Mari Elka Pangestu (kanan) mengukuhkan motif sulam dari Sumatera Barat, Jawa Timur dan Bali sebagai motif sulaman khas daerah dari Indonesia di Padang, Sumatera Barat, (1/11). TEMPO/Febrianti
Ketua Yayasan Sulam Indonesia Triesna Jero Wacik mengatakan YSI dan PGN akan terus membina dan mengembangkan seni sulam Indonesia yang dapat dirasakan manfaatnya secara ekonomi, terutama bagi para perajin yang sebagian besar ibu-ibu rumah tangga.
“Di Jember saja dulu saat kita mulai mau pelatihan, sudah banyak wanita yang siap-siap jadi TKW (tenaga kerja wanita), tetapi setelah ada pelatihan, mereka nggak jadi berangkat karena merasakan menyulam ternyata lebih menguntungkan,” kata Triesna Jero Wacik.
Ia mengatakan, yang masih perlu diperhatikan dalam pengembangan seni sulam di Indonesia adalah produksi termasuk desain dan kualitasnya. Selain itu perajin juga perlu lebih banyak belajar menerapkan manajemen profesional dan menyelami perkembangan dan selera pasar.