Krisna Murti: Semua Orang Bisa Jadi Sutradara

Reporter

Editor

Sabtu, 24 Juli 2010 08:31 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Seniman Krisna Murti mulai berkecimpung dalam video art sejak tahun 90-an. Bagi dia, video art memiliki karakter berbeda dibandingkan dengan sinema konvensional. Meski sama-sama menampilkan gambar bergerak dan suara, video art menggabungkan beberapa disiplin ilmu seperti visual art, sound, dan seni pertunjukan.

Menurut Krisna, selama ini banyak orang terjebak pada definisi video sebagai gambar bergerak dan harus memiliki aktor serta narasi. “Dalam pandangan lama, produksi, penggandaan, dan distribusinya tersentral,” kata lulusan Fakultas Seni dan Desain Institut Teknologi Bandung ini.

Media jenis baru justru menghapus konsep sentralisasi itu. Ia mencontohkan, teknologi telepon genggam dengan fasilitas kamera atau video menjadikan semua penggenggamnya sebagai fotografer, aktor, atau sutradara. Akibatnya, jarak antara pembuat dengan gambar yang dibuat pun menjadi hilang. Inilah, tutur Krisna, yang terjadi dalam video panas sejumlah artis yang beredar belakangan ini. “Tak perlu kuliah sinema untuk menjadi sutradara,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Selain itu, media baru ini juga mengubah pola editing, penggandaan, distribusi, dan tempat menonton. Jika pada film konvensional dengan seluloid penggandaan dan distribusinya tak mudah dan hanya bisa disaksikan di bioskop, media baru justru editing, penggandaan, dan distribusi bisa berjalan simultan. Menontonnya pun bisa dilakukan di semua tempat.

Apalagi, saat ini banyak sekali fasilitas yang bisa digunakan untuk menjadi sutradara atau aktor dadakan. “Simaklah situs YouTube, di situ terlihat sekali semua orang bisa menjadi sutradara,” katanya menjelaskan.

PRAMONO

Berita terkait

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

6 Oktober 2018

500 Seniman Ramaikan Nuit Blanche di Taiwan

Berbagai pertunjukan seni seperti musik juga akan ditampilkan di Nuit Blanche Taiwan, termasuk dari para tenaga kerja Indonesia.

Baca Selengkapnya

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

4 November 2017

Komikus Si Juki: Apa pun Bisa Jadi Meme

Apapun saat ini bisa dijadikan meme. Perbincangan meme kembali hangat setelah penangkapan seorang pembuat meme tentang Ketua DPR Setya Novanto

Baca Selengkapnya

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

9 Agustus 2017

Karya Teguh Ostenrik Akan Hiasi Kalijodo

Karya instalasi ini masih dalam proses pembuatan. Karya ini
rencananya dipasang akhir September mendatang.

Baca Selengkapnya

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

31 Juli 2017

Di Indonesia Seni Video Belum Diserap Pasar Kelas High End

Seni video yang dinilai memiliki perkembangan cukup bagus di Indonesia diharapkan segera mempunyai pasar.

Baca Selengkapnya

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

18 Juli 2017

Kisah Putu Sunarta, Seniman Ukir Pembuat Gitar Divart dari Bali

Lama menekuni seni ukir, I Putu Sunarta kini dikenal sebagai
pembuat gitar bermerek Divart di Bali.

Baca Selengkapnya

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

12 Februari 2017

Buku Biografi Pelukis Arie Smit Terbit, Ini Resensinya  

Buku biografi pelukis Arie Smit yang ditulis Agus Dermawan T.
terbit.

Baca Selengkapnya

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

16 November 2016

Otentisitas Sketsa Van Gogh yang Baru Ditemukan, Diragukan

Buku Sketsa The Lost Arles yang baru dirilis internasional disebut memuat 56 sketsa karya maestro lukis Vincent Van Gogh.

Baca Selengkapnya

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

25 Oktober 2016

Gatot Indrajati Sabet UOB Painting of the Year 2016

Seniman asal Yogyakarta Gatot Indrajati mendapat penghargaan UOB Painting of the Year 2016.

Baca Selengkapnya

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

25 Februari 2016

Berusia 39 Tahun, Teater Koma Berharap Tetap Koma

Punya pemain dan penonton setia. Tetap harus berjuang menjadi
teater yang disukai masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

5 Januari 2016

Jakarta 'Cekik' Tugu Pancoran, Edhi Sunarso Meratap Kecewa  

Nahas menerpa Monumen Dirgantara di Pancoran. Monumen itu dibangun Edhi Sunarso pada 1970, pada saat kekuasaan Soekarno sudah lemah.

Baca Selengkapnya