Sastrawan Ajip Rosidi bersama Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar melihat koleksi Perpustakaan Ajip Rosidi yang dikelola Yayasan Pusat Studi Sunda di Bandung, Jawa Barat, 15 Agustus 2015. Perpustakaan tersebut memiliki sekitar 60.000 koleksi buku dimana sebagian merupakan koleksi sastra Sunda. Selain perpustakaan, yayasan juga mengadakan pusat pendidikan dan pelatihan terkait perkembangan kesusasteraan Sunda. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bandung - Berawal dari masalah sulitnya mencari sumber bacaan untuk menggarap Ensiklopedia Sunda, sastrawan Ajip Rosidi tergerak untuk membangun perpustakaan tentang kesundaan. Hibah koleksi buku dari berbagai pihak dilanjutkan Ajip dengan mencari dana pembangunan Perpustakaan Ajip Rosidi di Bandung yang diresmikan Sabtu, 15 Agustus 2015. Bahkan, koleksi lukisannya ada yang harus dijual.
Pendirian perpustakaan itu termasuk program awal pada rapat kerja Yayasan Pusat Studi Sunda yang didirikan Ajip Rosidi pada 2003. Itu merupakan perwujudan salah satu rekomendasi Konferensi Internasional Bahasa Sunda perdana pada 22-25 Agustus 2002.
Sempat memburu rumah mantan Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja di Bandung, Ajip segera menjual lukisan koleksinya. Setelah laku dan terkumpul duit Rp 3 miliar sesuai permintaan harga Mochtar, Ajip menelepon dan mendapat jawaban singkat. “Sudah laku,” katanya.
Ajip kemudian bersama rekannya, Rachmat Taufiq Hidayat, berbulan-bulan mendatangi puluhan rumah untuk mencari tempat yang cocok. Sebuah bangunan tua di Jalan Garut Nomor 2, Bandung, akhirnya dibeli walau rumahnya harus dirobohkan karena dinilai tak layak untuk perpustakaan.
Untuk mendirikan bangunan baru, Ajip terpikir harus menjual koleksi lukisannya lagi. Di rumahnya masih ada lukisan mendiang Hendra Gunawan dan S. Sudjojono. “Tapi tidak akan cukup karena bangunannya rencana tiga tingkat,” kata Ajip.
Ketua Dewan Pembinan Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin itu kemudian menyampaikan rencana pembangunan perpustakaan ke isteri Arifin Panigoro yang menjadi anggota dewan yayasan tersebut. Ajip terbantu dengan penggalangan dana oleh keluarga Arifin Panigoro ke para orang kaya di Bandung. Syaratnya, bangunan itu harus dinamai Perpustakaan Ajip Rosidi. Sempat menolak dijadikan nama perpustakaan, Ajip akhirnya mengalah.
Arifin, kata Ajip, menyumbang Rp 1,75 miliar. Ia menjual lagi koleksi lukisannya, hingga datang Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menemuinya dan menawarkan bantuan pada 2014. “Tentu saja boleh, asal jangan ada korupsi,” kata Ajip ke Deddy Mizwar. Kekurangan dana Rp 1,5 miliar ditalangi dari APBD Jawa Barat.