Manusia Purba ala Penari Jepang  

Reporter

Editor

Selasa, 5 Oktober 2010 17:41 WIB

Aksi kelompok "Gejindan" di Gianyar. Keindahan gerak tak terpaku pada kehalusan dan kelembutan.(TEMPO/Rofiqi Hasan)
TEMPO Interaktif, Denpasar - p { margin-bottom: 0.08in; }Tiga lelaki dan dan perempuan menguasai panggung. Mereka berinteraksi dalam rangkaian koreografi yang mengalir dan terus berubah. Membentuk barisan, bernyanyi bersama, hingga saling berkelahi. Keterpaduan dan konflik hiruk pikuk dalam ekspresi yang liar. Padahal musik yang mengiringi sebuah lagu bossanova yang dilatarbelakangi bunyi ombak mengalun pelan. Seorang perempuan muda asyik berkeliling membuat lingkaran dengan gerakan meniru burung yang sedang terbang.

Aksi kelompok Gejindan asal Jepang itu mengawali penampilan mereka di sanggar Geoks, Singapadu, Gianyar, Bali, Ahad malam lalu. Sepintas aksi itu sulit dilihat sebagai sebuah tarian. Tapi ritme gerakan selama sekitar 10 menit itu membuatnya enak dinikmati. Keindahan gerak tak terpaku pada kehalusan dan kelembutan. Tetapi juga pada gerakan yang cepat, kasar, dan penuh dengan kekuatan. Kontras kemudian diperlihatkan ketika mereka mempertontonkan adegan memadu kasih.

Gejindan sendiri berarti manusia purba. Menurut salah-satu pendiri kelompok ini Yoshio Baba, mereka berusaha untuk melihat kenyataan yang ada saat ini dalam pandangan masa lalu. "Kami prihatin karena seperti di Jepang, manusia kelihatan lebih lemah dan dimanjakan oleh teknologi," ujarnya. Dia menilai, manusia modern jauh dari alam dan bahkan tidak mengenal diri sendiri.

Advertising
Advertising

Drama tari yang ditampilkan dalam 9 bagian itu mengungkapkan pendapat mereka. Seperti dalam babak ketiga dimana kota Tokyo digambarkan sebagai padang pasir yang gersang. Orang-orang berjalan cepat ke berbagai arah. Mereka mengejar cahaya yang gemerlapan dan tersebar di sejumlah tempat. Tapi akhirnya terbukti cahaya-cahaya itu hanyalah karena keinginan yang terlalu meluap-luap dan berlebihan.

Setelah menampilkan adegan yang menggambarkan perjalanan spiritual bolak-balik antara situasi jaman purba dengan dunia kontemporer, drama tari pun berakhir dengan kembalinya mereka ke masa lampau. Memori melambai-lambai memanggil. "Memori sewaktu saya masih menjadi ikan, " tulis mereka dalam panduan. Gerakan yang ditampilkan menggambarkan emosi yang tenang dan ikan berenang berayun-ayun dalam satu sinar dan sedikit udara.

Kekuatan kelompok itu, menurut pengamat seni Wayan Dibia, adalah keberhasilan memadukan unsur-unsur tari kontemporer dengan unsur tradisional. Tarian kontemporer terlihat dari gerakan-gerakan yang cepat dan efisien, sedangkan warna tradisional tampak pada keluwesan serta gerakan ritmis yang kontemplatif. "Mereka berhasil memadukannya tanpa celah yang berarti," kata guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, itu.

Unsur tradisi, Dibia menambahkan, bisa berarti tradisi Jepang seperti terlihat dalam langkah kaki yang pendek dan terbungkuk-bungkuk ala tarian Jepang. Sedangkan tradisi lokal terlihat dari gaya dua penari Yogyakarta yang terlibat dalam proyek itu. Keluwesan serta kelenturan mereka gampang mengingatkan pada tarian klasik Jawa.

Unsur-unsur itu terpadu dari latar belakang penarinya yang beragam. Para penari Jepang – Mao Arata, Shiho Uemoto, Tetsuro Koyano – memiliki latar belakang sebagai penari balet modern dan penari kontemporer. Adapun Yoshie Baba, selain menguasai tarian Jepang, juga pernah mendalami tari Bali dengan menjadi mahasiswa ISI Denpasar. Selain empat penari Jepang, kelompok ini merekrut dua penari dari Yogyakarta, Yuniawan Setyadi dan Suryo Purnomo, yang menguasai berbagai tarian Jawa klasik .

Sebelum penampilan itu, mereka sudah melakukan workshop dimulai dengan penampilan secara individual untuk menafsir cerita dalam gerakan. Setelah itu barulah gerakan-gerakan dipadukan dalam satu koreografi. Mao Arata yang menjadi koregrafer berusaha tak menghilangkan ciri-ciri gerakan individual. Dalam pentas itu, setiap penari memang diberi kesempatan untuk menampilkan tarian solonya. "Kami yakin masyarakat Jepang pun bisa menikmati tarian ini," kata Yoshie.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya