Yang Muda yang Menafsir Empu

Reporter

Editor

Senin, 24 Mei 2010 07:53 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Suara gemuruh ombak yang menderu-deru terdengar keras di ruangan belakang Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jalan Merdeka Timur Nomor 14, Jakarta Pusat. Suara ombak itu lalu disusul oleh suara percikan air menampar karang yang berpuncak pada dentuman ombak besar menghantam dinding.

Suara badai itu keluar dari speaker yang tersambung ke sebuah pemutar video berproyektor, yang memproyeksikan potongan-potongan gambar ke di dinding. Potongan-potongan gambar itu sebenarnya pecahan dari lukisan Badai (1851) karya Raden Saleh. Seni video Berbadai pun Kemudian karya Hafiz ini adalah tafsir sang seniman terhadap Badai.

Karya Hafiz itu dipamerkan bersama karya 117 seniman muda lain dalam Pameran Besar Seni Rupa Indonesia Manifesto 2010. Pameran bertema "Percakapan Masa" itu dibuka oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, yang diwakili oleh Direktur Jenderal Kesenian Sulistyo Tirtokusumo, pada Selasa malam pekan lalu, dan akan berlangsung hingga 31 Mei mendatang. "Pameran ini merupakan hasil dari tanggap kreatif seniman atas karya para maestro seni rupa Indonesia," kata Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus "Andre" Sukmana.

Advertising
Advertising

Malam itu, Galeri Nasional juga meluncurkan buku Katalog Pameran Manifesto 2008, yang berisi katalog karya dan beberapa artikel mengenai pameran Manifesto pertama yang digelar dua tahun lalu di tempat yang sama. Pameran yang kala itu diikuti 347 seniman dan dikurasi oleh Rizki A. Zaelani, Jim Supangkat, Kuss Indarto, serta Farah Wardani itu belum menerbitkan buku katalog yang memadai saat pameran digelar. Pameran tahun ini pun sebenarnya merupakan kegiatan lanjutan dari Manifesto pertama, dan akan dilanjutkan dengan pameran serupa secara rutin setiap dua tahun sekali.

Rizki A. Zaelani, kurator pameran kali ini, menjelaskan bahwa ide pameran itu lahir dari kegundahannya atas masih banyaknya seniman yang tak tahu soal sejarah seni dan koleksi Galeri Nasional yang jarang dilihat. Padahal Galeri Nasional mengoleksi 1.750 karya seniman Indonesia dan mancanegara yang dipamerkan secara bergiliran setiap dua tahun sekali. "Maka saya tantang mereka untuk melihat koleksi itu," kata kurator lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung itu.

Konsep pameran ini adalah mempertemukan seniman masa lalu dengan seniman muda angkatan 1990-an hingga kini. Selain itu, Rizki mengundang secara khusus beberapa seniman angkatan 1980-an, seperti Tisna Sanjaya dan Heri Dono. Para seniman itu diminta untuk "berdialog" dengan sejumlah karya empu seni rupa Indonesia yang dikoleksi Galeri Nasional dan mewujudkan hasil dialognya dalam bentuk karya seni rupa.

Karya para empu yang menjadi teman dialog mereka itu antara lain Badai karya Raden Saleh, Pertemuan karya Otto Djaja, Cap Go Meh karya Sudjojono, Menguliti Pete karya Hendra Gunawan, Tiga Kawan karya Srihadi Soedarsono, dan Kucing karya Popo Iskandar.

Hasilnya bermacam-macam, dari lukisan hingga instalasi, dan mengangkat tema yang beragam pula. Badai karya Raden Saleh, misalnya, mengilhami Hafiz untuk melahirkan karya seni video berupa deburan ombak. Sedangkan Heri Dono menggabungkannya dengan potret diri Raden Saleh dan lukisan-lukisan singanya, lalu melahirkan Raden Salehsaurus.

Kucing karya Popo juga menjadi inspirasi beberapa seniman. Rudy St. Darma menghasilkan lukisan Beyond Act/Koko's Way, lukisan abstrak berobyek kucing hitam--mirip kucing Popo--dan sapuan-sapuan warna kuning dengan latar baris-baris tulisan "POPO'S WAY" dan "KOKO'S WAY" yang ditera berulang-ulang. Sedangkan Erwin Pandu Pranata mengubahnya menjadi Play Popo, berupa boneka kucing hitam berbentuk kapsul setinggi satu meter. Boneka Erwin ini dilengkapi peralatan elektronik yang menghasilkan bunyi-bunyian, dan bila didorong akan bergoyang-goyang.

Ibu Menjahit (1935) karya Sudjojono ditafsirkan berbeda-beda oleh para seniman. Triyadi Guntur membuat Ibu Menjahit dalam tiga panel yang menggambarkan seorang ibu sedang menyulam dan pada panel terakhir menunjukkan hasil sulamannya, berupa tulisan "Punks Never Die". Sedangkan Gigih Wiyono mengangkatnya menjadi isu energi lewat Mother and National Energy, yang menggambarkan seorang ibu dan beberapa tabung gas ukuran 3 kilogram serta jeriken minyak.

Adapun Budi Adi Nugroho seakan menggelindingkannya lebih jauh lewat I Like Contemporary, but Contemporary Likes It Shiny (Bapak Menganggur), berupa patung Homer Simpson, tokoh dalam film kartun The Simpsons, yang sedang duduk termangu. "Karya itu seakan meneruskan pemikiran bahwa bila ibu menjahit, maka bapak menganggur," kata Rizki.

Semua hasil karya para seniman muda itu dipamerkan di Gedung A dan lantai satu Gedung B dan C di Galeri Nasional. Pengunjung dapat pula menikmati karya-karya para empu yang menjadi sumber inspirasinya yang dipajang di ruang sebelah kanan di Gedung A. Selain itu, pengunjung bisa menikmati sekitar 100 karya seniman Indonesia yang menjadi koleksi Galeri Nasional yang dipamerkan di lantai dua Gedung B dan C.

KURNIAWAN

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

43 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

49 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya