Andi Mutiara Pertiwi Basro atau yang akrab dipanggil Tara Basro ini tengah sibuk berlatih untuk film terbarunya, "Pendekar Tongkat Emas." Dalam film itu, ia beradu akting dengan sejumlah bintang ternama seperti Nicholas Saputra, Reza Rahadian, Eva Celia, dan Christine Hakim. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Tara Basro tak kuasa menolak tawaran Joko Anwar untuk bermain di film terbarunya, A Copy of My Mind. Tara Basro pun tak banyak mengeluh meskipun proses syuting lumayan berat. Ia bahkan terpaksa tidur di trotoar.
“Itu (tidur di trotoar) karena capek aja sih. Waktu itu di daerah Sarinah. Total syutingnya sembilan hari,” ujar Tara Basro di Plaza Indonesia, Jakarta, Senin, 16 November 2015.
Film yang ditulis dan disutradarai Joko Anwar ini memang digarap dengan anggaran yang minim. Karena itu, Tara Basro tidak berharap akan mendapat fasilitas yang nyaman selama syuting. Dia bahkan rela dibayar lebih rendah dalam film ini ketimbang film-film yang dia bintangi sebelumnya.
Namun pemilik nama asli Andi Mutiara Pertiwi Basro tersebut tidak keberatan selama dapat menuangkan ekspresinya. “Senangnya, aku lebih ke emotionally fulfilled. Jadi, senang gitu main di film ini. Ditawari film yang budget-nya besar tapi enggak senang, kan sama aja,” kata wanita yang juga membintangi film Another Trip To The Moon itu.
Dalam film itu, Tara Basro kebagian peran sebagai Sari, perempuan muda pekerja salon sederhana di Jakarta yang tinggal di sebuah kamar kos sempit di kawasan padat penduduk. Ia beradu akting dengan Chicco Jerickho, yang memerankan Alek, pengalih bahasa DVD film bajakan.
Untuk mendalami karakternya, Tara Basro pun turut melakukan observasi soal pekerjaan dan obrolan ibu-ibu di salon. “Observasinya ke salon. Aku benar-benar ngelihatin terus pelajarin obrolan-obrolan ibu-ibu di salon,” tutur dara yang memulai karier aktingnya lewat film Catatan (Harian) Si Boy pada 2011 ini.
Selama syuting, dia merasakan banyak pengalaman yang penuh dengan perjuangan. Ia juga cukup merasakan merananya hidup seperti Sari--tinggal di gang sempit, mandi harus mengantre, dan berdiri berdesak-desakan di bus kota.
Kesulitan lain yang dialami wanita berkulit sawo matang itu adalah ketika melakukan syuting di lapak DVD bajakan di Glodok, Jakarta. "Syutingnya kan diam-diam. Itu lumayan menegangkan. Di situ kan enggak boleh ada foto-foto atau dokumentasi gitu. Take-nya continuously karena pakai hidden cameragitu,” kata wanita kelahiran Jakarta, 11 Juni 1990, itu.