Ardian Syaf Pernah Memasukkan Gambar Jokowi ke Komik Batman
Editor
Muhammad Kelik Nugroho koran
Selasa, 11 April 2017 14:43 WIB
TEMPO.CO, Tulungagung - Komikus Marvel asal Tulungagung, Ardian Syaf, bukan sekali ini menyelipkan pesan khusus di dalam gambarnya. Sebelumnya, dia pernah menyelipkan gambar Presiden Joko Widodo di komik Batman.
Simbol 212, yang ditafsirkan sebagai aksi damai 2 Desember 2016, dan QS 5:51, yang dikaitkan dengan surat Al-Maidah, bukanlah sisipan pertama yang diselipkan Ardian ke dalam gambarnya. Alumnus Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang ini sebelumnya pernah memasukkan gambar Jokowi dalam komik Batman yang dipesan DC Comics. “Ya, dulu saya memasukkan itu,” kata Aan, panggilan Ardian Syaf, saat dihubungi Tempo, Senin, 10 April 2017 malam.
Baca juga: Heboh 212 di X-Men
Putra penulis cerita anak-anak yang popular di era tahun 1980, Tamsir A.S. ini, mengaku sangat mengidolakan Jokowi saat mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebagai bentuk dukungannya, dia menggambar wajah Jokowi di sebuah baliho di sudut kota yang dilintasi Batman. Aan mengklaim gambar itu tak disadari pihak DC Comics karena tidak mempengaruhi alur cerita.
Meski mengulang kedua kalinya dengan memasukkan simbol yang dikaitkan dengan dugaan penistaan agama yang menjerat calon Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama, Aan mengaku belum menerima sanksi apa pun dari pihak Marvel. Bahkan tindakan disiplin kepadanya yang dirilis Marvel dalam surat terbuka dan disiarkan di media massa hingga kini belum jelas. “Saya masih menunggu sikap resmi mereka, baru kemudian saya akan bereaksi,” kata Aan, yang enggan menjelaskan dengan gamblang alasan memasukkan simbol dalam komik X-Men Gold #1.
Pada 2009, pemuda asal Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung ini, mendapat kontrak eksklusif dari DC Comics, perusahaan penerbitan ternama di Amerika yang memproduksi karya-karya komik. Salah satu komik yang laris manis di negeri Abang Sam itu adalah Batman, yang diciptakan Ardian dari sebuah desa kecil di Jawa Timur. Kontrak eksklusif itu pula yang mengubah nasib Ardian dari pelukis trotoar menjadi artis komik internasional.
Ardian mengatakan kebiasaan menggambarnya secara tidak langsung diwarisi dari ayahnya, Tamsir. Di dunia novelis atau penerbit buku era 80-an, Tamsir dikenal sebagai penulis dan pengarang cerita anak-anak. Tak terhitung hasil karyanya yang menjadi bacaan wajib anak sekolah kala itu. Salah satu yang terkenal adalah novel sejarah Sawunggalih, satria dari Surabaya, yang diterbitkan Piramida Semarang pada 1985.
Ardian masih duduk di bangku sekolah dasar saat memulai karya pertamanya dengan membuat komik. Sayangnya, dia tak ingat persis tokoh apa yang dia gambar kala itu. Yang jelas, referensi komiknya adalah produk barat, seperti Lucky Luke, Tintin, dan Donald Duck. Hal itu pula yang membuat guratan komik Ardian berkiblat ke karakter barat hingga akhirnya diterima pasar Amerika.
Keahlian menggambarnya mendapat apresiasi besar dari ayahnya. Kemudian Ardian dilibatkan sebagai ilustrator dalam setiap buku karangan ayahnya. Perjalanan Tamsir menjadi redaktur pelaksana tabloid Jawa Anyar, sebuah media berbentuk sisipan yang diterbitkan Jawa Pos, memberikan ruang kepada Ardian lebih luas. Sisipan berbahasa Jawa yang memiliki rubrik Wacan Bocah itu menjadi lapak Ardian menuangkan karya gambarnya. Cerita anak yang dikarang Tamsir selalu menyelipkan ilustrasi gambar yang dibuat Ardian.
HARI TRI WASONO