Album yang dikemas dalam bentuk piringan cakram itu memuat 9 lagu, yakni "Malam Cahaya Lampion", "Negeri Apung", "Co Kong Tik", "Exorcism", "Siapakah Kau", "Abad yang Luka", "Alam Kanak-kanak", "Malam di Pantai Candi Dasa" dan "Kunang Kunang Musim Gugur". "Di sini kami berusaha melebur puisi dengan musik. Jadi musik bukan sekedar menjadi pengiring," kata Yoi, panggilan akrab si penyair.
Blues dianggap sebagai musik yang cocok karena alunan nadanya memenuhi selera Yoi akan puisi yang menghentak-hentak. Karenanya, dia tidak perlu mengorbankan kalimat dan kata-kata untuk memenuhi warna musik itu. Ruang improvisasi justru terbuka lebar dengan kepiawaian para musisi untuk mendialogkan bunyi dengan permainan vokal Yoi. Seringkali di atas panggung, Yoi memang melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan suasana hatinya.
Adapun dari sisi musiknya, menurut Yoi, blues berubah dari musik yang penuh penghayatan dan kedalaman perasaan menjadi lebih ekstrovert. Artinya, musik menjadi sarana ekspresi yang terbuka, bahkan cenderung liar. Bila ditautkan dengan budaya Bali, blues yang dinyanyikan mirip filosofi gamelan saat mengiringi upacara kematian dimana bunyi yang dimunculkan justru yang dinamis dan rancak padahal para pengiring dan pendengarnya sedang berada dalam suasana duka cita.
Album itu sendiri digarap sejak setahun lalu dan sebagian lagu sudah ditampilkan pada sejumlah festival. Selain Yoi, personel band ini adalah dua mantan punggawa "Harley Angels", Putu Indrawan, pada bass dan Kabe Gariyasa. Harley Angels adalah grup band yang di tahun 1970-an sempat mengorbit di pentas rock nasional. Pendukung lainnya adalah Yande Subawa sebagai gitaris sekaligus arranger dan pemain organ Made Dibya Suanjaya.
Yande menyebut, awalnya mereka memang sempat kesulitan untuk menemukan irama yang tepat dan padu. Tetapi dengan intensitas pertemuan dan kesediaan untuk saling menyesuaikan diri, prosesnya menjadi jauh lebih mudah. Kuncinya dari sisi musik, kata dia, adalah penghayatan pada puisi-puisi Yoi yang menjadi ruh bagi musik mereka. "Selebihnya tergantung kemampuan berimprovisasi," tegasnya.
Rofiqi Hasan