Madam Phung dan Pesan dari Sebuah Komunitas

Reporter

Selasa, 24 Maret 2015 03:58 WIB

Globfest.com

TEMPO.CO , Makassar: “Sejak kelahirannya di dunia, mereka bilang anak laki-laki ini aneh.” Ngoc Phung mulai bernyanyi di hadapan pengunjung pasar malam. Dia menebar senyum manisnya. Tubuhnya tinggi dan kulitnya putih bersih dibalut pakaian yang mini. Penampilannya dilengkapi dengan rambut palsu hitam yang terurai lebat.

Gerakan gemulai dan suaranya yang dalam rupanya membuai penonton. Lagunya berkisah tentang waria yang menghadapi kerasnya hidup, keberadaan waria yang tak diterima masyarakat. Begitulah Ngoc Phung mengungkapkan perasaan sambil menghibur penontonnya.

Kisah Ngoc Phung ada dalam film dokumenter asal Vietnam, berjudul
Madam Phung’s Last Journey. Film yang disutradarai Nguyen Thi Tam ini mengisahkan perjalanan terakhir Madam Phung. Film tersebut dirilis tahun lalu. Pada Jumat dua pekan lalu, film itu mengisi Cinematica ScreenDocs!, sebuah acara pemutaran film dan diskusi yang digelar di BaKTI. Kali ini, tema yang diangkat adalah Economic Impact.

Dari gambar-gambar yang disajikan, terlihat sutradara merekam dan mengikuti kegiatan rombongan pasar malam yang dipimpin oleh Bich Phung alias Madam Phung. Dia dan 35 anggotanya, sebagian besar waria, berpindah-pindah tempat untuk menggelar pasar malam. Selain pertunjukan khas pasar malam seperti komidi putar, mereka menyuguhkan lagu atau permainan lotere di atas panggung. Kios-kios di sekitar panggung juga menyajikan beragam permainan berhadiah.

Para waria hidup di kamar-kamar yang dibuat sementara. Adegan-adegan yang terbangun tampak alami ditambah beberapa wawancara santai yang dilakukan di sela-sela aktivitas para pemainnya. Madam Phung, misalnya, direkam sedang bercerita sembari beristirahat. “Aku mencemaskan mereka (pekerja),” kata Phung menuturkan latar belakang para pekerja dalam rombongannya itu yang miskin dan berpendidikan rendah.
<!--more-->
Negara, kata dia, tidak mau mempekerjakan waria. “Kamu harus menjadi perempuan atau lelaki," ucapnya. Bahkan, untuk mengurus surat-surat di kantor pemerintahan, waria kerap mendapat perlakuan diskriminasi.

Sorot kamera dalam film ini juga menggambarkan aktivitas para tokohnya kala berada di belakang panggung pasar malam. Seperti berhias, rapat, berdoa, serta diganggu remaja lelaki dan beberapa kali mendapat teror dari warga setempat. Sayang, Phung tidak bisa menyaksikan filmnya. Dia meninggal karena sakit, beberapa bulan setelah pengambilan gambar. Rombongannya pun bubar setelah itu.

Mardiana Bungin dari Rumah Ide Makassar mengatakan, film
Madam Phung’s Last Journey mempunyai pesan moral yang kuat. “Bahwa waria bisa bekerja tanpa mempersulit orang lain,” katanya sambil menambahkan, “Kelompok ini berusaha bertahan dengan kehidupannya.”

Darmadi dari Yayasan Ruang Antara dan Tanahindie memberi catatan khusus pada Buddha yang tergambar nyata dalam kehidupan para waria dalam film dokumenter itu. Menurut Darmadi, “Film ini menunjukkan bagaimana komunis gagal menggantikan nilai tradisi secara turun-temurun yang ada di sana.”

Ketua Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, Hajir Muis, juga mengatakan ada nilai-nilai universal yang sangat menyentuh dalam film ini, yaitu kemanusiaan. Dia tersentuh saat adegan para tokoh yang duduk bercengkerama sembari beristirahat. Mereka berbicara tentang keinginan-keinginan sekaligus realitas yang harus dihadapi. “Film ini sangat jujur dan menyentuh.”
<!--more-->
Menurut Hajir, film ini tidak sibuk bicara tentang keadilan. Tapi lebih menggambarkan keseharian para waria dalam usaha pasar malam. Film ini juga menunjukkan pergolakan masalah ekonomi. “Di tengah perkembangan peradaban dan juga teknologi, kita di Indonesia malah kehilangan esensi dari komunitas tersebut,” ujar Hajir.

Sosok Madam Phung, kata Hajir, mempunyai seni kepemimpinan yang feminin. Tapi dalam perjuangannya terdapat sisi maskulin. Sisi heroik juga muncul tatkala Madam Phung harus memilih antara kembali ke pagoda (kuil) atau menjaga komunitasnya. “Dia cinta kepada kebaikan. Menjaga komunitas adalah kebaikan,” kata Hajir.

Bahkan, ketika mereka diganggu dan menerima teror, Phung menekankan agar pekerjanya tak bertindak gegabah. Mereka harus melapor dulu kepada Phung, atau kepada polisi. Cara terakhir ini dikagumi Hajir sebagai bentuk mempertahankan diri bagi sebuah komunitas, yang lebih baik ketimbang balik menyerang.

REZKI ALVIONITASARI

Berita terkait

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

3 hari lalu

Glenn Fredly The Movie: Momentum Setelah Opname hingga Pengisi Vokal dalam Film

Film drama biopik Glenn Fredly The Movie mulai tayang di seluruh bioskop Indonesia pada Kamis, 25 April 2024

Baca Selengkapnya

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

4 hari lalu

Sinopsis The Fall Guy yang Dibintangi Ryan Gosling

The Fall Guy film aksi stuntman produksi Universal Pictures yang tayang di bioskop Indonesia, pada Rabu, 24 April 2024

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

5 hari lalu

Bamsoet Dukung FKPPI Produksi Film Anak Kolong

Bambang Soesatyo mengungkapkan, keluarga besar FKPPI akan segera memproduksi atau syuting film "Anak Kolong".

Baca Selengkapnya

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

11 hari lalu

Peluncuran Ulang Film The Beatles 'Let it Be' Didahului Perilisan Buku 'All You Need Is Love'

Buku tentang The Beatles diluncurkan menjelang rilis ulang film Let It Be

Baca Selengkapnya

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

12 hari lalu

Next Stop Paris, Film Romantis Hasil Kecanggihan AI

Produsen TV asal Cina, TCL, mengembangkan film romantis berbasis AI generatif.

Baca Selengkapnya

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

13 hari lalu

7 Rekomendasi Film Fantasi yang Terinspirasi dari Cerita Legenda dan Dongeng

Film fantasi yang terinspirasi dari cerita legenda dan dongeng, ada The Green Knight.

Baca Selengkapnya

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

16 hari lalu

8 Film Terbaik Sepanjang Masa Berdasarkan Rating IMDb

Untuk menemani liburan Idul Fitri, Anda bisa menonton deretan film terbaik sepanjang masa berdasarkan rating IMDb berikut ini.

Baca Selengkapnya

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

18 hari lalu

Christian Bale Berperan dalam Film The Bride sebagai Monster Frankenstein

Christian Bale menjadi monster Frankenstein dalam film The Bridge karya Maggie Gyllenhaal

Baca Selengkapnya

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

19 hari lalu

7 Film yang Diperankan Nicholas Galitzine

Nicholas Galitzine adalah seorang aktor muda yang sedang melesat, Galitzine telah membuktikan dirinya sebagai salah satu bintang muda yang paling menjanjikan di industri hiburan.

Baca Selengkapnya

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

20 hari lalu

Deretan Film yang Pernah Dibintangi Babe Cabita

Selain terkenal sebagai komika, Babe Cabita juga pernah membintangi beberapa judul film, berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya