Warga Halmahera Lestarikan Upacara Bumbungan

Reporter

Editor

Senin, 31 Mei 2010 17:08 WIB

TEMPO Interaktif, Ternate - Sebelas anak kecil yang berpakian Maludu dan Kalaopopo--pakaian adat khas suku Sahu--terlihat berjejer dan melenggang-lenggokkan badannya seakan ingin menyampaikan pesan khusus untuk para tamu istimewa. Setelah memperagakan tari Dabi-dabi, tarian penyambutan, anak-anak tersebut tersenyum dan berteriak "gong!".

Tari itu ditampilkan sebagai bagian dari ritus suci Bumbungan suku Sahu di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, 26 Mei lalu. Seluruh rangkaian ritus itu dilaksanakan selama 7 hari 7 malam dan ditutup dengan pesta makan adat. Selama upacara berlangsung, warga juga memainkan alat-alat musik tradisional, seperti didiwang, yaitu alat musik yang terbuat dari batang pohon kelapa dan mempunyai panjang mencapai 2 meter.

Ritus yang digelar sepuluh tahun sekali itu termasuk tradisi tua suku Sahu yang masih lestari di bumi Halmahera. “Suku Sahu tua biasa mengenalnya dengan nama ritus Sosadu Mawanat,” kata Julianus Siwa, 67 tahun, Kepala Desa Gamtala, Halmahera Barat.

Upacara itu ditujukan terutama untuk menaikan sebuah bumbungan rumah adat Jaromaoko, tapi sekaligus untuk menyatukan kekuatan semua generasi suku. Kekuatan yang disatukan, kata Julianus, dipergunakan untuk membangun desa demi mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Namun, untuk penyatuan itu hanya dapat dilakukan dalam prosesi ritual di satu tempat yang bisa menampung seluruh warga desa. Tempatnya pun dikenal dengan nama rumah adat Sosadu, yang tetua suku Sahu biasa sebut sebagai rumah Juanga Tego-tego (perahu darat). “Letaknya ada di tengah desa dan bisa menampung 500 orang,” ujar Julianus.

Menurut Thomas Salasa, 76 tahun, Ketua Adat Suku Sahu Satuan Gamtala, sejarah ritus Bumbungan berawal dari pertempuran laut pasukan perang Raja Mome-Naken (1417-1427) melawan penjajah. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Raja Mome-Naken, yang mengunakan kapal laut dengan anjungan depan berkepala kuda, akhirnya memenangi peperangan. “Untuk merayakan kemenangan tersebut dibuatlah rumah adat Sosadu dangan prosesi Bumbungan selama seminggu,” kata Thomas.

Rumah adat Sosadu, kata Thomas, hanya diisi alat musik Didiwang dan gong serta tifa yang diletakan persis di tengah rumah. Tujuannya agar bunyi-bunyian alat musik tradisional itu dapat didengar oleh semua warga desa. “Ini simbol pesta tetua kami yang harus dilestarikan,” ungkap Thomas.

Adapun Imawan Surya, sejarawah Maluku Utara, menganggap nilai lokal Maluku Utara yang terbungkus dalam semangat Ngone Foturu pada umumnya hanya berlaku di kalangan masyarakat adat. Kalangan tersebut rata rata masih mendiami bumi Halmahera, tapi semua ritus yang kerap dilakukan leluhur hanya dijadikan sebagai sebagai upacara seremonial yang momentumental. Jadi, ritus adat hanya dilakukan pada momentum tersendiri. “Seperti ulang tahun kabupaten. Padahal, dulu setiap ritus dianggap sakral dan hanya dilakukan 10 tahun sekali,” kata Imawan.

Bupati Halmahera Barat Namto Hui Roba mengatakan, tradisi masyarakat lokal di Halmahera Barat pada umumnya masih lestari. Setiap kegiatan ritus adat dilakukan sendiri oleh masyarakat adat. "Tidak ada kegiatan adat yang diarahkan pemerintah. Semuanya atas dasar kemauan mereka,” ujar Namto.

Di Halmahera Barat, kata Namto, ritus yang masih terjaga hingga saat ini adalah ritus yang dilakukan suku Sahu, seperti ritual Bumbungan. “Hampir semua desa yang dihuni suku Sahu selalu melakukan ritus ini,” katanya.

Budhy Nurgianto

Berita terkait

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

10 hari lalu

Hari Bumi 22 April, Ford Foundation Ingatkan Soal Keadilan Tata Kelola Tanah Adat

Ford Foundation menilai Hari Bumi bisa menjadi momentum untuk mengingatkan pentingnya peran komunitas adat untuk alam.

Baca Selengkapnya

Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

36 hari lalu

Ketua Adat Sorbatua Siallagan Ditangkap Polda Sumut Atas Laporan Toba Pulp Lestari

Sorbatua Siallagan gencar melawan upaya pencaplokan Toba Pulp Lestari. Ia dilaporkan karena menduduki kawasan hutan di area konsesi PT TPL.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

38 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

40 hari lalu

Ombudsman Minta OIKN Hati-hati di Pembebasan Lahan Warga Kawasan IKN

Ombudsman meminta Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) hati-hati dalam pembebasan lahan warga di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

41 hari lalu

Terkini: Jokowi akan Resmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Pasca Kena Gempa 2018, Polemik Pembangunan IKN Terakhir Dugaan Penggusuran Masyarakat Adat

Dalam waktu dekat Presiden Jokowi bakal meresmikan Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, setelah direkonstrasi usai terdampak Gempa Palu pada 2018.

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR hingga Amnesty International Soal Rencana Penggusuran Warga Pemaluan demi IKN

44 hari lalu

Reaksi DPR hingga Amnesty International Soal Rencana Penggusuran Warga Pemaluan demi IKN

Anggota DPR mengingatkan jangan sampai IKN membuat warga setempat jadi seperti masyarakat adat di negara lain yang terpinggirkan.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

44 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya

Pakar Sosiologi Unair Tekankan Dialog Hukum Adat dan Negara untuk Selesaikan Konflik Masyarakat Adat-IKN

45 hari lalu

Pakar Sosiologi Unair Tekankan Dialog Hukum Adat dan Negara untuk Selesaikan Konflik Masyarakat Adat-IKN

Dialog, komitmen, dan simpati dari pihak IKN terhadap masyarakat lokal dinilai belum terwujud.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR: Masyarakat Adat di IKN Jangan Diperlakukan seperti Aborigin di Australia

46 hari lalu

Anggota DPR: Masyarakat Adat di IKN Jangan Diperlakukan seperti Aborigin di Australia

Anggota DPR mengatakan bahwa jangan sampai IKN membuat warga setempat menjadi seperti masyarakat adat di negara-negara lain yang terpinggirkan.

Baca Selengkapnya

Soal Ultimatum Otorita IKN, Pakar Sebut Hukum Tak Melindungi Masyarakat Adat

46 hari lalu

Soal Ultimatum Otorita IKN, Pakar Sebut Hukum Tak Melindungi Masyarakat Adat

Pakar hukum Unair menyebut sejumlah kebijakan terbaru otorita IKN sebagai salah satu bukti hukum yang belum melindungi masyarakat adat.

Baca Selengkapnya