Perupa Hanafi Berpameran di Bali

Kamis, 26 Januari 2017 18:30 WIB

Komaneka tunjukkan karya Hanafi. TEMPO/Ahmad Rafiq

TEMPO.CO, Jakarta - Garis-garis menunjukkan ekspresinya. Bergerak liar sesuka hati, melengkung, berputar, atau saling berkelindan. Sebagian berakhir sebagai jejak-jejak yang abstrak. Ada pula yang memuai ukurannya menjadi bidang-bidang lebih lebar. Tak sedikit pula yang menemukan dirinya sebagai sebuah bentuk yang bisa ditafsirkan sebagai sebuah obyek tertentu.


Penempatan garis sebagai subyek itulah yang ditampilkan dalam karya-karya perupa Hanafi yang kini dipamerkan di Komaneka Gallery, Ubud, Bali, hingga 7 Februari mendatang. Pameran itu dibingkai dalam tajuk “Mencari Jalan Baru”. Ia menghadirkan lima lukisan besar (2 x 3 meter), satu lukisan raksasa 6 x 3 meter yang dibuat di dinding tembok serta seri 160 lukisan kecil (20 x 30 sentimeter).


Bagi seniman kelahiran Purworejo 5 Juli 1960 itu, karya-karyanya merupakan cara untuk memaknai tantangan pemilik galeri yang memberi tema besar Coming Home untuk pameran itu. “Jadi, pulang bukan berarti fisik, melainkan ke gagasan awal ketika mulai belajar melukis,” ujar Hanafi.


Ia mengatakan garis merupakan elemen dasar yang membuatnya begitu terobsesi sehingga bentuk, warna, bidang, dan komposisi merupakan hal yang ornamental. Garis adalah subyek yang membentuk realitas lain sehingga ia mencoba menuruti kehendaknya untuk menjelajahi ruang yang tersedia.


Meski pada akhirnya, ruang itu terbatas oleh bingkai lukisan, menurut dia, imajinasi akan garis sebenarnya bisa melampaui batas-batas itu. Karena itulah Hanafi meyakini adanya hubungan antara satu lukisan dengan yang lain dan menciptakan harmoni di antara mereka. Hal itu bisa dirasakan dalam seri lukisan yang sengaja dipajang dengan cara yang unik, yakni dengan memaparkannya di meja panjang layaknya sebuah hidangan.


Advertising
Advertising

Sebagian ditumpuk berserakan begitu saja dan pengunjung bisa menyentuh dan mengangkatnya bila ingin mengamati lebih dekat atau membandingkan satu dengan yang lain. Mereka tak perlu khawatir akan larangan untuk menjaga jarak dengan karya-karya itu atau bahkan memindahkan dari tempatnya.


Keliaran garis terlihat jelas dan seperti mengajak penikmatnya masuk ke relung-relung yang diciptakannya. Warna garis yang terbatas, hitam atau merah, menciptakan kesederhanaan yang memikat. Kebosanan bisa tertepis oleh kekayaan varian dari abstraksi yang terciptakan. Bagi Hanafi, lukisan mestinya memang bukan sekadar gambar, tapi juga sebuah gambaran atau tafsir pribadi atas obyek-obyek yang tidak mesti sama antara satu orang dengan yang lain.


Jebolan Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) ini mengembangkan prinsipnya itu dengan banyak belajar kepada para perupa senior. Salah-satunya adalah pelukis Nashar yang terkenal dengan prinsip tiga non-nya, yaitu non-konsep, non-object, dan non-teknik. Tapi, bagi Hanafi, kredo itu hanyalah teknik berkarya yang justru harus pula dilupakan ketika seorang perupa sudah menghadapi kanvas dengan kuas di tangannya.


Kehadiran Hanafi di Ubud tak lepas dari perjalanan kreatifnya pada 1999, saat dia mendapat tawaran dari pemilik Komaneka Galeri, Koman Wahyu Suteja, untuk menempati rumah di Sayan, Ubud. Rumah itu dijadikan studio pribadi untuk berkarya sehingga menghasilkan sejumlah karya yang dipamerkan di Komaneka pada 2001 dengan tajuk “Kesunyian di Sayan”.


Saat itu, dia menampilkan bidang-bidang yang menciptakan bentuk dan simbol dalam sapuan warna yang lembut dan tenang layaknya suasana pedesaan di Sayan. Garis-garis belum kelihatan peran pentingnya. Hanafi menulis di pengantar pameran, “Membutuhkan jalan baru sama halnya menarik keraguan baru untuk lebih lama menimbang tujuan, merasakan pulang yang lain untuk kepergian ke masa depan.”


Menurut Koman Wahyu Suteja, penampilan Hanafi itu rangkaian pameran para perupa yang dibingkai dalam tema besar Coming Home yang akan berlangsung selama satu tahun. “Sudah diawali tahun lalu dengan pameran Nyoman Sujana Kenyem dan Wayan Suklu,” ujarnya.


Perupa yang dilibatkan adalah mereka yang pada masa awalnya difasilitasi untuk berkarya dan berpameran serta kini telah cukup diperhitungkan di jagat seni rupa. Kesempatan itu bebas digunakan untuk menampilkan kembali perjalanan kreatif yang telah ditempuh atau justru untuk memulai sebuah perjalanan dengan gagasan yang baru seperti yang dilakukan Hanafi. *


ROFIQI HASAN



Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

49 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina

Baca Selengkapnya

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

25 Februari 2024

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

9 Februari 2024

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.

Baca Selengkapnya

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

14 Januari 2024

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

18 Desember 2023

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

27 Agustus 2023

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.

Baca Selengkapnya

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

14 Agustus 2023

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.

Baca Selengkapnya

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

6 Agustus 2023

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.

Baca Selengkapnya

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

6 Agustus 2023

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.

Baca Selengkapnya

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

7 Juli 2023

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.

Baca Selengkapnya