Menanti Sepuluh Kuda Satu Warna  

Reporter

Editor

Kamis, 30 September 2010 15:07 WIB

Teater Mandiri mementaskan "Kereta Kencana" mengenang WS Rendra, dalam rangkaian Festival Schouwburg IX, di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta, Sabtu (25/09). (TEMPO/Novi Kartika)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Dua abad sudah pasangan sepuh itu bersama, melewati hari-hari di sebuah rumah tua yang tampak sangat reot. Malam itu mereka menunggu kereta kencana yang siap menjemput. Ketika bulan sudah tak tampak di depan mata, kereta kencana itu akan datang dengan sepuluh kuda satu warna.

Begitulah kisah penantian pasangan renta itu. Aktor gaek Putu Wijaya berperan sebagai lelaki tua yang berpasangan dengan aktor pilihan Festival Teater Jakarta, Lisa Ristargi. Berdua mereka menggarap drama W.S. Rendra, Kereta Kencana. Bersama Teater Mandiri, lakon ini dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada Sabtu (25/9) dan Ahad (26/9) lalu dalam Festival Schouwburg IX. Drama itu diadaptasi Rendra dari naskah The Chairs karya Ionesco. Kisah yang lembut dan romantis itu menggambarkan cita-cita, harapan, serta perjalanan yang amat panjang.

Lakon ini sudah berkali-kali dipentaskan oleh aktor-aktor lain. Tapi tidak begitu yang dilakukan Putu Wijaya. Putu, yang sekaligus menyutradarai lakon ini, membaca naskah Rendra dengan caranya sendiri, meskipun ia berusaha tetap setia pada naskah. "Kalau latar tempat yang ditulis oleh Rendra adalah Prancis, dalam lakon ini saya mengacaukannya," ujar Putu seusai pentas.

Putu mengaburkan lokasi dengan membangun dialog-dialog yang tak menjadikan Prancis sentral cerita. Mereka berdua, misalnya, memunculkan kisah nostalgia tentang kue ongol-ongol, yang mestinya tak ditemukan di negara itu. "Indonesia penuh dengan perbedaan. Lupakan sebentar perbedaan, bukan menghilangkannya," kata Putu.

Menurut Putu, yang paling penting adalah perkabaran yang sarat dengan nilai moral. Bahwa naskah ini menggambarkan ketulusan cinta, kemanusiaan, gigihnya perjuangan seseorang, hingga sikap peduli yang berubah menjadi kepedulian tanpa syarat.

Tak hanya itu. Sentilan-sentilan nakal dibubuhkan dalam dialog yang dibangun. Seperti saat mereka berdua harus berpamitan dan mengucap maaf kepada tamu-tamu yang diperankan tokoh imajiner. Lelaki sepuh itu memintakan maaf atas kesalahan anggota Dewan, polisi, aparat hukum, lalu kesalahan dirinya. Atau mereka juga menyinggung lagi kisah "cicak versus buaya" yang pernah menghangat di media massa beberapa waktu lalu. Putu mengolahnya agar tetap kontekstual. Apalagi mereka berdua memerankan lakon itu dengan sangat matang.

Di akhir kisah, kedua orang tua renta itu bersimpuh. Dengan pasrah mereka menyambut datangnya kereta kencana sepuluh kuda satu warna sambil berucap, "Bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata."

Ismi Wahid

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

1 jam lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya