Basoeki Abdullah, Roro Kidul, dan Wanita Minim Baju
Editor
Sunu Dyantoro
Kamis, 5 Februari 2015 00:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dunia seni rupa mengenang Basoeki Abdullah atau Pak Bas sebagai satu-satunya pelukis Indonesia yang mengembara dari istana ke istana, dari Istana Bogor sampai Thailand, Kamboja, Filipina. Ia melukis keluarga kerajaan dan para tamu negara.
Ia--di mana saja tinggal--juga melukis nyonya-nyonya kaya, anak-anak keluarga terhormat, artis, atau siapa saja yang mau dengan tarif yang telah ditentukan sesuai dengan besar-kecilnya kanvas. Pak Bas dituding sebagai pelukis salon karena lukisannya selalu bersifat memperindah aslinya.
Ia dianggap seorang naturalis romantis pemuja tubuh dan panorama elok yang tak mau meninggalkan estetika molek, walau revolusi kemerdekaan terjadi. Ratusan lukisan tanpa busana, potret diri, ratusan lukisan lanskap yang syahdu, dihasilkan dari tangannya.
”Semua karya Pak Bas mungkin mencapai 2.000-an. Pak Bas sendiri pernah bilang jumlah karyanya sekitar 10 ribu. Mungkin itu dihitung sejak sketsanya di masa remaja,” kata Joko Madsono, Direktur Museum Basoeki Abdullah.
Tentu tak semua karya Basoeki menggetarkan. Tapi orang ingat Basoeki-lah yang melahirkan karya monumental bertema dongeng dan legenda. Lukisan Bila Tuhan Murka, Perkelahian Rahwana dan Jatayu, Gatotkaca dengan Pergiwa dan Pergiwati, Pertempuran Gatutkaca dan Antasena, yang dikoleksi istana adalah karyanya bertema mitos yang legendaris.
Jaka Tarub, karyanya pada 1959, yang menampilkan sosok Jaka Tarub mengintip enam bidadari mandi dengan posisi erotik, boleh dibilang adalah karyanya yang kemudian menjadi citra kebanyakan adegan Jaka Tarub. Melalui karyanya ini, Basoeki banyak menyumbang ikonografi populer.
Hal demikian juga terjadi pada sosok Nyai Roro Kidul yang ditiru banyak pelukis “anonim”. Nyai Roro Kidul versi Basoeki selalu dirujuk kalender atau film. Masyarakat seolah menerima demikianlah seharusnya wujud Nyai Roro Kidul.
Pak Bas, pelukis kenamaan tersebut, meninggal pada 5 November 1993 pada usia 78 tahun. Kematiannya tragis. Seorang pencuri masuk ke kamarnya, di Jalan Keuangan Raya 19, Jakarta, dengan niat menjarah koleksi arlojinya.
Tatkala Basoeki tergeragap, sang pencuri menyambar bedil koleksi Basoeki yang ada dalam almari dan menghantamkannya ke kepala sang pelukis. Januari lalu, dihitung dari tahun kelahirannya (ia lahir pada 27 Januari 1915), Basoeki genap 100 tahun.
TIM TEMPO