TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S-PKI) merupakan peristiwa bersejarah yang terjadi 49 tahun lalu. Menurut Muhammad Fardhan, saat ini banyak generasi seangkatannya lupa dengan peristiwa bersejarah ini. (Baca: Film PKI, Seberapa Berhasil Propaganda Orde Baru?)
"Sungguh itu sebuah peristiwa sejarah yang mahapenting. Seharusnya generasi muda ingat kalau Indonesia pernah alami kekejian seperti itu," kata pria yang biasa disapa Fardhan ini pada Kamis, 2 Oktober 2014.
Ditemui di acara Pasarraya Tribute to Batik 2014 "Pasar Klewer Solo Pindah ke Jakarta" di Blok M, Jakarta Selatan, mantan kekasih Dhini Aminarti ini mengingatkan generasi seusianya supaya jangan memiliki sikap tidak peduli dengan sejarah.
"Mungkin eranya beda. Saya dan teman-teman tinggal dalam situasi yang enak dan indah. Jadi, kesannya enggak pernah terkenang mendalam dengan sejarah negeri ini seperti peristiwa G30S-PKI," kata pria bertubuh jangkung dan berkepala pelontos ini dengan wajah serius.
Fardhan menilai saat ini pelajaran sejarah di sekolah juga kurang membahas soal penting peristiwa tersebut sehingga menimbulkan keacuhan para siswa atau generasi seangkatannya kurang peduli.
"Padahal, kalau ingat peristiwa ini sangat keji. Peristiwa pembantaian tujuh perwira tinggi militer Indonesia yang disebut dengan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S-PKI) yang sudah terjadi 49 tahun lalu. Tetapi bukan berarti kita mudah melupakan semua ini. Seharusnya lembaga pendidikan seperti sekolah memiliki otoritas yang menjelaskan kembali tentang sejarah penting ini," kata Fardhan. (Baca: Mubarok: Modal Pramono karena Dia Anak Sarwo Edhie)
Fardhan juga berharap tidak lagi terjadi peristiwa seperti ini. "Negara-negara Komunis seperti Cina dan Rusia memiliki kehebatan, tapi janganlah kekejaman dan kekejian G30S-PKI terulang lagi. Sejarah perlu diingat untuk belajar dan menuju lebih baik lagi," ucapnya serius.
