TEMPO.CO, Jakarta - Ada saja gagasan, pemikiran, dan karya yang lahir melalui tangan dingin Eros Djarot. Tahun 1993, pria 63 tahun ini pernah menerbitkan tabloid Detik, meski hanya berusia serambut jagung. Dengan motto "Bacaan bagi Mereka yang Berpikir Merdeka", media bikinan Eros diberedel pada 21 Juni 1994 bersama majalah Tempo dan majalah Editor. Mengaku kembali jatuh cinta pada media sejak tahun lalu, Eros melahirkan Nefos News, situs berita politik.
"Dunia media masih membuat saya bergairah," kata Eros. "Saya enggak mau terlalu bernafsu, biar saja dengan apa adanya dulu, buah kesabaran itu pasti ada hasilnya, enggak mungkin sia-sia. Dulu Detik juga demikian, siapa sangka jadi besar?"
Ditemui pada Selasa, 11 Februari 2014, di rumahnya di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, pria kelahiran Rangkasbitung, 22 Juli 1950, ini mengatakan kehadirannya kembali di dunia media dikaitkan dengan kedekatannya dengan beberapa tokoh.
"Ada yang bilang ini medianya Hatta Rajasa. Ha-ha-ha, gila saja. Enggak ada sepersen pun uang dari tokoh dan partai mana pun. Ini murni uang saya. Karena melalui media saya selalu ingin jadi bagian dari perubahan Indonesia. Dulu Detik pernah ada dan sukses. Untuk yang ini saya tak mau serakah, santai saja namun saya percaya semua ada waktunya," kata Eros panjang lebar.
Suami Dewi Djarot ini menuturkan media adalah pilar sebuah bangsa. "Dan media itu seperti halnya karya seni, selalu ada tantangan tersendiri dan mengasyikkan."
Eros juga berani menjamin medianya independen dan murni dibiayai sendiri. "Enggak ada campur tangan uang siapa pun. Dan setiap saya menulis apa pun atau tokoh mana pun enggak akan pernah takut. Kalau memang harus ditulis dan dibongkar ya, do it. Saya bikin media ini murni dari kocek pribadi, bukan titipan tokoh atau partai mana pun," ujarnya panjang lebar.
