Paduan Jawa-Jepang Membuka Drupadi Pandawa Diva
Editor
Gustidha Budiartie
Jumat, 16 Agustus 2013 16:48 WIB
TEMPO.CO , Jakarta - Setelah 30 tahun mengkaryakan dirinya dalam seni keramik, keramikus F. Widayanto menyiapkan pameran tunggal ke-16 yang bertajuk Drupadi Pandawa Diva yang akan dibuka dengan pertunjukkan wayang.
Uniknya, pertunjukkan ini memadukan unsur Wayang Kulit Jawa dan Bunraku dari Jepang.Acara yang digelar 22 Agustus mendatang ini hanya berlaku untuk undangan.
"Setiap pameran saya selalu mengadakan performance, namun kali ini saya ingin menghadirkan sesuatu yang beda," ujar Widyant dalam press conference yang digelar di galeri miliknya di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan, hari ini, Kamis, 15 Agustus 2013.
Dalam pertunjukkan ini, ujar Widayanto, dipadukan unsur tiga dimensi dari boneka Bunraku dan permainan bayangan dua dimensi dari wayang kulit.
Lakon dalam pertunjukkan ini selaras dengan tema besar eksibisi keramik Widayanto, yakni perjalanan hidup Drupadi. Drupadi sebagai tokoh utama diwujudkan dalam bentuk tiga dimensi, sementara tokoh lain seperti Kresna, Kurawa dan Pandawa Lima ditampilkan dalam dua dimensi.
"Di pertunjukkan ini tidak ada dialog, penceritaannya lebih mengandalkan musik dan gerak," ujarnya menambahkan. Dari segi musik diisi oleh orkestra, gamelan, hingga vokal dan perkusi.
Drupadi, merupakan tokoh wanita dalam pewayangan yang berhasil menjerat Widayanto. "Drupadi merupakan tokoh yang sangat berkarakter, kuat, cantik, dimaui banyak pria, juga sosok perempuan yang bisa tertawa lebar menertawai orang," ujarnya. Contohnya, kata Widayanto, ketika Drupadi menertawai Duryodana yang tercebur ke kolam di istana Indraprastha.
Sosok Drupadi ini kemudian ia tangkap dalam karya keramiknya yang ditampilkan dalam eksibisi di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, pada 22-30 Agustus mendatang. Pengerjaan keramik Drupadi yang memadukan bahan kayu, besi, kain, hingga perak ini memberikan tantangan tersendiri untuk Widayanto. Selain kerumitan detailnya, ukuran patung-patung yang dibuatnya cukup besar, bahkan mencapai dua meter.
"Padahal oven saya hanya 1,1 meter," ujarnya. Jalan keluarnya, ujar Widayanto, memotong dan mengelem kembali potongan patung tersebut. "Ini merupakan kerumitan tersendiri, apalagi cukup banyak gerak tubuhnya yang tidak simetri," ujarnya menambahkan.
RATNANING ASIH