5 Hal Penting yang Pernah Dialami Tina Toon
Editor
Evieta Fadjar Pusporini
Sabtu, 30 Agustus 2014 05:51 WIB
3. Di-bully
Beranjak remaja dan masuk masa pubertas, ketika jadwal manggung di dunia hiburan tak lagi segencar semasa jadi artis cilik, Tina mulai membaur dengan kegiatan sekolah dan aneka les di luar sekolah. Dari kegiatan ini, Tina sadar atas penampilan dirinya dengan tubuh gemuk. "Kok, gue gendut banget, kelihatan jelek," dia berpikir. Yang paling mengagetkan, Tina menyadari bobotnya sudah 77 kilogram dengan tinggi badan 135 sentimeter untuk remaja yang baru masuk sekolah menengah pertama.
Tina pun baru sadar kalau selama ini bully menjadi bagian yang dialaminya sejak kecil, saat di sekolah dasar dulu. Ketika itu, Tina jadi obyek bully. Ia sering dihina, dikerjai, dan dikata-katai: "Tina gendut! Tina gendut!" yang disikapinya dengan senyum atau tertawa. Bahkan, saat pertunjukan Natal, Tina selalu diberi peran pembawa karung atau penari karung yang diberi baju berbusa.
Lucunya lagi, saat kelas 6 SD ketika ujian olahraga, Tina melakukan koprol dan tubuhnya menggelinding ke belakang bak bola karet di ruangan besar. Keruan saja Tina pun jadi ejekan seluruh murid yang menyaksikan ujian itu. Meski diejek, Tina tetap santai dan hanya cengar-cengir. (Baca: Tina Toon: Kasus JIS Bisa Terjadi di Mana Saja)
Saat memasuki masa remaja, Tina kembali di-bully. Bermula ketika teman-temannya sesama gadis remaja sudah mulai memasuki masa pubertas, yang ditandai dengan menstruasi, justru Tina belum merasakannya. Mendengar cerita teman-teman seusianya mulai menstruasi di rumah, sekolah, atau mal dengan segala kepanikan, kebahagiaan, bahkan kebingungan menghadapi hal ini, Tina hanya cengar-cengir. "Elo tuh gendut banget, sih! Makan dikurangi, dong. Kerjaan lo makan enggak berhenti-henti, sih, makanya badan lo bengkak dan belum mens," demikian perkataan teman-teman Tina. Sykurlah, pada usia 15 tahun, Tina akhirnya mengalami menstruasi.
Kenyataan pahit tak berhenti sampai di situ, saat badan Tina kian membesar, ia mulai dikucilkan teman-temannya. Umumnya, remaja seusia Tina yang mulai sadar fashion atau penampilan mengeksplorasi diri dengan mengenakan aneka busana minim bergaya remaja, sementara Tina tak bisa mengenakannya dan dijuluki disaster fashion.