Wayang Urban, Lakon Sumantri-Sukrasana Jadi Gaul

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 25 Juni 2015 04:04 WIB

ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Jakarta - Lupakan dalang berblangkon, beskap, lengkap dengan keris terselip di belakang pinggang. Dalang Nanang Henri Priyanto atau dikenal dengan Nanang Hape yang menceritakan lakon Sumantri Sukrasana memilih mengganti blangkon dengan udeng.

Dia mengenakan kemeja dengan model kerah sanghai lengan panjang –mirip baju koko, dan kain plus selop. “Wayang urban, nontonnya rileks saja,” pesannya sebelum menampilkan Pegelaran Mahakarya Wayang Urban di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Jakarta, Rabu, 10 Juni 2015.

Di atas panggung terbentang layar putih dan berjejer wayang kulit yang tertancap di gedebog pisang. Nanang memainkan gunungan wayang kulit sebagai tanda cerita dimulai. Suara gamelan mengalun sebagaimana pertunjukan wayang kulit pada umumnya.

Senyampang itu, sekelompok anak muda melantunkan musik blues. Musik tradisional berpadu dengan sentuhan kekinian. Begitu pula dengan cara Nanang mengemas cerita Sumantri Sukrasana.

Kisah ini sejatinya sederhana saja. Sukrasana diperintahkan oleh Raja Maespati, Prabu Harjunasasra untuk memindahkan taman Sriwedari dari Magada ke Maespati, demi mendapatkan Dewi Citrawati. Namun Nanang menambahkan sentuhan agar pesannya mudah diterima penonton.

Caranya, menerjemahkan karakter Sukrasana menjadi empat tokoh berbeda. Mulai dari Sukrasana rupa wayang kulit, Sukrasana yang ‘dicomot’ dari anak muda pemain bass, Sukrasana berpenampilan perlente bak eksekutif muda, sampai Sukrasana bewujud pesilat Yayan Ruhian.

Bagi Nanang, menjadi dalang pada dasarnya adalah mendongeng. “Yang penting, nilai apa yang dipetik dari jalinan cerita itu,” ujarnya. Sumantri menggambarkan sosok pekerja keras, setia kepada bosnya, dan gigih dalam menjalankan tugas.

Tapi, saat mengukir prestasi lantaran mampu memindahkan taman Sriwedari, dia melupakan cinta kepada adiknya, Sukrasana. Padahal, Sukrasana yang digambarkan seperti raksasa kerdil punya andil dalam memindahkan taman itu. Abai akan jasa adiknya, Sumantri tega melepaskan anak panah hingga menembus jantung Sukrasana.

Ono Dino, Ono Tresno

Ono dino, ono upo
Ono upo, ono doyo
Ono doyo, ono kerjo
Ono kerjo, ono dunyo

Ono dunyo, ono tresno
Ono tresno, nek ono dunyo

Menurut Nanang, tak sulit menerjemahkan kisah Sumantri Sukrasana dalam kemasan modern. Dia dan 16 pemain lainnya berlatih dalam tempo dua pekan. Saking mudahnya, Nanang juga membuat sedikit analogi kekinian dari cerita perwayangan saat Dewi Shinta dikurung Rahwana. Pada era sekarang, Shinta dikurung bisa diartikan para pekerja di gedung-gedung bertingkat yang terkungkung dengan jam kerja.

Sementara itu, pemeran Sumantri versi pencak silat, Yayan Ruhian mengatakan mempelajari karakter dan membuat gerakan silat yang cocok selama dua hari. “Wayang dan silat merupakan warisan sejarah dan seni budaya yang sangat indah bila dikolaborasikan dalam satu konsep pertunjukan,” katanya.

Selama hampir satu jam, penonton disuguhkan dengan tensi pertunjukan yang naik-turun. Saat penonton terbawa suasana sedih ketika Sukrasana meregang nyawa lalu mati, tiba-tiba asisten dalang muncul ke tengah panggung dan berujar “cut!”. Kekhusyukan pecah. Nanang mengaku sengaja memainkan emosi penonton agar tak cepat bosan. “Setiap sekitar 30 menit kami beri penyegaran,” katanya.

RINI KUSTIANI

Berita terkait

Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.

Baca Selengkapnya

Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.

Baca Selengkapnya

Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.

Baca Selengkapnya

Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.

Baca Selengkapnya

Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.

Baca Selengkapnya

Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

3 Juli 2017

Opera Ramayana: Murka Rahwana di Hari Raya

Lakon Rama Tambak dalam Opera Ranayana ini tak hanya menyuguhkan konflik antar-kerajaan, tapi juga menyelipkan pesan-pesan lingkungan.



Baca Selengkapnya