Tentang Tanah yang Terampas  

Reporter

Editor

Senin, 2 Mei 2011 14:20 WIB

Pementasan Teater Tanah karya Iman Soleh di Sanggar Baru, Taman Ismail Marzuki Jumat (29/4) TEMPO/Muhammad Fadli
TEMPO Interaktif, Jakarta - "Tanah adalah sumber segala hal, dengan tanah kami bisa hidup. Di tanah ini kami menabur harapan-harapan. Aku ada karena tanah itu ada…."

Sederet kalimat keprihatinan itu terus mengalir dari mulut mereka ketika tanah yang kaya itu berubah menjadi lembaran-lembaran sertifikat dan dikuasai oleh orang-orang tamak. Ya, tanah mereka terampas dan kemudian para penguasa mengubah tanah itu menjadi gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan, dan jalan tol.

Pelbagai sindiran akan penjualan tanah yang marak belakangan ini juga terlontar dalam pementasan teater berjudul Tanah di panggung terbuka Sanggar Baru, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat malam lalu. Pertunjukan teater yang dimainkan warga Ledeng, Bandung, Jawa Barat, itu adalah garapan sutradara Iman Soleh bersama aktivis Komunitas Celah Celah Langit (CCL).

Pementasan itu juga menyadarkan masyarakat akan dampak impian-impian semu, mereka harus rela kehilangan keindahan alam yang pernah mereka miliki. Tak ada lagi sawah yang hijau, sungai yang jernih, dan hewan-hewan yang selama ini menjadi sahabat. Semuanya berubah, tanah kelahiran berganti dan berpindah tangan menjadi milik orang lain. Makam nenek moyang pun hilang tak berbekas.Tak tersisa!

Boleh dibilang, pertunjukan teater malam itu cukup menarik. Para pemain tidak terpaku terhadap naskah. Dalam pementasan yang berlangsung sekitar 60 menit itu, setiap gerakan hingga dialog sering melibatkan penonton, semuanya mengalir, tak ada jarak. Semuanya menyatu,

Penataan panggung dibuat sedekat mungkin dengan penonton. Panggung dibuat sejajar dengan penonton. Hanya bambu dan batang padi yang diikat yang diatur mengelilingi panggung utama sebagai batas penonton dan pemain. “Saya memang sengaja tak membuat batasan dan jarak dengan penonton. Justru kami ingin membangun kedekatan sehingga kesan merakyat itu ada. Kami itu saudara,” kata sutradara, Iman Soleh.

Pementasan yang disiapkan sejak November tahun lalu itu merupakan hasil kerja tim. Dimulai dari riset tentang geoestetik, diskusi mengenai tanah, hingga bunyi-bunyi yang sesuai dengan ranah bumi. Bahkan untuk penggarapan naskahnya, Iman mengaku dirinya hanya bertindak sebagai editor. Semua naskah itu merupakan masukan dari para pemain. "Kami menulis bersama, menentukan gagasan, mendiskusikannya. Saya di sini duduk sebagai editor yang menyusun naskah pertunjukan saja," ujarnya menjelaskan.

Melalui pementasan ini, Iman berharap agar masyarakat bisa lebih menghargai tanah kelahirannya. Sebab, tutur Iman, dari tanahlah kita ada. Kitalah tanah itu. Menyakiti tanah berarti menyakiti diri sendiri, membahagiakan tanah membahagiakan diri sendiri, jangan jual tanahmu, menjual tanah menjual diri sendiri. Menjual tanah, menjual ibumu.


SURYANI IKA SARI

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

18 jam lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya