TEMPO Interaktif, Sebagai Duta Masyarakat Sehat Tanpa Rokok, Zukhriatul Hafizah merasakan benar beratnya berkampanye antirokok. Dia menilai beragam kalangan melakukan upaya penghalangan terhadap kampanye yang digalangnya. Betapa tidak, "Perusahaan rokok menjadi sponsor di mana-mana," ujarnya saat ditemui di salah satu gerai kopi di Tebet Indraya Square, Jakarta Selatan, Senin lalu.
Fiza--begitu ia disapa--lalu menceritakan kisahnya saat diundang salah satu televisi swasta mengisi program bincang pagi mengupas kampanye antirokok. Saat tiba di lokasi siaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan, secara sepihak pengelola program membatalkan acara itu. Alasannya, "Acara sudah berganti tema dan kami dianggap telat," katanya, kecewa.
Fiza menduga pembatalan acara karena ada "pesan" sponsor. Kekecewaannya bertambah lantaran pihak pengelola acara tak pernah meminta maaf. Namun pengalaman itu tak membuat Fiza berkecil hati. Sebagai bintang, ia juga kerap berhati-hati dalam menerima pekerjaan. "Saya menghindari sponsor rokok," katanya. "Kita harus tahu manajemen bekerja sama dengan siapa saja," tuturnya.
Dalam setiap kegiatan mengkampanyekan hidup sehat tanpa tembakau, Fiza selalu prihatin mendapati fakta bahwa anak-anak dan perempuan yang paling banyak menjadi korban. "Mereka adalah perokok pasif," ujarnya. Maraknya iklan rokok, kata dia, juga berkontribusi dalam meningkatnya jumlah perempuan yang merokok.
Menurut data yang didapatkan Fiza, jumlah perempuan perokok naik tiga kali lipat dalam kurun 2001-2004. "Merokok di kalangan perempuan malah dianggap gaya hidup." Ia menilai dampak buruk rokok bisa ditekankan jika pemerintah tegas. "Naikkan harga rokok," katanya.
Keterlibatan Fiza dengan gerakan antirokok ini bisa jadi lantaran pengalamannya menjadi reporter magang di sebuah stasiun TV swasta tiga tahun lalu, saat masih kuliah. Ketika itu ia mendapat tugas meliput upaya penegakan hukum atas pelanggaran peraturan daerah Provinsi DKI Jakarta tentang larangan merokok di tempat umum.
Lokasi peliputannya adalah Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Di sana Fiza menemukan aparat pemerintah merokok tanpa malu-malu. "Padahal di dinding tertulis larangan merokok," katanya.
Dua tahun setelah peristiwa itu, gadis 23 tahun ini didaulat menjadi Duta Masyarakat Sehat Tanpa Rokok oleh Komisi Nasional Pengendalian Tembakau pada Mei 2010. "Saya tak menyangka," ujarnya. Sebelum dinobatkan sebagai duta, Fiza terpilih sebagai Puteri Indonesia Lingkungan di Pemilihan Puteri Indonesia 2010 oleh Yayasan Putri Indonesia. Dalam kontes kecantikan itu, Fiza harus puas menempati posisi runner-up 1.
Meski gagal meraih posisi pertama, gadis berdarah Minang dan Banten ini tetap bersyukur. Karena status putri lingkungan ini, Fiza lebih mengenal budaya Nusantara. "Selama ini hanya di Jakarta saja," katanya.
Bergelut dalam dunia kontes kecantikan tak pernah dibayangkan Fiza sebelumnya. "Saya dulu tomboi," katanya. Di sekolah, anak bungsu pasangan Syamsir Anwar dan Yusra Lutan ini lebih berminat mengikuti kegiatan pasukan pengibar bendera, Pramuka, dan marching band. Ketertarikan Fiza pada kontes kecantikan dimulai sejak ia berhasil menyabet gelar Abang None Jakarta Timur meski gagal di tingkat provinsi lima tahun lalu.
Lingkungan keluarga Fiza juga erat dengan budaya agama. "Kakek saya seorang kiai," katanya. Fiza mengatakan kakeknya kerap memberi nasihat dan sangat berpengaruh pada kehidupannya. "Nama saya pemberian dari kakek," ujarnya. Meski cukup religius, sang kakek merestui cucunya menekuni kontes kecantikan. Bahkan, ketika Fiza menjadi None Jakarta Timur, kakeknya meneteskan air mata.
Sebelum benar-benar tertarik kepada kontes kecantikan, Fiza jatuh cinta pada bidang jurnalistik. "Saya suka nonton berita," katanya. Karena itu, sejak tamat sekolah menengah atas, ia mengambil Jurusan Komunikasi Massa di London School and Public Relations Jakarta demi mewujudkan cita-citanya menjadi wartawan. Saat menekuni bidang jurnalistik, Fiza mulai mengenal dunia kontes kecantikan. Hatinya mulai bercabang antara menekuni bidang jurnalis dan kecantikan.
Akhirnya Fiza memilih menekuni bidang kontes kecantikan. "Tapi saya tetap ingin menjadi presenter televisi," katanya. Pilihannya ini karena ia menganggap banyak jurnalisme televisi yang kurang berimbang dalam pemberitaan. "Banyak pemberitaan diintervensi pemilik televisi," katanya.
Fiza gadis yang ramah. Dipadu kemampuannya mengkampanyekan budaya Indonesia, ia berhasil meraih gelar terbaru, yaitu Miss Friendship, dalam Miss International 2010 di Cheng Du, Cina, November tahun lalu. Bahkan oleh Hermawan Kartajaya, pendiri dan CEO Mark Plus Inc, Fiza dianggap sosok perempuan sempurna yang memiliki daya tarik intelektual, ramah, dan spiritual. Karena itu, ia mendapatkan gelar Duta Marketeers dari perusahaan yang jago dalam pemasaran tersebut. AKBAR TRI KURNIAWAN
Biodata
Nama: Zukhriatul Hafizah
Panggilan: Fiza
Kelahiran: Bekasi, 8 Juli 1987
Orang tua: Syamsir Anwar dan Yusra Lutan
Status dalam keluarga: Bungsu dari empat bersaudara
Pendidikan:
SMA 81 Jakarta (2002-2005)
Jurusan Komunikasi Massa London School and Public Relations Jakarta (2005-2009)
Penghargaan:
Finalis Abang None Jakarta (2006)
Runner-up Puteri Indonesia (2009)
Puteri Indonesia Lingkungan (2009)
Duta Masyarakat Sehat Tanpa Rokok Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (2010)
Duta Marketeers oleh MarkPlus Inc (2010)
Miss Friendship di Miss International (2010)