Berdiri tegap, sambil mendekapkan kedua tangannya di depan. Bram menjadi salah satu dari ratusan penggemar fanatik Guns N' Roses, band yang namanya menjulang pada 1990-an ketika Slash menjadi gitaris utamanya, yang datang malam itu.
Namun penantian Bram belum segera terbayar. Sebelum sang idola, Slash, beraksi, tampil para rocker lokal--yang tergabung dalam All Indonesian Rock Stars--menyuguhkan konser kolaborasi sebagai pemanasan. Band itu terdiri atas Abdi (Slank), Baron (Baron Soulmate), Thomas Ramadhan (GIGI), Candil (mantan vokalis Seurieus), Anji (Drive), Yoyo (Padi), Shandy (Pas Band), dan Andi (/rif). Mereka tampil membawakan lagu Radja dan Sobat dengan kemasan distorsi tinggi.
Setelah para musisi cadas lokal itu beraksi, panggung mendadak gelap. Hanya beberapa lampu sorot yang membidik tajam ke arah latar panggung yang dipasangi bendera besar bergambar tengkorak, mirip lambang bajak laut. Saat itulah, Slash dan pasukannya muncul. Sorak-sorai pun langsung meledak, bergemuruh dari pelbagai arah Istora. Mereka berjingkrakan mengikuti entakan irama yang disuguhkan Slash.
Hanya, yang agak aneh, Bram tak bersorak, tak pula berjingkrakan seperti di sekelilingnya. Malah ia tambah syahdu menatap sang idola dari area tribun II. Meski begitu, Bram tampak sangat lancar mengikuti lirik lagu yang dibawakan Myles Kennedy, anggota band Alter Bridge yang didapuk sebagai vokalis, dengan lantang.
Konser Slash, yang tampil bersama Myles Kennedy, pembetot bas Todd Kerns, dan penggebuk drum Brent Fitz, dibuka dengan beberapa nomor cadas, seperti Mean Bone, Night Train, Back from Cali, dan Dirty Little Thing.
Gemuruh para penonton kian riuh ketika sejumlah lagu milik Guns N' Roses dimainkan, seperti Beggars and Hangers dan Civil War. Alunan vokal Kennedy di nomor ini mengingatkan penggemar akan suara Axl Rose. Slash pun mulai terangsang, ia menutup nomor Civil War dengan monolog gitarnya.
Penampilan Slash malam itu memang seperti membawa para penggemar berat Guns N' Roses bernostalgia dengan band kesayangan mereka. Terbukti, saban lagu milik band itu dimainkan, mereka langsung berjingkrakan dan histeris. Misalnya, ketika Slash mengakhiri Godfather Theme dan langsung menyambungnya dengan lagu Sweet Child O’ Mine, para penonton serta-merta histeris menyambutnya.
Seperti diketahui, Slash--kini telah 45 tahun--adalah mantan gitaris utama band Guns N' Roses. Hengkang dari Guns N' Roses, Slash boleh dibilang pelan-pelan meninggalkan gaya permainan gitarnya di band tersebut. Lewat sejumlah band yang dibentuknya, seperti Slash Snakepit dan Velvet Revolver, gitaris berambut kriwil itu terlihat bebas berekspresi. Malam itu, misalnya, Slash mencabik melodi yang lebih garang, seperti pada Suckertrain Blues dan Fall to Pieces, nomor yang dicomot dari album Velvet Revolver yang ditulis oleh sang vokalis, Scott Weiland.
Dan Slash melengkapi aksi dahsyatnya dengan menyuguhkan penampilan yang tak biasa-biasa saja. Lewat nomor Watch This, lagu yang liriknya ditulis sendiri, Slash tampil dengan sentuhan blues dan efek yang sangat ciamik. Aksi itu sekaligus memberi tahu para penggemar beratnya bahwa gitaris keturunan Yahudi bernama asli Saul Hudson ini juga bisa begitu piawai nge-blues.
Malam itu konser ditutup dengan nomor anyar, Paradise City. Ya, penampilan Slash memang sangat menghibur. Namun, bagi penikmat rock yang berekspektasi lebih bisa jadi agak kecewa. Tak seperti penampilan Paul Gilbert, saat konser bersama Mr Big di Rockinland beberapa waktu lalu, unjuk kebolehan Slash masih terasa belum maksimal. “Konsernya memang seru, tapi skill-nya enggak kelihatan, tuh. Enggak seperti nonton Paul Gilbert dulu, serunya dapet, skill-nya pun cadas,” kata Romi, salah satu penonton.
AGUSLIA HIDAYAH