5 Film Indonesia yang Paling Dibahas Netizen
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Selasa, 8 November 2016 17:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan media intellijen global asal Australia, Isentia memantau pembicaraan netizen mengenai lima film terbaik yang dinominasikan oleh dewan juri Festival Film Indonesia 2016.
Luciana Budiman, Country Manager Isentia Jakarta mengatakan proses monitoring ini dipetakan berdasarkan jumlah pembicaraan dan tonalitasnya.
“Dari pemantauan kami, Salawaku ternyata menjadi film yang paling banyak dibicarakan oleh warga media sosial selama periode 29 Oktober hingga 4 November,” kata Luciana dalam siaran persnya, Senin 7 November 2016.
Baca:
Athirah Jadi Film Terbaik, Begini Komentar Wapres JK
FFI 2016, 'Athirah' Boyong Enam Piala Citra
Semua film yang masuk nominasi FFI 2016, kata Luciana, memiliki tonalitas netral cenderung positif. Komposisi antara netral dan positif pun cenderung berimbang. Luciana berujar, topik pembicaraan netizen hampir semuanya tentang rekomendasi untuk menonton.
“Rata-rata pembicaraan netizen tentang film-film ini nyaris tidak ada yang negatif," ucapnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Isentia sejak 29 Oktober hingga 4 November 2016, berikut ini adalah pembicaraan netizen dari persentase yang tertinggi:
1. Salawaku mencapai 72,1 persen
2. Rudy Habibie 16,48 persen
3. Athirah 4,55 persen
4. Surat dari Praha sebesar 3,41 persen
5. Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara sebesar 3,41 persen
Data yang dianalisis selama tujuh hari menjelang penyelenggaraan FFI pada 6 November 2016 itu menunjukkan bahwa Twitter merupakan sumber pembicaraan terbesar percakapan tentang tema ini. Adapun saluran-saluran media yang paling banyak memberikan kontribusi pemberitaan tentang festival tersebut adalah portal kantor berita Indonesia.
Baca juga:
Pasang Iklan Besar-besaran, Samsung Minta Maaf Soal Note 7
Stimulasi Kecerdasan Anak dengan Kebiasaan Membacakan Buku
Luciana menuturkan, total percakapan mengenai Salawaku mencapai 127 buzz. Diikuti Rudy Habibie 29 percakapan. Sedangkan tiga film lainnya rata-rata di bawah 10.
Mengapa Salawaku paling banyak dibicarakan? Menurut Luciana, karena ini adalah film Indonesia yang diputar tahun depan tapi sudah bersaing di ajang Tokyo International Film Festival 2016 dalam kategori Asian Future. "Sehingga menjadi perbincangan ramai di media sosial,” ujar Luciana.
Data yang dipublikasi, Luciana melanjutkan, murni merupakan hasil pembicaraan di kalangan netizen dan tidak berdasarkan pada penilaian-penilaian seperti yang dilakukan oleh juri FFI.
Luciana berharap data ini bisa menjadi salah satu panduan bagi insan perfilman Indonesia untuk membuat film berkualitas. "Yang marketable sekaligus tidak mengurangi unsur idealismenya,” kata Luciana.
Film-film ini dinominasikan oleh hampir 200 orang juri yang terdiri dari para pekerja perfilman dari berbagai asosiasi, seperti Asosiasi Produser Indonesia (Aprofi), Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), Asosiasi Casting Indonesia (ACI), Indonesian Film Directors Club (IFDC), Indonesian Motion Picture Audio Association (IMPACT), Rumah Aktor Indonesia (RAI), Indonesian Film Editors (INAFEd), Sinematografer Indonesia (SI), Indonesian Production Designers (IPD), dan Penulis Indonesia untuk Layar Lebar (PILAR).
NIEKE INDRIETTA