Surti, Sawunggaling, dan Khayalannya  

Reporter

Editor

Jumat, 12 November 2010 08:33 WIB

Ine Febriyanti, pemeran Surti dalam monolog "Surti dan Tiga Sawunggaling" karya Goenawan Mohamad di ruang teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta. (TEMPO/Dwianto Wibowo)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Tiga burung sawunggaling terbang keluar melesat di tengah malam. Menjelang dini hari, mereka kembali kepada kain mori yang digambar Surti. Burung-burung imajiner itu seolah hidup. Mereka berbicara dengan perempuan yang selalu dirundung sedih.

Surti sepenuhnya menyimak apa yang dikatakan burung-burung itu. Selalu ada kisah yang mendebarkan hatinya. Sawunggaling mengikuti Jen, suaminya, sebelum mati. Jen adalah seorang komandan gerilya, seorang aktivis pergerakan yang ganjil dan gemar memburu mimpi.

Begitulah Ine Febriyanti akan melakonkan monolog karya Goenawan Mohamad berjudul Surti dan Tiga Sawunggaling. Lakon monolog dengan sutradara Sitok Srengenge ini akan dipentaskan di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, nanti malam dan esok. "Ini perasaan istri yang kesepian dengan segala kecemasan dan kecemburuannya," ujar Sitok.

Advertising
Advertising

Ine akan tampil melakonkan Surti, seorang perempuan Jawa biasa juga ibu rumah tangga yang mengisi hari-harinya dengan membatik. Ia selalu begitu setelah Jen dibunuh serdadu Belanda. Segala yang dialami Surti, pikiran maupun perasaannya seolah terpantul. Ia berada pada keraguan tentang segala yang mistis, kegamangan tentang politik dan perjuangan fisik. Juga gairah, amarah, cemburu, dan rasa kehilangan yang saling berkelindan.

Surti selalu menanti cerita tiga burung sawunggaling – Anjani, Baira, dan Cawir – dalam setiap malamnya. Mereka saling menyaksikan enam anak buah Jen menyerbu bivak Belanda, dan tiga di antaranya tewas tertembak. Atau, mereka juga menyaksikan Jen memiliki kekasih gelap, seorang pejuang yang jauh lebih muda.

Semuanya berjalan dalam alam khayali Surti. Begitulah Ine harus berjuang untuk menampilkan kisah-kisah itu supaya mengalir. "Dalam lakon ini Surti melakonkan 10 karakter sekaligus," kata Sitok.

Penyutradaraan juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Jika sembrono, salah-salah Surti akan terlihat seperti perempuan tak waras. Padahal naskah ini berkisah mengenai dunia batin perempuan Jawa yang terluka.

"Naskah ini mulanya adalah esei. Sulit ditemukan dramaturginya," tutur Sitok. Tantangan yang berat baginya karena alur dalam naskah tersebut tak ada awal, puncak maupun akhir. Maka yang dilakukan Sitok bersama asisten sutradara, Seno Joko Suyono, adalah menafsir ulang naskah dan kemudian menelisik elemen artistiknya.

Lakon ini tak selebihnya realis, bahkan cenderung semi surealis. Karena kisah yang dihadirkan berada pada kenyataan dan ruang imajinasi. Alur ceritanyapun sesungguhnya berjalan dengan struktur penuh ulang alik waktu. Dunia nyata dan khayali selalu berubah bergantian dalam kisah ini.

Sitok juga menambahkan unsur tari yang memperlihatkan ketiga burung sawunggaling dengan gerak yang berbeda. Ia mempercayakan kepada Hartati untuk menggarap koreografinya. Adapun bebunyian digarap oleh Jeffar Lumban Gaol dan Mogan Pasaribu. Mereka akan memperlihatkan bunyi burung sawunggaling yang tak nyata itu. Lalu, Dian HP akan menggarap lagu tentang mimpi.

Set dan properti panggung nantinya juga tak biasa. Sitok akan meletakkan cermin besar yang membentang di belakang panggung. Cermin tak lain menandai ketakterbatasan imajinasi. Tata panggung ini dibantu oleh arsitek Avianti Armand dan Lik War.

Selain itu, lantai dan semua properti akan dihadirkan dalam warna putih. Karena sifat warna ini justru menampung semua warna yang dianalogikan sebagai imajinasi yang tak berbatas dan tak berwarna. Ada lagi keranda putih yang diletakkan seolah tergantung agar terkesan surealis. Selanjutnya, simak bagaimana Surti dengan khayalan kesepiannya.

ISMI WAHID/Pelbagai Sumber

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

1 hari lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya