Perupa Ahmad Anzu Melukis Garam

Reporter

Minggu, 18 Januari 2015 05:17 WIB

Ilustrasi Lukisan. dailydesigninspiration.com

TEMPO.CO , Jakarta:Hujan pagi yang riuh. Suara bersahutan dari penghuni beberapa rumah nyaris memenuhi salah satu lorong di Jalan Paccerakkang, Makassar. Riuh, rasanya seperti menemukan gumpalan garam dalam telur dadar yang asin.

Perupa Ahmad Anzul menggambarkan suasana pagi dengan hujan garam, ada bibir merah yang tak mau diam, lalu ada telinga yang dipenuhi kebisingan. Lukisan seri Kampung Garam #32 yang berjudul Hujan Pagi 1 ini menggunakan kombinasi warna merah, kuning, dan hitam, serta garam yang berwarna putih.

Hujan Senja adalah judul lukisan seri Kampung Garam #35. Mengisahkan rasa kesepian saat usia mulai senja, anak-anak yang mulai tumbuh sibuk dengan aktivitasnya masing-masing yang disimbolkan dalam rupa ikan warna-warni. Senja yang sepi, hanya kursi dan ranjang kosong, teman berbincang. Bibir putih itu mengatup.

Lukisan berukuran 100 x 150 sentimeter ini pernah dipamerkan dalam Binne Makassar Art Exhibition pada 18-20 Agustus 2014. Juga pada acara Sastra Kepulauan VIII di Fort Rotterdam, 25-26 Oktober lalu.
<!--more-->
Masih dalam perhelatan Sastra Kepulauan, Hujan Senja II dipentaskan oleh Anzul. Karya instalasi ini didedikasikan untuk Asdar Muis R.M.S. (almarhum) yang meninggal dunia setelah menuntaskan pertunjukannya, Melukis Bayi Laut, di Fort Rotterdam, saat pergantian malam 27 Oktober.



Hujan garam dalam Hujan Senja II adalah seri Kampung Garam #39. Anzul, yang bercerita kepada Tempo, Senin lalu, di rumahnya, di Daya, Makassar, memulai pertunjukannya dengan menebar beberapa lembaran koran bekas, dibentuk seperti jembatan. Lalu ia berjalan meniti jembatan koran itu sambil menabur-naburkan garam ke muka dan kepalanya secara bergantian. Berjatuhan dan berceceran di koran. Garam itu bercampur huruf-huruf tentang Asdar. Juga ada perahu.

Anzul juga menumpahkan cat, katanya, ini simbol, kehadiran Asdar yang selalu memberi warna. “Tangan di atas katamu menjelang magrib/mengingatmu.../merangkai huruf, memberi angka/ mengingatmu.../laut, meja makan, dan tanjung/mengingatmu.../ikhlas, tulus/mengingatmu.../tangan di atas dan Al-Fatihah” demikianlah sepenggal bait puisi berjudul Tangan di Atas, seri Kampung Garam #38, yang ditulis Anzul, 6 November lalu.
<!--more-->
Adapun wujud lukisan berjudul Hujan Senja II berupa perahu dengan layar payung yang lekat dalam ruang kanvas, seolah menghalau hujan senja. Satu lagi perahu terdampar di bibir merah. Lukisan ini dipamerkan dalam Cross Border Makassar-Balikpapan, awal Desember lalu, di ruang pameran Anjungan Losari. Anzul tak hanya mengajak pengunjung bermain dalam bidang kanvas, tapi lukisannya ini juga dilengkapi karya instalasi.

Sepotong kain kafan dengan percikan tinta cumi, di atasnya perahu-perahu kertas tertempel. Selanjutnya, sepiring garam dengan huruf-huruf tersuguh di lantai yang beralaskan kain kafan. Kain kafan ini sempat dipakai Asdar saat pentas terakhirnya. Ada beberapa karya seri ini terinspirasi oleh Asdar, seperti Kampung Garam #9 berjudul Orang Besar dan Garam di Lidah. Kampung Garam, kata Anzul, ini bisa subyek, obyek, dan area.

Dalam seri Kampung Garam ini, kita bisa menemukan simbol-simbol bibir dalam lukisan. “Bibir itu simbol cerita,” kata Anzul saat ditemui di rumahnya yang sekaligus studionya itu.

Anzul memang banyak terinspirasi dari cerita kehidupan sehari-harinya dalam melahirkan karya Kampung Garam ini. Seperti dalam seri Kampung Garam #15 yang berjudul The Guard, berupa sosok janin yang dipagari garam agar tidak diganggu ular. Lukisan ini adalah simbol kehati-hatian, bagaimana ia menjaga istrinya agar tidak sampai keguguran lagi.
<!--more-->
Meski banyak melukiskan cerita, Anzul mengaku kadang ia melukis hal yang tidak rasional. Seperti dalam lukisan Mencari Berlian di Tumpukan Garam, seri Kampung Garam #22, yang merupakan kritiknya terhadap banyaknya pejabat di pemerintahan yang ditempatkan tak sesuai dengan keahliannya.

Dalam seri Kampung Garam ini, kata Anzul, yang mulai dikerjakan pada 2014, tercatat sudah ada 39 karya. “Awalnya ini menggambarkan tentang kemarahan dan emosional.” Ide ini ditemukan Anzul saat mobil yang ditumpangi bersama rombongannya tiba-tiba singgah di salah satu kampung penghasil garam di Kabupaten Jeneponto, “Saya merasakan damai, tenang, dan udara sejuk dalam cuaca panas.” Dalam perjalanan dari Selayar menuju Makassar itu, “Kampung Garam” seperti memenuhi benaknya.

IRMAWATI

Berita lain:
Budi Gunawan Tinggalkan Istana tanpa Senyum

Soal Kapolri, Jokowi Bicara dari Hati ke Hati

Bodi Air Asia Ketemu, Basarnas 'Tantang' Moeldoko

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

51 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina Rusak Lukisan Arthur Balfour, Tokoh Penyebab Bencana Palestina

Demonstran Aksi Palestina merusak lukisan Arthur Balfour, politikus Inggris yang pada 1917 berjanji memberikan rumah bagi Yahudi di Palestina

Baca Selengkapnya

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

25 Februari 2024

Cerita Pameran Lukisan Barli di Bandung dan Pemalsuan Karyanya

Menurut Rizky, pameran lukisan karya Barli juga untuk memberi kesempatan bagi orang untuk melihat karya aslinya.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

9 Februari 2024

Ulang Tahun Perdana, Grey Art Gallery di Bandung Pajang Ratusan Karya Seni

Karya unik yang bisa dijumpai di Grey Art Gallery adalah Self Potrait by Van Gogh, 2022. Pembuatnya Abdi Setiawan, menggunakan potongan arang kayu.

Baca Selengkapnya

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

14 Januari 2024

Ayurika Gelar Pameran Tunggal Lukisan Kaca Benggala di Bandung

Pada pameran tunggal kali ini, Ayurika lebih berfokus untuk menampilkan gambar wajah bercorak realis ekspresif.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

18 Desember 2023

Akhir Pekan di Bandung, Dua Seniman Bali Gelar Pameran Tunggal

Banyak seniman asal Bali menggelar pameran tunggal karya mereka di Bandung, dua di antaranya mengadakannya akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

27 Agustus 2023

Intip Hasil Lukisan di Motor Listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft

Seorang seniman bernama Putu Bonus Sudiana mencoba tantangan baru dengan melukis di bodi motor listrik Sergap 30.1 Trail E-Motocraft.

Baca Selengkapnya

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

14 Agustus 2023

Karya-karya Fenomenal Pelukis Legendaris Djoko Pekik

Djoko Pekik meninggal 12 Agustus 2023. Berikut beberapa karya fenomenalnya antara lain Berburu Celeng dan Sirkus Adu Badak.

Baca Selengkapnya

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

6 Agustus 2023

Pameran Lukisan Kelompok Flemish di Bandung Angkat Isu Lingkungan Bergaya Klasik

Pada pameran lukisan terbarunya kali ini, mereka melukis pemandangan alam bergaya naturalis dan realis seperti lanskap, sungai, dan hutan.

Baca Selengkapnya

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

6 Agustus 2023

Kelompok AbstraX dari ITB Pamerkan Lukisan Realis Hingga Abstrak di Galeri Lawangwangi

Keragaman itu menunjukkan independensi masing-masing anggota kelompok AbstraX dalam percariannya tentang makna dan arti penting lukisan.

Baca Selengkapnya

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

7 Juli 2023

Lanskap Batin Cipuk Lewat Lukisan Abstrak

Cipuk mengaku lebih menyukai lukisan lanskap yang sepi yang membuatnya bisa berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pencipta Alam.

Baca Selengkapnya