Seniman Indonesia, Jay Subiakto membuat lukisan aktivis Widji Thukul di layar panggung konser Tujuh Hari Untuk Kemenangan Rakyat di Teater Salihara, Jakarta, Kamis 17 Juli 2014 malam. Dalam pernyataannya Jay mengungkapkan mengidolakan Widji Thukul dan mengharapkan Jokowi tak lupa akan peristiwa 98. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO,Jakarta - Penata artistik Jay Subiakto menyayangkan munculnya wacana pengurangan jam kerja untuk perempuan. Menurut Jay, perempuan merupakan sosok yang memiliki semangat tinggi dan pekerja keras. Karena itu, sayang jika ruang gerak mereka dibatasi. "Saya sadar perempuan itu lebih giat dibanding laki-laki. Lihat saja waktu sekolah, perempuan jauh lebih rajin," kata Jay kepada Tempo, Rabu, 10 Desember 2014. (Baca: Jay Subiakto Kecewa pada Jokowi, Untung Ada Susi)
Bukan hanya lebih giat, bagi Jay, perempuan juga memiliki kecerdasan yang lebih tinggi ketimbang laki-laki. "Perempuan lebih bisa mengatur waktu," ujarnya. "Perempuan itu multitasking,loh, mereka bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu," kata Jay. (Baca: Jay Subiakto: Gubernur FPI Cukup Menghibur)
Jay malah menyarankan pemerintah memberikan gaji yang setimpal dengan kinerja perempuan. "Jika perempuan lebih giat bekerja seharusnya ia juga mendapatkan gaji yang tinggi. Sebaliknya, jika laki-laki yang ogah-ogahan bekerja, gajinya bisa diturunkan. Bekerja kan bukan melihat dari jenis kelamin."
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan bahwa pengurangan jam kerja wanita baru bersifat wacana. Namun wacana tersebut terus bergulir dan menuai pro-kontra. Tak sedikit yang mendukung, namun tak terhitung yang justru mengkritik JK atas wacana tersebut. (Baca: Christine Dukung Pengurangan JamKerja, Asal...)