Tjut Nyak Deviana bermain piano saat konser "Doctor & The Professor" dalam rangka peluncuran albumnya "Tales of Indonesia" di Soehana Hall, gedung Energy, Jakarta Pusat (24/4). TEMPO/Dwianto Wibowo
TEMPO.CO, Jakarta - Tjut Nyak Deviana Daudsjah membuat inspirasi menarik melalui 'Symphonic Tales of Indonesia'. Dia melakukan hal ini didasari kekecewaannya atas kurangnya apresiasi masyarakat Indonesia terhadap lagu-lagu daerah yang merupakan kekayaan budaya Indonesia. Profesor lulusan musik klasik ini termotivasi menghadirkan kembali lagu-lagu daerah yang telah diaransemen dan merekamnya dalam album bertajuk 'Symphonic Tales of Indonesia'. (Baca: Lagu SBY Dinyanyikan di Upacara Kemerdekaan )
"Selama 20 tahun saya bermimpi ingin memajukan kebudayaan musik Indonesia. Dan saya senang album ini dapat tercipta. Awalnya, project ini adalah ajakan dari Tompi yang memaksa saya untuk go public," ujar Deviana saat ditemui dalam peluncuran album 'Tales of Indonesia, di Galeri Indonesia Kaya, Senin, 8 September 2014.
Deviana mengungkapkan, salah satu tujuan terpenting terciptanya album ini, karena sekarang ia merasa masyarakat Indonesia sangat kurang mengapresiasi lagu-lagu daerah. "Saya melihat, masyarakat kurang peduli terhadap lagu-lagu daerah. Terutama untuk anak-anak Indonesia seperti kehilangan identitas karena tidak memiliki lagu yang sesuai dengan umurnya," ujarnya.
Pianis jazz terbaik di Zuerich-Oerlikon, Swiss, pada tahun 2007 itu, mengatakan pada albumnya ini sudah memilih 10 lagu yang mewakili setiap usia. Misalnya, untuk lagu anak-anak adalah Pepaya Cha Cha, Ayo Mama dan Cublak Cublak Suweng. Kemudian beberapa lagu lain seperti Keroncong Kemayoran, Angin Mamiri, Jembatan Merah, O Inani Keke, Bungong Jeumpa dan Rayuan Pulau Kelapa. Kesemuanya telah diaransemen ulang oleh Deviana sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga membuat lagu-lagu daerah tersebut menjadi sangat menarik untuk didengarkan.
Deviana menjelaskan bahwa salah satu cara untuk terus menjaga warisan budaya dan lagu daerah yang dimiliki Indonesia yaitu dapat dilakukan denga berinovasi dan memadukannya dnegan abad 21. Sehingga lagu-lagu daerah tersebut bisa kembali terangkat dan dapat diapresiasi kembali dan diterima oleh semua kalangan.
Dalam memproduksi album ini, Profesor di bidang musik yang pernah menjadi rektor di Jazz & Rockschule Freiburg, Jerman, ini mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Seperti Tompi (Baca SBY `Disentil` TrioLestari ) yang mengisi vokal pada beberapa lagu, Gita Wirjawan sebagai sebagai Executive Producer, serta Orchestra der Kulturen Germany yang mengiringi lagu-lagu yang terdapat dalam album tersebut.
Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?
45 hari lalu
Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?
Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.