Pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, bersama para artis, seperti J-Flow, Happy Salma, Tompi, Iwa K, dan Neo, di posko pemenangan Ahok-Djarot, Jalan Lembang, Jakarta Pusat, 28 November 2016. TEMPO/Friski Riana
TEMPO.CO, Jakarta - Makin banyak pesohor yang berbicara soal politik atau masalah sosial di media sosial, menurut Tompi, tak lepas dari sifat dasar seniman. "Musikus, seniman terbiasa mengekspresikan apa yang dia rasa," kata penyanyi dan pencipta lagu tersebut, Kamis, 9 Maret 2017.
Tompi lantas mewanti-wanti agar semua pihak belajar bahwa perbedaan dalam demokrasi harus dihargai. "Demokrasi itu menuntut kita untuk belajar menerima perbedaan. Kita tidak bisa memaksakan nilai yang kita anut sebagai kebenaran mutlak," ucap Tompi.
Tompi menilai boleh saja seseorang beranggapan bahwa pendapat yang lain salah. Tapi penilaian itu untuk diri sendiri, dan bukan untuk diungkapkan. “Ketika kita ungkapkan, itu akan menjadi cikal bakal perpecahan. Ini yang namanya sikap saling menghargai.”
Menurut musikus yang juga dokter bedah plastik itu, beradu pendapat boleh saja, tapi tetap harus saling menghargai dan tidak menjelek-jelekkan. "Kalau sudah sampai taraf fitnah, sudah parah banget."
Tompi menuturkan pengguna sosial media, termasuk artis, harus belajar untuk menyaring, memilah berita, dan harus mencari tahu kebenaran informasi yang diterima.