Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono menanam pohon saat kunjungan kerja ke lereng gunung Slamet di desa Batumirah, Tegal, Jateng, Kamis (21/2). ANTARA/Oky Lukmansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Sulva Nur Humairoh duduk tak tenang di barisan kedua dari belakang pada undak-undakan dari susunan bambu di Bukit Cupu, Desa Batumirah, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, kemarin. Sesekali dia bersama temannya pengurus Dewan Ranting Kerja Pramuka tingkat kecamatan itu mengeluh lelah dan lapar. “Lapar, ngantuk, dan lelah campur aduk,” Sulva mengeluh.
Siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri Satu Bojong itu mengaku jenuh saat menunggu kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di bukit tempat Presiden menggelar dialog dengan petani dan peternak setempat. “Bayangkan, saya harus berangkat jam lima pagi. Jangankan sarapan, minum air hangat saja tak sempat,” ujar Sulva.
Beratnya menunggu Ssng Presiden makin bertambah ketika dia harus menaiki ribuan anak tangga berundak. Akibatnya, dia terpaksa harus beristirahat di lima pos. Meski mengaku sering bertualang dalam kegiatan Pramuka, Sulva mengaku kurang persiapan. Dia dan anggota Pramuka lain telah dikoordinasi sejak dua pekan lalu untuk menyambut sang Presiden.
Kelompok Pramuka itu makin kesal karena kedatangan Presiden ternyata mundur dari jadwal. Presiden SBY dijadwalkan di bukit itu pada pukul 09.30. Wajah mereka tampak kuyu setelah menanti kedatangan Sang Presiden sejak pukul 06.00 pagi. Apalagi tumpukan kotak yang berisi nasi tak kunjung dibagikan panitia yang kebanyakan berseragam militer.
Kamil, 55 tahun, juga merasa lapar. Anggota kelompok petani dan peternak Gemah Ripah ini duduk di belakang barisan anggota Pramuka. “Saya sudah biasa naik-turun mencari rumput di bukit ini. Tapi kali ini perut belum kemasukan nasi,” ujar Kamil. Toh, dia tetap bersemangat karena berharap ada bantuan tambahan lagi dari sang Presiden yang dia tunggu sejak pagi buta.
Sudah lima bulan ini Kamil memelihara seekor sapi yang dia peroleh dari program pemerintah SBY. Sebelumnya, dibelikan dari program bantuan pemerintah. Kali ini dia bersama kelompoknya berharap ada bantuan alat pengelolaan kotoran sapi untuk pupuk. “Makanya saya siap datang,” ujarnya.