Kenali Mozaik Wiji Thukul dalam Film Mulai 19 Januari 2017

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 9 Januari 2017 11:40 WIB

Seorang pengunjung mengamati foto aktivis HAM Wiji Tukul dan Wartawan Udin pada peringatan Hari Penghilangan Paksa Internasional yang diselenggarakan oleh KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) Jakarta, Kamis (5/9). TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - "Istirahatlah Kata-kata", sebuah film yang mengisahkan tentang sepenggal kehidupan penyair Wiji Thukul saat harus bersembunyi dari kejaran aparat negara Orde Baru. Diambil dari puisi Wiji Thukul, judul film tersebut dipilih sang sutradara Yosep Anggi Noen karena dianggap kontekstual dengan apa yang terjadi dalam keterbukaan demokrasi hari ini.


Dia melihat banyak sekali orang yang mengumbar ujaran seolah yang disebut demokrasi itu adalah sebuah kebebasan absolut. "Kebebasan dilihat sebagai kebebasan saja, tidak melihat bahwa di balik kebebasan itu ada peran yang diharapkan, ada tanggung jawab untuk menjadikan masyarakat yang lebih bermartabat," ujar dia kepada ANTARA News, di Jakarta, Ahad, 8 Januari 2017.



"Kadang-kadang kita butuh istirahat untuk berdiam sejenak, berpikir. Istirahat itu layer-nya banyak kan? istirahat itu bukan berarti berhenti, istirahat itu mengisi kekuatan," kata Anggi.

Dalam pembuatan "Istirahatlah Kata-kata", Anggi mengaku berkiblat pada puisi-puisi karya Wiji Thukul. Puisi-puisi tersebut seperti catatan harian yang mengungkapkan keseharian Wiji Thukul mulai dari kecil, bagaimana kemudian aktivis tersebut bekerja ini itu, berorganisasi, dan bagaimana dia melihat ketertindasan dan ruang.

Anggi juga bertemu dengan kawan-kawan Wiji Thukul yang memiliki memori berserakan atas Wiji Thukul itu sendiri. Untuk mengetahui apa yang terjadi pada waktu itu, Anggi banyak membaca literatur perpustakaan Ohio State University dan KITLV.

"Beberapa literatur itu muncul seperti misalnya tulisan tangan yang disimpan oleh KITLV, kemudian mailing list pergerakan anak-anak muda Indonesia untuk berdemokrasi, namanya Apa Kabar Indonesia tahun 90-an, semua percakapan di mailing list itu disimpan baik oleh Ohio State University," ujar Anggi.

"Jadi saya bisa membaca apa yang diperbincangkan oleh penggerak demokrasi, bahkan bukan penggerak demokrasi pun ada di situ, kronologi demonstrasi yang memprotes kebijakan Suharto pada zaman itu," kata dia.

Anggi bertemu langsung dengan orang-orang yang dulu pernah membantu menyembunyikan Wiji Thukul di Pontianak. Istirahatlah Kata-kata mengisahkan saat-saat Wiji Thukul melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan setelah kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.

Anggi juga mencoba merekonstruksi Pontianak di tahun itu dengan cara melihat koran-koran lawas. Bukan beritanya yang dia lihat, tapi iklan-iklannya. Dia mencari tahu misalnya iklan perumahan, bahkan film apa yang sedang diputar di bioskop kala itu. "Jadi, mozaik-mozaik kecil itu dikumpulkan, kemudian balungannya ada di puisi-puisinya dan cerpen-cerpen Wiji Thukul," kata Anggi.


Gagasan untuk membuat film Wiji Thukul muncul untuk memperkenalkan seniman itu kepada para generasi muda. Anggi mengaku tidak begitu akrab dengan sosok Wiji Thukul. "Saya tahu Wiji Thukul sejak SMP tahun 1990-an, wakt u itu ada tetangga bawa puisi dikasih ke saya, saya yang berasal dari keluarga guru Bahasa Indonesia ketika melihat puisi itu merasa bukan puisi, seperti catatan harian," ujar Anggi.


"Waktu itu saya jelas lebih suka membaca puisi-puisinya Taufik Ismail, Chairil Anwar, Rendra atau puisi-puisi yang lain, tapi perlahan-lahan saya justru merasa bahwa puisi ini justru paling kontekstual untuk merekam zaman," kata dia.

Puisi karya Wiji Thukul, menurut Anggi, menyingkap hal-hal yang tidak spektakuler, tidak seperti hal-hal yang diagung-agungkan puisi lain, tapi hal-hal yang berbicara tentang manusia. "Itu yang ternyata membuat saya merasa penting untuk memunculkan tokoh ini di kalangan anak-anak muda yang mungkin lebih memuja senja, memuja gerimis, lebih memuja jomblo, lebih menyakiti dirinya dengan hal-hal yang tidak esensial ke cara kita melihat kepada seorang tokoh yang memang sangat-sangat kuat menyerap situasi dan kondisi sosial saat itu," kata dia.

"Dan, anak-anak muda juga harus tahu serapan dari kondisi sosial saat itu muncul dalam rupa puisi, muncul dalam perlawanan, dan yang membuat anak-anak muda ini hari ini bisa dengan mudahnya memuja senja itu adalah demokrasi," kata dia.

Wiji Thukul sendiri di mata Anggi adalah sosok yang menarik, tokoh yang sangat riang dan lucu, sangat agitatif dan sangat cerdas. Menurut Anggi, Wiji banyak membaca dan haus ilmu selain "dia juga kesepian".

Ruang sepi itulah kemudian dibangun Anggi, bahwa terkadang dalam kesendirian kompleksitas sifat manusia muncul, terlebih saat itu Wiji Thukul berstatus sebagai buronan.


Untuk menghadirkan sosok Wiji Thukul, Anggi menggabungkan gagasan Wiji dari orang-orang terdekat Wiji, termasuk anak-anaknya. Dia mengamati keseharian dua anak Wiji, Fajar yang dia kenal tengil dan Wani yang dia kenal sangat cerdas dan sangat percaya pada kata-kata.

Namun, dia memberi keleluasaan pada aktornya untuk menafsir dan mendiskusikan ulang gagasan diri dan cerita jiwa Wiji. "Gunawan Maryanto itu seorang penyair juga, jadi dia paham anatomi kata-kata itu, dia paham anatomi puisi, dia paham bagaimana kata-kata itu muncul sebagai sebuah ekstrak dari keseharian, maka saya pilih dia, di samping karena wajahnya hampir mirip," kata Anggi

"Tapi yang lebih penting adalah bahwa dia sebenarnya mampu juga membantu saya untuk mengenali semesta kata-kata dan semesta puisi, bagaimana puisi itu muncul dan hidup," lanjut dia.

Sementara itu, sosok istri Wiji Thukul diperankan oleh Marrisa Anita. "Marissa Anita itu juga aktor panggung, meskipun lebih terkenal sebagai news anchor, tapi saya kira Marissa Anita itu mampu menghadirkan Sipon dalam diam," ujar Anggi.

"Marissa Anita di film ini dialognya sedikit banget, tapi berbahasa Jawa semua dan saya membutuhkan orang yang mampu mengartikulasikan bahasa Jawa dengan sempurna, dan Marissa sangat mampu melakukannya," kata dia.

Film "Istirahatlah Kata-kata" akan diputar serentak di delapan kota mulai 19 Januari 2017. *

Advertising
Advertising

ANTARA

Berita terkait

Vina: Sebelum 7 Hari, Sinopsis dan Para Pemerannya

16 jam lalu

Vina: Sebelum 7 Hari, Sinopsis dan Para Pemerannya

Film horor Vina: Sebelum 7 Hari disutradarai oleh Anggy Umbara akan rilis pada 8 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

2 hari lalu

Tujuan Hanung Bramantyo Potong Adegan dan Ganti Judul Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Sutradara Hanung Bramantyo menyebut film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa awalnya hadir delam dua versi, 21+ dan 17+.

Baca Selengkapnya

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

7 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

8 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

9 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

15 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

17 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

18 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

21 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

22 hari lalu

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal

Baca Selengkapnya