Eyang Subur keluar dari Mabes Polri di Jakarta, (19/04). Kedatangnya Eyang Subur ke Mabes Polri untuk melaporkan Adi Bing Slamet yang telah mencermarkan nama baiknya atas tuduhan menganut aliran sesat. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta-- Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait meminta agar pihak yang berkepentingan mengedepankan pemenuhan hak anak-anak Eyang Subur. Meski Majelis Ulama Indonesia menyarankan agar Eyang Subur menceraikan istri kelima hingga istri kedelapannya, hak anak harus tetap dilindungi.
"Dia harus tetap bertanggung jawab atas anak-anaknya baik dalam hal pengasuhan dan tanggung jawab secara materi," kata Arist kepada Tempo, Kamis, 25 April 2013.
Arist mengatakan proses perceraian antara suami istri tak menggugurkan hubungan perdata antara orang tua dengan anak. Oleh sebab itu, nantinya Eyang Subur harus tetap mengurus anak-anaknya meski telah bercerai. "Hak asuh kan melekat di kedua orang tua, kecuali kalau satu pihak dinilai tidak laik dan cakap mengurus anak," ujarnya.
Arist mengakui, kehidupan keluarga Eyang Subur saat ini sangat jauh dari konsep keluarga ideal bagi anak-anak. Soalnya mereka tinggal dalam rumah yang terdiri dari satu ayah dan delapan ibu. "Ini berakibat buruk bagi perkembangan psikologis anak, keluarga mereka berbeda sekali dengan keluarga normal."
Dia menilai situasi ini tetap akan merugikan anak, tak peduli sejumlah istri diceraikan ataupun tidak. Oleh sebab itu, dia meminta para pihak yang berkepentingan tak gegabah dalam mengambil keputusan. "Aturan agama yang membatasi pria memiliki empat istri harus dihormati, tetapi tetap mengedepankan hak anak," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Majelis Ulama Indonesia meminta Eyang Subur menceraikan beberapa istrinya. Soalnya tindakan dia tinggal dalam satu rumah bersam am delapan istri dianggap menyimpang dari ajaran Islam.
