Putri Tidur dan Penyihir Jahat

Reporter

Editor

Selasa, 27 Juli 2010 07:27 WIB

TEMPO Interaktif, Anak-anak itu berjingkat-jingkat dengan ujung jari kakinya. Hup! Mereka melompat ke samping dan mengangkat tangan ke atas kemudian melambaikannya ke bawah. Melompat-lompat dengan lincahnya. Ada keceriaan yang terbangun di sana.

Busana khas penari balet leluasa memperlihatkan gerak kaki mereka. Warna-warni cerah seolah menunjukkan kegembiraan yang tak terbendung. Ada yang berdandan seperti kawanan kelinci, tupai, atau menyaru sebagai api, dengan gerakan yang meliuk-liuk itu.

Jumat sore pekan lalu, balerina-balerina ini menggarap lakon drama tari berjudul Kisah Putri Tidur. Mereka, yang tergabung dalam Namarina Ballet School, unjuk kebolehan dalam Pesta Kesenian Anak-anak di Gedung Kesenian Jakarta.

Alkisah, di sebuah kerajaan, Raja dan Ratu, yang diperankan oleh Kiki Desmaykha dan Agatha Aurelia, tengah bersukacita menyambut kelahiran anak semata wayang yang tengah dinanti. Mereka memberi nama Putri Aurora (Irninta Dwitika). Perhelatan besar digelar. Tak lupa Raja mengundang peri-peri cantik yang baik hati. Mereka adalah Peri Flora (Sasha Febri Safithri), Peri Fauna (Anisa Nugrahanti), dan Peri Merryweather (Alisa Soelaeman).

Celakanya, Raja lupa mengundang penyihir di kota itu, Maleficent (Kshanti Aisyah). Ia murka. Ditemani gagak setianya (Siti Shevira), Maleficent memporak-porandakan pesta itu dan mengutuk sang putri akan mati pada usia 16 tahun.

Sejak itulah Aurora tinggal di hutan bersama ketiga peri yang menyaru menjadi bibinya. Kala usia Aurora mendekati 16 tahun, ia bertemu dengan pemuda tampan di hutan. Aurora tak tahu bahwa yang ditatapnya adalah Pangeran Phillip (Zico Pestalozzi), lelaki yang dijodohkan dengannya sejak kecil.

Sekembalinya Aurora ke rumah, ketiga bibinya tersebut membuka rahasia, siapa sebenarnya Aurora. Maka diboyonglah Aurora ke kerajaan. Rencana ini ternyata didengar oleh si gagak Maleficent. Lalu dilancarkannyalah rencana jahat penyihir itu untuk mengutuk sang putri. Namun kutukan itu urung menjadikan Aurora mati. Ia hanya tertidur panjang.

Perbuatan jahat Maleficent diketahui kerajaan dan Phillip. Berangkatlah Phillip untuk menghajar penyihir jahat itu. Dengan pedang kebenaran dan perisai keadilan, Phillip berhasil menumbangkannya.

Kisah ini diceritakan melalui peran ibu masa kini (Gladys Levina) yang sedang mendongeng untuk anak perempuannya (Eleonore Shalomita) sebelum tidur. Mereka berdua usai berjalan-jalan menyaksikan persembahan tari-tarian modern oleh cheerleader, marching band, maupun pemain basket.

"Kami melibatkan sekitar 150 penari dalam pentas ini," ujar koreografer pertunjukan, Enrinia Tanod, seusai pentas. Tentu tak mudah mempersiapkan garapan ini. Riri, panggilan akrab Enrinia, hanya bertugas menjahit alur cerita. Ia bekerja sama dengan beberapa guru tari yang memang mengkoreografi beberapa bagian gerakan yang berkelompok.

Lakon ini mulanya telah digarap untuk uji pentas Namarina School pada awal tahun ini. Seluruh koreografinya digarap dalam bentuk tari balet. Namun, pada garapan ini, Riri mengkombinasikannya dengan tarian modern. "Kami menyesuaikan dengan penonton agar pertunjukan lebih memiliki variasi dan warna," kata Riri.

Seperti pada bagian yang menceritakan kediaman penyihir Maleficent, koreografi modern disisipkan di sini. Penyihir dan pengikutnya memperlihatkan gerakan-gerakan dengan iringan musik R & B. Untuk menggambarkan suasana yang suram khas penyihir, mereka berdandan bercorak gotik dengan pakaian serba hitam.

Mereka membutuhkan dua bulan untuk mempersiapkan garapan ini. Dalam proses kreatifnya, setelah menyusun konsep, baru kemudian Riri memilih lagu dan memilahnya sesuai dengan suasana alur cerita.

Berdasarkan alur cerita yang dibangun, Riri memilih adegan perang antara Pangeran Phillip dan penyihir Maleficent sebagai klimaks cerita. Akibatnya, adegan sang Pangeran mencium Putri Aurora agar kutukan tidurnya hilang--sebagai bagian yang ditunggu-- menjadi kurang dramatis, hambar. Tak ada jeda panjang saat Pangeran bersiap mencium tangan Putri.

Mestinya bagian perang itu hanya dijadikan jembatan menuju puncak cerita saat terbangunnya Putri Aurora dari kutukan tidur. Mengapa justru adegan ini yang dijadikan klimaks, setidaknya begitulah kesan yang dibangun jika merujuk judul.

Namun tak dimungkiri, keseluruhan garapan yang dibuat mampu membangun suasana riang dan kelincahan khas anak-anak. Ide cerita yang ringan tentu sangat akrab dan mudah dipahami anak-anak.


ISMI WAHID

Berita terkait

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.

Baca Selengkapnya

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.

Baca Selengkapnya

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.

Baca Selengkapnya

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.

Baca Selengkapnya

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.

Baca Selengkapnya

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.

Baca Selengkapnya

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.

Baca Selengkapnya

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu

Baca Selengkapnya

Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.

Baca Selengkapnya