TEMPO.CO, Yogyakarta - Perupa Eko Nugroho akan memboyong wayang kontemporer bertajuk Semelah ke New York, North Carolina, dan Los Angeles Amerika Serikat pada Januari 2017. Pertunjukan wayang kontemporer yang diberi nama wayang bocor itu berkisah tentang asimilasi budaya Jawa dan ajaran Islam.
Pentas itu melibatkan seniman lintas bidang. Di antaranya sutradara dan aktor teater Gunawan Maryanto, musikus Ari Wulu, dan dalang wayang klasik Catur “Benyek” Kuncoro. Sebagai pemanasan, pertunjukan kontemporer wayang bocor digelar di Institut Francais Indonesia di Yogyakarta, Ahad malam, 18 Desember 2016.
Wayang bocor terinspirasi dari pertunjukan wayang kulit tradisional dalam budaya Jawa. Pentas itu ingin menunjukkan kepada publik Islam merupakan alat untuk menyatukan umat, bukan alat untuk memecah umat seperti yang marak terjadi saat ini. “Islam itu penuh cinta, bukan kekerasan,” kata perupa Eko Nugroho seusai pertunjukan.
Dalam pentas itu, dalang memainkan 45 wayang, terdiri dari wayang klasik berbahan kulit dan juga wayang berbahan kain dan triplek. Seniman juga nembang dan memainkan musik hadrah. Eko Nugroho memadukan visual wayang kontemporer, suara, musik, tembang dan teater.
Pertunjukan itu merupakan commision work dari Asia Society. Karya yang diinisiasi Eko Nugroho itu merupakan program kerja berkelanjutan dari Creative Voices of Muslim Asia yang didukung Yayasan Doris Duke untuk Seni Islam. Carolina Performing Arts di University of North Carolina, Chapel Hill, Amerika Serikat juga menjadi bagian yang mendukung pertunjukan itu.
Gunawan Maryanto, aktor teater yang banyak bermain di kelompok teater Garasi menjadi penulis skenario sekaligus penampil dalam pertunjukan itu. Dia mengatakan ide cerita pertunjukan mengadaptasi kisah Sunan Kalijaga, tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan Islam di Jawa. “Cerita berisi perjalanan spiritual Sunan Kalijaga,” kata Gunawan.
Cerita dimulai dengan gambaran ketika Majapahit perlahan runtuh, kelaparan dan kemiskinan menjalar. Kerusuhan tejadi di mana-mana.Di tepi hutan, orang yang berpakaian hitam-hitam layaknya ninja berjaga. Seorang ulama lewat. Orang berpakaian ninja diberi nama Maling Aguna mencegat ulama itu. Ia membegal si ulama tua itu. Maling Aguna bersujud saat ulama memberinya bongkahan emas yang tercipta dari tanah. Maling Aguna bertapa di tepi kali. Membersihkan dirinya dari kejahatan di masa lalunya.
Masjid berdiri. Salawatan Jawa terdengar di mana-mana. Maling Aguna bangkit dari pertapaan. Ia membawa wayang dari desa ke desa. Maling Aguna mengajarkan Islam dengan menggunakan cara Jawa.