Rapper Joshua Matulessy atau yang dikenal dengan JFlow. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta - Rapper JFlow banyak mendengar cibiran dari beberapa orang bahwa berkreasi menggunakan bahasa Inggris itu artinya tidak nasionalis. "Itu pemikiran nasionalis yang sempit," katanya kepada Tempo 3 April 2014 di Jakarta.
Menurut pria yang biasanya menggunakan topi berlambang +62 yang artinya adalah kode nomor telepon Internasional untuk Indonesia itu, menjadi orang yang nasionalis, orang itu seharusnya siap mewarnai dunia, bukan memusuhi dunia. "Kita ada di tengah tengah dunia, pergaulan internasional community, agar Indonesia punya andil, ya pakai bahasa Inggris," katanya.
Ia mengatakan, ketika ia ingin menyuarakan dan mempromosikan Indonesia di dunia Internasional, tentu saja akhirnya ia harus bisa bahasa Internasional, seperti Inggris. Begitu juga dengan lagu, agar pesan dalam lagu-lagu yang dia ciptakan sampai ke telinga masyarakat Internasional. "Kalau semua dunia pakai bahasa Jawa, saya juga akan ngomong bahasa Jawa. Kalau bahasa internasional itu Tagalog, saya juga akan langsung kursus tagalog demi pesan dalam lagu saya sampai," kata pemilik nama Joshua Matulessy ini.
Melalui lagunya, pencipta lagu We Are One ini pun JFlow berharap masyarakat dunia bisa menaruh hormat atas negerinya, Indonesia. "Agar misi gue nyampe, gimana caranya untuk kasih tahu kalau Indonesia itu bukan hanya negara dunia ketiga, tapi kita akan jadi negara ketiga nanti yang akan memimpin dunia. Makanya gue harus buat pakai bahasa internasional," kata pria yang ingin agar musik-musik Indoensia bisa berkarya di panggung internasional.
Pria yang pernah tergabung di Saykoji ini ia tidak membenci bahasa Indonesia. JFlow mengaku juga pernah membuat lagu berbahasa Indonesia. "Artinya itu gue tujukan lagu itu untuk masyarakat Indonesia," kata pria yang pernah membuat lagu di Inggris dalam dengan para model yaitu, para pemain klub sepakbola bergengsi Manchester United.
