Kebangkitan Teater Alam  

Reporter

Editor

Rabu, 16 Juni 2010 07:46 WIB

Pementasan naskah Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek karya Danarto. Dan malam kedua, dipilih naskah karya Iwan Simatupang berjudul Petang di Taman (gambar bawah) di Teater Alam Yogyakarta. Foto:Tempo/Heru CN
TEMPO Interaktif, Mesin waktu seolah berputar kembali ke masa sekitar 10 tahun silam di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Jumat dan Sabtu malam pekan lalu, Teater Alam Yogyakarta kembali naik pentas, setelah sekitar 10 tahun mati suri.

Malam itu, Teater yang berdiri pada 1972 itu bangkit kembali. Tak ingin bangkit setengah hati, mereka pun langsung mementaskan dua naskah dalam dua kali pementasan berturut-turut. Hari pertama, mereka mementaskan naskah Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek karya Danarto, dengan sutradara Puntung C.M. Pudjadi. Dan malam kedua, dipilih naskah karya Iwan Simatupang berjudul Petang di Taman.

Selama dua malam pementasan, gedung Taman Budaya yang berkapasitas 1.000 tempat duduk itu hampir penuh. Bahkan, pada hari pertama, penonton tak ada yang beranjak dari tempat duduk selama dua setengah jam pertunjukan.

Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek dipilih sebagai materi pementasan perdana Teater Alam karena faktor historis. Naskah ini ditulis Danarto khusus untuk Teater Alam pada 1973. Pentas perdana naskah karya Danarto oleh Teater Alam berlangsung di Gedung Batik PTDI Yogyakarta.
“Ketika Teater Alam memutuskan naik panggung lagi, kebetulan Mas Danarto masuk rumah sakit akibat penyakit jantung. Jadi, pemilihan naskah Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek ini lebih pada pementasan untuk menghormati Mas Danarto,” kata Udik Supriyanta, pimpinan produksi, menerangkan.

Lewat naskah Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek, Danarto mengangkat absurditas masyarakat Jawa melalui tiga peristiwa yang bersamaan, yakni antara seorang tukang sapu, juragan batik, dan profesor seni. Latar cerita ini adalah Pasar Beringharjo dan rumah sang profesor.

Naskah karya Danarto ini berkisah tentang Tommi (Bambang K.S.R.), mahasiswa seni yang menjalin cinta dengan Sumirah (Chandra Nilasari), juragan batik di Pasar Beringharjo. Pada saat yang sama, Tommi juga menjalin cinta dengan Kusningtyas (Lita Paramita), anak sang profesor (Liek Suyanto).

Kisah cinta Tommi ternyata lebih didasari otak ketimbang hati. Tommi memacari Sumirah agar desain batik ciptaannya laku terjual di pasar. Lalu ia juga memacari Kusningtyas, anak profesor pembimbingnya, dengan harapan cepat lulus kuliah. Namun kisah asmara dua hati itu kemudian dibongkar oleh Slenthem (Wahyana Giri) melalui ulah khasnya yang usil.

“Konon, Mas Danarto membayangkan tokoh Slenthem ini sebagai sosok Mas Azwar A.N. yang lucu, genit sekaligus pecicilan,” ujar Udik. Azwar A.N. tak lain adalah salah satu pendiri Teater Alam.

Menurut penuturan Danarto yang pernah disampaikan ke Udik, Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek tidak ada artinya. “Itu hanya semacam celotehan, cermin keusilan rakyat bawah,” katanya menerangkan.

Puntung C.M. Pudjadi, yang bertindak sebagai sutradara, juga pernah terlibat dalam pementasan perdana Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek pada 1973. Tapi dalam pementasan kali ini Puntung melakukan pendekatan berbeda. Tak seperti pada 1973 yang lebih bersifat Jawa-sentris, kali ini Puntung melakukan pendekatan yang cenderung karikatural dengan gaya sampakan seperti yang dilakukan Teater Gandrik.

Adapun naskah Petang di Taman karya Iwan Simatupang dipilih dengan alasan praktis. “Banyak anggota Teater Alam yang ingin naik pentas. Yang tidak mendapat tempat di Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek-Ewek akhirnya diakomodasi melalui Petang di Taman itu,” ujar Udik.

Pentas Petang di Taman berlangsung sangat singkat, sekitar 30 menit. “Karya Iwan Simatupang ini dikenal sebagai naskah wajib festival teater SLTA. Justru kami tertantang, bagaimana jika naskah karya Iwan itu dimainkan oleh orang-orang tua,” kata Udik. Dan dalam pementasan Petang di Taman ini, Azwar A.N. ikut naik panggung.


HERU C.N.

Berita terkait

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

23 jam lalu

Siswa-siswi Binus School Simprug Gelar Pertunjukan Teater

Agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini melibatkan siswa-siswi SMA, mulai dari persiapan, pemain, penulisan cerita, kostum, hingga tata cahaya

Baca Selengkapnya

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya