TEMPO.CO, Jakarta - Sineas Lola Amaria selama ini perhatian pada masalah sosial yang tertuang dalam film-filmnya. Selain mengambil teman masalah tenaga kerja Indonesia di luar negeri, Lola juga pernah membahas perihal lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di film Sanubari Jakarta. (Baca: Geram Kelakuan Politikus, Lola Luncurkan Film Ini)
Kehadiran Lola di konferensi international yang membahas LGBT dalam rangka peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia di Berlin, Jerman, yang berlangsung 10-14 Desember 2014.
Menurut dia, pemerintah Indonesia masih kurang memberikan perhatian konkret kepada komunitas LGBT. Lola melihat masih banyak kekerasan yang dirasakan komunitas tersebut tanpa ada perlindungan dari pihak yang berwenang.
Lola berharap pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih memiliki ketegasan dan sikap intoleransi yang tinggi terhadap bentuk-bentuk kekerasan yang bisa membahayakan kebebasan. (Baca: Korupsi Daging Impor Ada di Film Anyar Karya Lola)
"Ini momentum kuat bagi pemerintah untuk mewujudkan harapan-harapan masyarakat, termasuk menjaga kebebasan dan memberikan perlindungan kepada semua lapisan," ujar Lola dalam pidatonya yang disampaikan kepada Tempo, Kamis, 11 Desember 2014.
Konferensi yang diselenggarakan oleh Watch Indonesia! dan berlangsung di tiga kota, yaitu Berlin, Hamburg, dan Koln, tersebut juga akan memutar film Sanubari Jakarta karya Lola Amaria. Beberapa pembicara lain yang ikut serta adalah Earenya Guerra (Watch Indonesia!), Dr Theodor Rathgeber (Forum Human Rights Berlin), Vika Kirchenbauer (artis dan pembuat film), dan Alex Flor. Selain Lola Amaria, pembicara dari Indonesia yang hadir adalah Dr Dede Oetomo, akademikus sekaligus aktivis dan pendiri GaYa Nusantara di Surabaya. (Baca: LolaAmaria, Kisah dari Tukang Pijat Langganan)