Penjelajahan Nada Dwiki Dharmawan

Reporter

Editor

Minggu, 3 April 2011 09:59 WIB

Dwiki Dharmawan di Teater Salihara.(SALIHARA/WITJAK)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Rentetan nada yang keluar dari instrumen piano itu bukan lagi tangga nada diatonis. Begitu juga alat musik string yang mengawalnya. Permainan gamelan Bali diusung dalam permainan instrumen modern. Kalimat-kalimatnya diobrak-abrik dalam warna jazz. Sinkopasi bertaburan di setiap frasa. Bahkan tak jarang terdengar disonan.

Begitulah komposisi berjudul Gunungan yang disuguhkan musisi Dwiki Dharmawan. Komposisi yang kental dengan warna Bali itu merupakan karya teranyar Dwiki yang digarap bersama Nyoman Windha. "Saya banyak belajar dari sahabat saya di Bali, I Nyoman Windha," ujar Dwiki.

Gunungan merupakan satu di antara 10 komposisi yang dibawakan Dwiki dalam konsernya di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis malam lalu. Kursi-kursi yang tersedia dipenuhi para penonton. Tepuk tangan selalu terdengar riuh setelah repertoar dimainkan.

Malam itu, sebagian besar komposisi yang disuguhkan dalam pertunjukan diambil dari album Dwiki Dharmawan World Peace Orchestra. Nomor-nomor dalam pertunjukan ini akan ditampilkan di perhelatan besar di Belanda, Swiss, Italia, dan Australia pada Juli nanti. Yang menarik, lagu-lagu tersebut dimainkan dengan cara dan format yang berbeda. Lebih jazzy dan berani menjajaki nada.

Inilah pertunjukan pertama Dwiki dengan instrumen string tanpa melibatkan perkusi. Kali ini ia tak mengusung seabrek personel orkestra, tapi memilih berkolaborasi dengan Jogya String Quartet dan pemain bas Donny Sunjoyo. Boleh dibilang malam itu Teater Salihara benar-benar menjadi ruang pertunjukan akustik.

Simak saat lagu Arafura dimainkan. Bila dibandingkan dengan performa lagu itu dalam album Dwiki Dharmawan World Peace Orchestra, penampilan Dwiki dan kawan-kawan terasa lebih dinamis. Lagu dibuka dengan eksplorasi warna bunyi yang tak lazim oleh tiap-tiap instrumen. Dwiki, yang memegang piano, mulanya membuat suara amat gaduh dengan memainkan nada ambitus rendah dengan ritme perkusif. Lalu ia berdiri tak lagi memegang tuts, tangannya meraih dawai senar piano. Kemudian suara "gemeresak" muncul yang ditimbulkan dari kertas-kertas partitur. Dwiki mengobrak-abrik, lalu menghamburkan kertas-kertas itu ke udara.

Yang tak kalah menarik adalah eksplorasi instrumen string yang dimainkan Jogya String Quartet. Eko Balung dan Fafan Isfandiar dengan violin mereka membuat suara mirip burung cangak. Gesekan bow pada nada tinggi dengan teknik tertentu berhasil mendekati suara burung itu. Begitu juga Adi Nugroho (viola) dan Dimawan Kresno Adji (cello) membikin suara lain dengan ambitus nada lebih rendah. Keduanya seperti menghadirkan suasana tepi pantai di ruang teater yang tak terlalu besar itu.

Menurut Dwiki, dengan format yang lebih ringkas begini, itu lebih memberi detail permainan tiap-tiap instrumen. "Kesempatan mengeksplorasi nada lebih lebar. Saya suka permainan seperti ini, lebih puas," ujarnya seusai pentas. Betul saja, Dwiki membiarkan kawan-kawannya memanfaatkan ruang pause itu untuk unjuk nada meski hanya sekejap.

Bagi Dwiki, musik tradisional Indonesia tak akan pernah habis dieksplorasi. Lagu rakyat menjadi inspirasi baginya untuk mencipta karya-karya. Semangatnya terhadap lagu rakyat juga dituangkan dalam beberapa lagu. Misalnya Cik-cik Periuk yang disambung dengan Paris Barantai. Lagu rakyat dari Kalimantan ini mulanya dimainkan dengan ritme keroncong. String secara bergantian berperan menjadi instrumen cak dan cuk. Tak lagi digesek, melainkan dimainkan secara pizzicato. Melodi lagu justru dipegang oleh double bass yang dimainkan oleh Donny Sunjoyo dengan sangat manisnya. Para penonton tampak larut dalam ritme itu.

Piano Dwiki kemudian masuk dalam lagu Paris Barantai. Kali ini nada-nada pentatonis itu diobrak-abrik olehnya dalam nuansa jazzy. Terdengar sangat etnis.

Malam itu, Dwiki dan kawan-kawan yang berpenampilan serba hitam mempersembahkan 10 lagu. Selain tiga lagu di atas, mereka memainkan beberapa lagu lainnya, seperti Tribal Dance, Janger, Numfor, Rindu Kami Padamu, dan Jazz for Freeport.

Sebagai lagu penutup, Dwiki memilih The Spirit of Peace. Tema lagu dengan corak Arabian ini dimunculkan hampir di tengah-tengah lagu. Agak mengagetkan, karena tidak seperti yang kita dengar dalam album Dwiki Dharmawan World Peace Orchestra, tema tersebut sudah muncul di awal lagu. "Dalam album memang dibuat lebih pop," Dwiki menjelaskan.

Dwiki mencoba seinteraktif mungkin dengan para penonton dalam lagu ini. Penonton diajaknya bertepuk tangan sebagai pengganti perkusi. Repertoar pun menjadi semakin hidup. Bravo!

ISMI WAHID

Berita terkait

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

5 hari lalu

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

Semua kebiasaan ini bukan menjadi hal menakutkan karena bisa diubah dengan pola hidup sehat.

Baca Selengkapnya

Cara Melihat Receiptify Spotify untuk Mengetahui Musik yang Sering Diputar

7 hari lalu

Cara Melihat Receiptify Spotify untuk Mengetahui Musik yang Sering Diputar

Belakangan ini sedang tren orang-orang yang membagikan receiptify Spotify ke media sosial. Ini cara melihat receiptify Spotifnya.

Baca Selengkapnya

Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

11 hari lalu

Cara Menambahkan Musik di Bio Instagram di Android dan iPhone

Instagram kembali mengeluarkan fitur baru. Kini Anda bisa menambahkan musik di bio Instagram yang bisa diputar. Berikut caranya.

Baca Selengkapnya

Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

19 hari lalu

Playlist AI ala Spotify, Bisa Menyuguhkan Lagu Sedih Hingga Musik Pengiring Pertarungan

Spotify mengembangkan fitur pembuatan playlist lagu berbasis kecerdasan buatan. Pengguna bisa memakai keyword unik untuk mencari musik favorit.

Baca Selengkapnya

Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

24 hari lalu

Mengenal Lizzo, Sempat Dianggap Pensiun sebagai Penyanyi dan Klarifikasi Ungkapannya

Penyanyi Lizzo sempat menyatakan di Instagram dia ingin mengakhiri kariernya dalam industri musik

Baca Selengkapnya

45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

42 hari lalu

45 Tahun Adam Levine, Tangga Kesuksesan Pentolan Band Maroon 5

Adam Levine vokalis Maroon 5 yang juha Juri The Voice America hari ini berulang tahun ke-45. Ini karier bermusiknya dan tangga raih kesuksesan.

Baca Selengkapnya

Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

43 hari lalu

Berbuat Asusila dengan Modus Orkes Musik Sahur Keliling, Enam Orang Ditangkap di Makassar

Polisi menangkap enam orang anggota orkes musik kelilng usai viral video perbuatan asusila dua personelnya

Baca Selengkapnya

Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

46 hari lalu

Bahaya Suara Keras di Pusat Kebugaran, Bisa Kehilangan Pendengaran

Pakar audiologi mengingatkan dampak suara keras pada pendengaran, baik musik maupun teriakan instruktur, di pusat kebugaran atau kelas senam.

Baca Selengkapnya

Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

47 hari lalu

Profil Promotor Musik Adrie Subono, Java Musikindo Akan Comeback?

Adrie Subono adalah promotor musik yang berpengalaman menghadirkan konser penyanyi dalam dan luar negeri. Ia juga merupakan keponakan dari B.J. Habibie.

Baca Selengkapnya

Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

53 hari lalu

Jaafar Jackson Memerankan Sang Paman dalam Film Biopik Michael Jackson, Ini Profilnya

Pemeran Michael Jackson dalam film biopik Michael akan diperankan keponakannya, Jaafar Jackson. Ini profil anak Jermaine Jackson itu.

Baca Selengkapnya