandi suci dengan buah balimau (jeruk purut) dan pandai membaca mantra. Atraksi yang tidak kalah istimewanya adalah tarian massal untuk menyambut tamu yang datang ke Bumi Sakti Alam Kerinci. Lebih dari 100 remaja putra-putri berpakaian adat dalam aneka warna yang dilengkapi aksesori melakukan gerakan gemulai diiringi suara gendang, rebana, dan bunyi gong di atas hamparan karpet biru menyala. Tarian yang ditata sesuai dengan kondisi geografis Kerinci ini menyuguhkan tiga formasi tarian, mencakup tari Rangguk, tari Tauh, dan tari Ntok Kudo. Anak-anak pun dilibatkan dalam festival ini melalui atraksi gendang yang ditabuh dengan irama angin songsong barat, alunan ombak, dan kidung burung pantai danau.Festival Kerinci yang digelar tahun ini memang terlihat menarik dalam suguhan atraksi. Wajar saja, sejak 1990, festival budaya ini menjadi acara nasional yang bertujuan melestarikan nilai budaya masyarakat lokal. Tahun ini, festival diikuti pula Provinsi Sumatera Barat, Kota Bukittinggi, Kota Madya Padang Panjang, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Solok Selatan. Warga setempat pun menantikan festival ini. Lilawati, 36 tahun, mengaku senang menyaksikan atraksi tarian bersama kedua anaknya seraya menikmati libur Lebaran.Namun sayangnya, pelestarian alam di sekitar Danau Kerinci tampak kurang diperhatikan. Bazar yang digelar di sekitar Danau Kerinci penuh dengan sampah berserakan. Tenda-tenda yang dipasang tidak beraturan menjajakan penganan dan mainan.Selain itu, infrastruktur menuju Danau Kerinci juga tidak memadai. Dari Kota Jambi, Anda perlu waktu sekitar 8 jam dengan jalan darat. Sedangkan dari Padang, butuh waktu 6 jam. Maklum, lapangan terbang Depati Parbo di Kabupaten Kerinci hingga kini belum dapat digunakan. Menurut Wakil Gubernur Jambi Anthony, dibutuhkan Rp 100 miliar untuk membangun bandar udara ini. Maka pengunjung pun harus menikmati festival dengan lelah.Martha Warta Silaban

Berita terkait

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

10 hari lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

13 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.

Baca Selengkapnya

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

4 Maret 2024

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.

Baca Selengkapnya

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.

Baca Selengkapnya

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa

Baca Selengkapnya

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda

Baca Selengkapnya

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.

Baca Selengkapnya

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.

Baca Selengkapnya

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.

Baca Selengkapnya

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.

Baca Selengkapnya