Sutasoma untuk Gus Dur

Reporter

Editor

Kamis, 7 Oktober 2010 13:21 WIB

Abdurrahman Wahid (TEMPO/Tri Hadianto)


Tempo interaktif, Ubud-Lampu sorot menari di panggung. Menampilkan tekstur layaknya cakra dan bunga-bunga. Menari dan berkelebat dalam aneka warna. Lalu 10 penari Gambuh muncul di atas panggung. Mereka yang terbagi dalam dua kelompok menampilkan kontras dalam kostum yang berbeda. Satu sisi dengan dominasi hijau dan merah muda di sisi lainnya.


Itulah awal pentas drama tari bertajuk “Sunya Nirvana” di ajang Ubud Writers & Reader Festival, Rabu (6/10) malam di Pura Dalem Ubud. Karya yang dikoreografi oleh Cok Savitri yang diilhami oleh kitab Sutasoma karya Mpu Tantular itu dipersembahkan untuk sesi acara “Tribute for Gus Dur”.


Cok menyebut, situasi yang melahirkan Sutasoma ditandai oleh persaingan antara sekte pemuja siva dan pemuja budha. Meski telah diredam di masa kerajaan Singosari dengan penyatuan paham Siva Budah, senyatanya di masa Majapahit persaingan itu terjadi. Bahkan di masa Gajah Mada, ada upaya untuk menyatukan keragaman melalui kekuasaan.


Sepanjang jaman, pola-pola semacam itu terus berlangsung. Bahkan di dunia kesenian pun, menurut dia, dilkakukan upaya agar terjadi dominasi aliran tertentu. Maka itu dalam penampilannya, Cok memilih tari Gambuh tapi dari warisan budaya Budakeling di Karangasem. Dalam konteks seni Bali modern, warisan ini sering dianggap sebagai pola yang dipinggirkan dan dicoba untuk dilupakan.


Pola gerakannya sangat berbeda dengan gaya yang dominant dalam khasanah tari Bali. Sebab, pola gerak cenderung sederhana dan terpatah-patah, ritmenya kontemplatif dengan iringan musik gamelan yang minimalis karena hanya merupakan perpaduan 2-3 instrumen. “Gerakan tangannya pun cenderung menyiku yang pasti akan disalahkan oleh guru tari di Bali selatan,” kata Cok.

Advertising
Advertising


Adapun tema “Sunya Nirvana” sejatinya adalah perpaduan antara dua ajaran tertinggi di aliran Siva dan Budha. Keduanya menggambarkan kekosongan diri sebagai inti pencarian makna kehidupan. Dari kekosongan itu maka keberagaman individual dan kelompok dianggap sebagai proses untuk mencapai tujuan yang sama.


Lalu apa kaitannya dengan Gus Dur? Koordinator Program Wayan Juniartha menyebut, Gus Dur adalah simbol pencarian harmoni dalam keberagaman. Di masa Gus Dur, terobosan untuk mencairkan dominasi di ranah politik dan kebudayaan benar-benar terjadi. “Kami merasa warusa Gus Dur itu harus terus digemakan kembali,” ujarnya. Apalagi di tengah situasi dimana upaya untuk mengklaim kebenaran dilakukan secara terbuka bahkan dengan jalan kekerasan.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya