Serba Merah Muda Di Bentara Budaya  

Reporter

Editor

Kamis, 17 Februari 2011 13:37 WIB

Pameran bertema Love of Diary di Bentara Budaya Yogyakarta. (TEMPO/Anang Zakaria)


TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Kain sprei berwarna merah muda itu terhampar di atas kasur tanpa bantal dan guling. Sedikit berantakan namun terlihat hangat dan empuk untuk melelapkan diri. Di sudut kasur sebuah kondom bekas pakai tergeletak begitu saja dalam bungkusan tisu kotor. Adapun di sisi kasur, sebuah kondom lain yang belum terpakai tergeletak di atas karpet yang berwarna merah muda juga.

Savety Acn Be Fun, demikian karya seni instalasi perupa muda Ani Khaliq’fah itu, seakan menghadirkan romantisme bercinta dua insan manusia. Apalagi di sebuah meja kayu (yang juga berhias warna merah muda), yang terletak tak jauh dari kasur itu, Ani meletakkan segelas anggur merah. “Konsepnya memang kamar yang habis dipakai pasangan berhubungan badan,” kata dia, Rabu (16/2).

Bersama karya seni puluhan perupa lain, karya Ani itu dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, sejak 14 hingga 19 Februari 2011. Pameran bertema Love of Diary itu mengangkat realitas cinta dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di hari kasih sayang, Valentine.

Meski terkesan “tak sopan”, kata Ani, karyanya berusaha menampilkan senyata mungkin, apa yang dilakukan satu pasangan untuk mengungkapkan perasaan cintanya. “Tentu saja, itu untuk yang sudah menikah,” kata dia.

Di sisi lain, melalui karya itu, Ani mengungkapkan kegelisaan atas pergaulan bebas remaja yang kadang kerap keluar batas. Dengan berani dan keterusterangan karyanya, dia mencoba menyampaikan kritiknya.

Adapun desain dan seting karyanya, lebih banyak terinspirasi dari kamarnya. Bedanya, semua isinya diganti menjadi warna merah muda sesuai tema pameran. Valentine Day.

Tak hanya karya Ani yang berwarna merah muda, seluruh karya yang lain juga berwarna sama. Lihatlah Gubuk Cinta karya Putu Harimbawa. Seni Instalasi itu menghadirkan gubuk bambu bergaya panggung yang biasa ditemui di persawahan. Gubuk tempat menjaga padi itu beratap daun kelapa kering. Di atas lantai gubuk, selembar tikar pandan butut terhampar lengkap dengan bantal bersarung tikar.

Lagi-lagi, karya itu pun didominasi warna merah muda. Dari tiang bambunya hingga tembok gedung pameran yang didesain menjadi latar belakangnya.

Satu diantara tujuh kurator pameran, yang tergabung dalam Romantic Artvisory, Kadek Agus Mediana Putra, mengatakan ada 26 perupa muda yang bergabung dalam pameran itu. Mereka umumnya adalah mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. “Hanya satu perupa yang sudah lulus,” kata dia.

Pameran kali ini, kata dia, bermula dari “curhat” sesama anggota Romantic Artvisory. Berawal dari romantisme dan keakraban pertemanan itulah, terbesit ide menggelar pameran bersama perupa muda lain. Dan, pameran di Bentara Budaya Yogyakarta kali ini merupakan yang kedua kali digelar kelompok itu. Sebelumnya, pada 6 Februari 2011 lalu, mereka menggelar pameran perdana mereka di Ten Fineart Galeri di Sanur, Denpasar.

Dalam pameran kali ini, bersama enam kurator lain, dan juga dua puluhan perupa muda lain, Agus juga memamerkan karyanya. Berjudul Ketika Kloset Menjalin Cinta, Agus menghadirkan seni instalasi berbentuk kloset yang terbuat dari spon. Lagi-lagi, warnanya merah muda.

Menurut dia, melalui pameran itu, mereka hendak berkata, bahwa negeri ini, khususnya Bali, banyak menyimpan kisah percintaan yang luhur. Cerita-cerita itu, sekaligus memperlihatkan bukti betapa masyarakat kita sangat menghargai kasih sayang dan cinta dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya saja, di setiap upacara keagaman yang digelar di Bali, pertunjukan seni yang menampilkan lakon cinta masih banyak ditemui. Sampai-sampai, di setiap pementasan warga berjubel datang menonton.

Ya, masyarakat ini tumbuh bersama kisah-kisah cinta yang telah berkembang sejak berabad-abad lampau. Cerita Sri Rama yang bertarung melawan Rahwana untuk merebut kembali kekasihnya, Dewi Sinta, misalnya.

Atau kisah Jayaprana yang hidup dan berkempang populer di kalangan masyarakat Bali. Dikisahkan, Jayaprana, seorang jelata yang telah mengikat janji dengan gadis jelita bernama Layonsari. Lantaran kecantikan Layonsari, seorang raja berusaha meminangnya.

Namun, rayuan itu tak membuat Layonsari tergoda. Hingga akhirnya, dengan tipu daya raja melakukan pembunuhan terhadap Jayaprana. Kisah itu berakhir dengan kematian Layonsari dengan cara bunuh diri untuk menyusul Jayaprana di alam baka.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

42 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

49 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya