Mural Buruh Gendong, Kritik Reklame Kota yang Serampangan  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Senin, 20 Juni 2016 05:05 WIB

Mural buruh gendong karya seniman jalanan Digie Sigit di depan Studio JOkJA, Bugisan Yogyakarta, Ahad 19 Juni 2016. (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Seorang perempuan buruh gendong mengacungkan cat semprot ke tembok di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Ia berumur 60 tahun tapi masih gigih bekerja. Rambut putihnya digelung. Ia mengenakan jarit dan sandal jepit.

Perempuan kurus itu berdiri seusai mengangkut beban berkilo-kilo melampaui berat tubuhnya. Selendang menyampir di tubuhnya. Kain membebat perutnya.

Seniman jalanan (street artist) Digie Sigit, memindah gambar buruh gendong itu ke papan baliho bercat merah yang menjadi mural dengan teknik stensil. Di Pasar Beringharjo, Digie mengobrol dengan pekerja perempuan itu dan memotret sang buruh. "Tanpa pengakuan negara, ibu-ibu buruh gendong terus kuat bekerja menghidupi keluarganya," kata Digie Sigit kepada Tempo, Ahad malam, 19 Juni 2016.

Digie menyemprotkan cat ke papan dengan iringan suara musik melalui perangkat elektronik yang dimainkan seniman musik M. Thoriq Dwi Prayitno. Digie menempatkan muralnya di depan Studio JOkJA yang berdiri di pinggir Jalan Bugisan Selatan Nomor 13 A. Ini merupakan studio yang didirikan secara bersama oleh seniman yang menggunakan teknik stensil. Tempat bekerja dan diskusi seniman itu sudah ada sejak tiga tahun lalu.

Seniman yang menggagas studio tersebut adalah Digie Sigit, Wimbo Wiharso, dan Teguh Hertanto. Karya Digie akan dipajang di depan studio itu selama tiga bulan ke depan. Menurut dia, dua pekan lalu ia ke Pasar Beringharjo untuk bertemu perempuan buruh gendong.

Bagi dia, buruh itu mewakili kerasnya kehidupan perempuan pekerja. Upah yang mereka terima tak sebanding dengan beban yang menimpa tubuh-tubuh renta mereka. Meski begitu, mereka tak menyerah dan terus bekerja.

Visual buruh gendong perempuan dalam mural Digie mendongak. Ia menyemprotkan cat pada papan bertuliskan “masa depan adalah hari ini, mari kita perjuangkan!”. Seperti pada karya-karya Digie sebelumnya, muralnya lugas.

Ia dikenal dengan karya-karya mural yang sarat kritik sosial. Misalnya, pengisapan ekonomi oleh pemilik modal melalui warung cepat saji. Muralnya banyak menghiasi sudut-sudut kota, kampung-kampung, dan persawahan.

Lewat karya itu, Digie ingin menyampaikan ke masyarakat tentang situasi kebangsaan saat ini. Indonesia, kata dia, sejak era reformasi 1998 hingga sekarang, punya seabrek persoalan yang belum rampung.

Beberapa di antaranya ketidakadilan ekonomi, kerusakan alam, korupsi, intoleransi, dan hukum yang tidak adil. Lewat karya itu, Digie berharap ada refleksi terhadap situasi sekarang. "Mari berpikir bahwa masa depan adalah hari ini. Menabung harapan bersama dan hidup seperti yang diimpikan," ujarnya.

Ia juga menyindir ruang publik Yogyakarta yang penuh baliho di sudut-sudutnya. Papan reklame di pinggir jalan itu menguasai ruang khalayak. Isi reklame bermacam-macam di antaranya ajakan untuk bergaya hidup konsumtif.

Baliho-baliho tersebut menjamur seperti hutan dan diletakkan secara serampangan. Selain di depan Studio JOkJA, Digie memasang mural di jembatan Universitas Gadjah Mada, kawasan Jalan Taman Siswa, dan Nitiprayan.

Pada pertengahan Agustus 2014, Digie datang ke Austria untuk memperkenalkan sejumlah karyanya, yang menunjukkan solidaritas untuk Bali Tolak Reklamasi kepada orang Austria.

Bersama Hans-Dieter Manhartsberger, seniman Austria, Digie menciptakan karya kolaborasi dengan gambar utama perempuan penari Bali. Karya kolaborasi itu digunakan sebagai gambar utama perangko di Austria.

Seniman street art Wimbo Wiharso mengatakan seniman seni jalanan diperbolehkan untuk menempatkan karyanya pada papan di halaman Studio JOkJA. Karya seniman yang pernah dipasang di papan itu di antaranya mural ciptaan komunitas seni Anti-Tank dan Moan Snake. "Mereka bebas meletakkan karya sesuai dengan karakter masing-masing," kata Wimbo.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

8 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

47 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

52 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

56 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya