Dari Monyet sampai Peri Hutan

Reporter

Editor

Jumat, 29 Oktober 2010 13:52 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Dua detik kocokan gitar akustik ditahan. Rhythm pada enam senar lalu berubah seperti reggae. Senandung perempuan pengocoknya dengan suara kepala langsung mengikuti. Betotan dawai bas menyertai dengan nada rendah nan nakal. Suasana pesta pantai pun muncul dalam duet gitar dan bas. Begitu segar dan membuat pendengarnya bisa ikut menggoyangkan kepala mengikuti iramanya.

Itulah Kou Kou the Fisherman, satu dari sepuluh lagu--semua dalam bahasa Inggris--dari album terbaru Endah N Rhesa: Look What We’ve Found. Album yang dirilis akhir bulan lalu ini langsung terjual 3.000 keping dalam waktu tiga pekan. Prestasi ini bisa jadi akan menyaingi album sebelumnya, Nowhere to Go, yang telah terjual 16 ribu keping sejak diluncurkan Februari 2009.

Berbeda dengan album Nowhere to Go, yang lebih berwarna folk ballad dan bercerita tentang kehidupan perkotaan, album kedua lebih berkisah tentang hutan dan pantai. Kebanyakan lagu dibawakan dalam tempo cepat. Endah Widiastuti yang memainkan gitar, dan suaminya, Rhesa Aditya (bas), juga lebih banyak mengeksplorasi gaya rhythm. Salah satunya gaya Afrika, seperti dalam Kou Kou the Fisherman. “Saya mempelajari gaya Richard Bona (basis asal Kamerun) supaya lebih paham gaya Afrika,” kata Rhesa.

Monkey Song, lagu yang khusus dibuat sebagai lagu pertama di album, menunjukkan segarnya rhythm cepat--meski termasuk sederhana--yang disertai sedikit melodi pada dawai rendah. Suara Endah yang jarang bervibrasi terdengar jernih. Improvisasi grup yang terbentuk enam tahun lalu ini juga sangat terasa. Perubahan tempo dari tiga perempat menjadi empat perempat salah satu buktinya.

Lagu ini juga berhasil menarik pendengarnya lebih jauh melahap seluruh isi album. Sekaligus menghapus kesan album pertama yang cenderung pelan dan mellow. Endah dan Rhesa mampu menunjukkan gebrakan liar tapi tetap menjaga harmoni yang hangat. “Kami memang ingin ada perubahan yang seekstrem mungkin jika dibanding album pertama,” ujar Endah.

Eksplorasi rhythm Endah juga terasa pada Remember Me yang beraroma country. Pada Midnight Sun, kocokan ala ska yang disertai sedikit variasi melodi cukup terasa galak. Permainan Rhesa juga tak kalah menarik. Dalam Wish You Were Here, ia menggunakan bas fretless yang bunyinya memberikan warna lebih dalam pada lagu. Rhesa bukan hanya menjadi pengiring, melainkan ia tahu bagaimana menjadi lead saat Endah asyik dengan rhythm.

Peran perkusi juga mampu diambil keduanya secara bergantian. Tiadanya drum mampu ditutupi dengan kekayaan teknik keduanya. Mereka juga tidak menggunakan musisi lain, tak seperti album pertama yang menyertakan pemain tambahan. Terbukti sudah, gitar dan bas saja mampu menghasilkan kelengkapan sebuah grup musik. Pun dalam penggunaan guitalele (ukulele berdawai enam), kekosongan itu sulit dirasakan. Album ini jauh dari kesan monoton.

Bukan hanya keliaran nan ceria yang ditunjukkan Endah dan Rhesa, melainkan juga suasana kelam. Pada It’s Gone, misalnya, chord miring yang tak berlebihan menghasilkan kelirihan lagu yang bercerita tentang peri hutan yang siap mati karena hutan yang ditinggalinya dibabat. Petikan bas Rhesa yang hanya sesekali ikut menambah kelam lagu ini.

Dalam album ini, Endah pun bermain lebih dalam dengan gaya humming atau bergumam yang hampir ada di semua lagu. Lagu Mirror Spell, misalnya, menjadi enigma karena hanya berisi gumaman. Ditambah permainan harmoni dari petikan yang ditahan, lagu ini tetap terasa dalam dan menyayat. “Saya banyak mendengarkan Bobby McFerrin (penyanyi yang terkenal karena teknik humming),” kata Endah.

Tak melulu bergumam lirih, lagu Tuimbe (yang berarti bernyanyi dan menari) dipenuhi gumaman jazz yang asyik. Dengan nuansa ceria, Endah dan Rhesa menutup album dengan manis.

Sayang, faktor lirik terlihat masih terasa kurang dieksplorasi. Endah dan Rhesa sebenarnya bisa membuat lirik lebih nakal, seperti pada Monkey Song. Selain itu, di sejumlah lagu, lirik terasa terlalu mellow, meski tak sampai mengurangi kekuatan lagu.

Tapi sudahlah. Bagaimanapun album Look What We’ve Found telah membuktikan kematangan Endah dan Rhesa sebagai musisi muda.

PRAMONO

Berita terkait

Curhat Beyonce tentang Album Cowboy Carter yang Dibuat Lebih dari 5 Tahun

45 hari lalu

Curhat Beyonce tentang Album Cowboy Carter yang Dibuat Lebih dari 5 Tahun

Balas kritik dengan karya, Beyonce menceritakan inspirasinya dalam membuat album Cowboy Carter yang akan dirilis pada 29 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

34 Tahun Taylor Swift, Perjalanan Karier Idola Musik Dunia

14 Desember 2023

34 Tahun Taylor Swift, Perjalanan Karier Idola Musik Dunia

Taylor Swift bintang pop yang punya penggemar di berbagai belahan dunia. Kemarin rayakan usianya ke-34 tahun. Ini perjalanan kariernya.

Baca Selengkapnya

Sara Fajira Jadi Perempuan Bangsawan Nusantara dalam Album Tresna

6 Desember 2023

Sara Fajira Jadi Perempuan Bangsawan Nusantara dalam Album Tresna

Sara Fajira merilis album berjudul Tresna yang diambil dari bahasa Jawa, artinya cinta. Terdiri dari 9 lagu dengan unsur musik pentatonik tradisional.

Baca Selengkapnya

Endah N Rhesa dan Tuan Tigabelas Tulis Lagu dengan Tangis untuk Album Sonic/Panic

25 Oktober 2023

Endah N Rhesa dan Tuan Tigabelas Tulis Lagu dengan Tangis untuk Album Sonic/Panic

Selama workshop album Sonic/Panic, Endah N Rhesa dan Tuan Tigabelas menangis mengetahui fakta-fakta tentang kondisi Bumi yang semakin memprihatinkan.

Baca Selengkapnya

Kunto Aji Keluar dari Zona Nyaman di Album Pengantar Purifikasi Pikir

26 September 2023

Kunto Aji Keluar dari Zona Nyaman di Album Pengantar Purifikasi Pikir

Kunto Aji mengerjakan album Pengantar Purifikasi Pikir selama dua tahun dan baru dirilis lima tahun setelah peluncuran album Mantra Mantra.

Baca Selengkapnya

Simak Profil dan Perjalanan Bermusik Katy Perry

21 September 2023

Simak Profil dan Perjalanan Bermusik Katy Perry

Penyanyi Katy Perry menjual hak atas lima album studionya yang dirilis antara 2008 dan 2020 termasuk "Teenage Dream" kepada Litmus Music.

Baca Selengkapnya

Katy Perry Jual Hak 5 Album Musiknya ke Litmus Music Senilai Rp 3 Triliun

19 September 2023

Katy Perry Jual Hak 5 Album Musiknya ke Litmus Music Senilai Rp 3 Triliun

Bekerja sama dengan Litmus Music, Katy Perry mencairkan hak musik atas lima albumnya yang dirilis dalam periode 2008 hingga 2020.

Baca Selengkapnya

Taylor Swift Semangat Rilis Album 1989 (Taylor's Version) yang Mengubah Hidupnya

11 Agustus 2023

Taylor Swift Semangat Rilis Album 1989 (Taylor's Version) yang Mengubah Hidupnya

Taylor Swift menyebut bahwa album 1989 telah mengubah hidupnya dengan banyak cara.

Baca Selengkapnya

Kunto Aji Ajak Fans Rasakan Pengalaman Berbeda Lewat Acara Sowan Album III

11 Agustus 2023

Kunto Aji Ajak Fans Rasakan Pengalaman Berbeda Lewat Acara Sowan Album III

Kunto Aji menyediakan headphones untuk penggemar agar bisa bersama-sama mendengar album terbarunya dengan kualitas sebaik mungkin.

Baca Selengkapnya

Bruno Major Bahas Tragedi dan Keindahan tentang Cinta dalam Single A Strange Kind of Beautiful

12 Juli 2023

Bruno Major Bahas Tragedi dan Keindahan tentang Cinta dalam Single A Strange Kind of Beautiful

Bruno Major merilis lagu terakhir dalam album Columbo yang akan dirilis 21 Juli

Baca Selengkapnya