Sensasi Jazz pada Suhu Delapan Derajat Dieng

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 3 Juli 2013 08:42 WIB

Pertunjukkan Jazz Atas Awan di Kompleks Candi Arjuna Dieng, Banjarnegara, di ketinggian 2.350 meter di atas permukaan laut dengan suhu 7 derajat celcius (30/6). TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Dieng - Lagu galau dengan judul “Jurang Kerinduan” tak membuat penonton di pelataran Kompleks Candi Arjuna beringsut. Justru, grup band asal Yogyakarta, Gelas Kaca, mampu membuat penonton pertunjukkan Jazz Atas Awan berjoget mengikuti irama. “Biasanya kalau sedang kedinginan saya reflek misuh-misuh, tapi kemarin harus ditahan demi kesopanan,” kata Mutia Rizki, vokalis Gelas Kaca, kepada Tempo, Selasa 2 Juli 2013.

Mutia awalnya mengaku cukup kesulitan menyanyikan lagu jazz pada suhu delapan derajat celcius. Giginya bergemeretak “trembling” menahan suhu dingin. Tenggorokan cepat kering. Namun, vokalis yang suaranya mirip Andien itu, sukses menstabilkan suaranya.

Bagi dara manis ini, hanya ada satu kata, keren. Menurut dia, konsep panggung yang menyatukan penonton dengan performer membuat suasana dingin Dieng jadi terasa hangat.”Apalagi ketika penonton menyambut kami dengan antusias, it feels so great, love that moment more than anything,” ujarnya. Ia berharap, pada gelaran tahun depan, panitia lebih banyak menyediakan anglo agar suasana semakin hangat.

Jazz Atas Awan merupakan ikhtiar masyarakat pariwisata Dieng untuk mengenalkan musik jazz bagi kaum sarungan, kaum akar rumput. Selama ini jazz dinilai hanya untuk kalangan berduit dan kelas atas. Jazz Atas Awan sendiri merupakan acara penutup rangkaian Dieng Culture Festival yang diselenggarakan 29-30 Juni 2013. "Dinamai Jazz Atas Awan, karena Dieng adalah kawasan pemukiman di ketinggian sekitar 2.350 mdpl. Ini negeri atas awan,” kata Budhi Hermanto, penggagas gelaran jazz atas awan.

Dengan latar panggung Candi Arjuna yang disorot lampu warna-warni, jazz atas awan menemukan sisi romantisnya. Penonton yang sebagian besar warga Dieng pun terlihat menikmati betul sajian yang baru pertama kali mereka lihat itu. “Biasanya kami melihat lengger atau kuda lumping, baru kali ini saya melihat music jazz,” kata Kabul Suwoto, warga Dieng Kulon yang mengajak anak istrinya.

Sayangnya, kata dia, venue pertunjukan jazz dengan candi sebagai altarnya sangat terbatas, sehingga penonton yang datang belakangan, terpaksa menonton dari belakang pertunjukan. Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno, yang malam itu sengaja hadir untuk melihat pertunjukan jazz atas awan mengatakan, gelaran jazz atas awan ini menarik karena mendekatkan musik jazz pada rakyat, jazz bukan hanya domain bagi kelompok menengah. "Dalam jazz atas awan ini, musik jazz juga bisa dinikmati oleh masyarakat biasa. Jazz adalah musik rakyat. Bahkan bunyi tetesan hujan, halilintar, gemercik air di sungaai disekitar kita adalah juga jazz,” katanya.

Ada 10 penampil dalam gelaran jazz atas awan. Mereka adalah Teleskeblues (Banjarnegara), Dawai The Ecthnicity (Bandung), Pandawa (Banjarnegara), Gelas Kaca (Yogyakarta), Nalaswara (Purwokerto), JFU Band (Semarang), SNF Band (Salatiga), Harmony (Purwokerto), Absurd Nation (Semarang), dan penampil special sebagai penutup gelaran adalah Band Jazz yang dimainkan oleh anak-anak SMAN 1 Banjarnegara.

Gelaran jazz atas awan dibuka oleh band pembuka asal Banjarnegara, Teleskeblues yang tampil dengan baik, dilanjutkan penampilan kelompok musik Dawai The Ecthnicity dari Bandung yang memainkan musik perpaduan gitar, bass, dan karinding (alat musik tradisional Sunda). Penampilan Dawai yang menyuguhkan musik instrumentalia ini sangat menghipnotis para penonton malam itu.

Penampilan band asal Dieng, Banjarnegara (Pandawa) tak kalah menarik. Dalam salah satu perfomance, Pandawa mengiringi Hadi Supeno melantunkan lagu "Juwita Malam".

Alunan musik yang sangat "jazzy" dipertunjukan oleh Nalaswara, JFU Band, Sekawan & Friends, dan Absurd Nation. Penampilan mereka sangat menghibur dan mendekatkan musik jazz yang biasanya dinikmati oleh kelompok menengah, menjadi musik yang bisa juga dinikmati oleh orang-orang yang berkerudung sarung, di Dataran Tinggi Dieng.

Semakin malam, penonton yang menyengaja untuk melihat pertunjukan jazz atas awan, semakin interaktif dengan pemusik yang tampil. Venue jazz yang direrumputan tanpa panggung, jarak penonton dengan pemusik hanya sejengkal.

Gelaran jazz atas awan ditutup oleh penampilan gorup band pelajar SMUN 1 Banjarnegara yang menyuguhkan lagu pop dengan irama jazz . Mereka mengaransmen lagu "Kita" (Sheila on Seven), "Cintaku" (Crisye) dan "Rumah kita" (God Bless) dalam balutan jazz yang menarik. Penonton bahkan akhirnya berdiri dan ikut bernyanyi bersama, sambil kedinginan tentunya.

ARIS ANDRIANTO

Berita terkait

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

9 hari lalu

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Sandiaga Uno yakin BNI Java Jazz akan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Baca Selengkapnya

Tiket Snoh Aalegra di Spesial Show Java Jazz Festival Lebih Mahal Dibanding Laufey, Segini Harganya

25 hari lalu

Tiket Snoh Aalegra di Spesial Show Java Jazz Festival Lebih Mahal Dibanding Laufey, Segini Harganya

Harga tiket special show di Java Jazz Festival antara Snoh Aalegra dan Laufey berbeda Rp 150 ribu.

Baca Selengkapnya

Mengenal Snoh Aalegra, Penyanyi Swedia yang akan Tampil di Java Jazz Festival 2024

26 hari lalu

Mengenal Snoh Aalegra, Penyanyi Swedia yang akan Tampil di Java Jazz Festival 2024

Penyanyi Swedia, Snoh Aalegra masuk dalam deretan penampil bersama Laufey di Java Jazz Festival 2024 di JIExpo Kemayoran pada 26 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Java Jazz Festival Umumkan Nama Baru, Snoh Aalegra Jadi Tamu Special bersama Laufey

28 hari lalu

Java Jazz Festival Umumkan Nama Baru, Snoh Aalegra Jadi Tamu Special bersama Laufey

Dalam unggahan Java Jazz 2024, terlihat nama Snoh Aalegra berada di deretan paling atas spesial show.

Baca Selengkapnya

Kata Dewi Gontha Soal Festival Musik Indonesia yang Lebih Berkembang dari Singapura

42 hari lalu

Kata Dewi Gontha Soal Festival Musik Indonesia yang Lebih Berkembang dari Singapura

Perwakilan penyelenggara Java Jazz Festival, Dewi Gontha mengungkapkan bahwa Singapura menyontek festival musik Indonesia.

Baca Selengkapnya

Line Up Java Jazz Festival 2024 hingga Alasan Laufey Tampil di Spesial Show

43 hari lalu

Line Up Java Jazz Festival 2024 hingga Alasan Laufey Tampil di Spesial Show

Line up Java Jazz Festival 2024 fase kedua telah diumumkan dengan Laufey sebagai penampil di spesial show.

Baca Selengkapnya

Bantah Bruno Mars dan Katy Perry akan Tampil di Java Jazz Festival, Promotor: Kesalahan Teknis

43 hari lalu

Bantah Bruno Mars dan Katy Perry akan Tampil di Java Jazz Festival, Promotor: Kesalahan Teknis

Dewi Gontha mengklarifikasi bahwa Bruno Mars dan Katy Perry tidak akan tampil di Java Jazz Festival 2024.

Baca Selengkapnya

Laufey Kembali ke Jakarta untuk Java Jazz Festival 2024, Kini sebagai Special Show

19 Desember 2023

Laufey Kembali ke Jakarta untuk Java Jazz Festival 2024, Kini sebagai Special Show

Datang lagi ke Jakarta, Laufey akan meriahkan Special Show Java Jazz Festival 2024 hari kedua.

Baca Selengkapnya

Jordan Susanto Ungkap Kisah di Balik Lagu Cherry

14 Juni 2023

Jordan Susanto Ungkap Kisah di Balik Lagu Cherry

Jordan Susanto mengaku selalu tertarik untuk menciptakan lagu yang judulnya berasal dari nama seorang perempuan, terbaru adalah Cherry.

Baca Selengkapnya

Anastasya Poetri Pulang ke Indonesia Demi Tampil di BNI Java Jazz Festival 2023

8 Juni 2023

Anastasya Poetri Pulang ke Indonesia Demi Tampil di BNI Java Jazz Festival 2023

Anastasya Poetri yang sedang menempuh pendidikan musik di Berklee College of Music, Boston, Amerika Serikat, bangga perdana tampil di Indonesia.

Baca Selengkapnya