Tari, Bunyi, dan Dialek Kuno

Reporter

Editor

Senin, 17 Mei 2010 09:22 WIB

Tempo/Aryus P Soekarno
TEMPO Interaktif, Jakarta - Tubuh-tubuh itu bergumul dengan cahaya bagaikan laron-laron – serangga kecil yang riuh ketika melihat benda menyilaukan. Namun mereka tak seramai serangga kecil itu. Cahaya yang membentuk serupa lorong panjang membuat mereka mendekat dan takjub, lalu terdiam.

Tak lama kemudian gemericik air sangat jelas terdengar. Tubuh-tubuh itu kembali mendendang. Kali ini mereka berpasang-pasangan. Membuat gerakan merunduk, lalu pecah terlempar hingga lantai, serta berjalan mundur memakai kedua kaki dan tangannya ke balik layar, mirip seekor binatang.

Begitulah Kuik Swee Boon menciptakan karyanya. Sebuah tari kontemporer yang memadupadankan kedahsyatan teknologi multimedia. Garapan yang bertajuk O Sounds itu dimainkan oleh tujuh penari dari Singapura di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, pada Jumat dan Sabtu malam pekan lalu.

Advertising
Advertising

Berdurasi 90 menit, tarian itu tampak begitu energetik. Ucapan-ucapan berlafal Cina membentuk tembang yang tiada henti terdengar. Sesekali tembang, yang ternyata lagu rakyat itu, diubah menjadi musik tekno. Atau dialek-dialek Hokkian totok dari sebuah percakapan, dijumput dan disusun menjadi sebuah fragmen melodi elektro-akustik. Tak jarang juga terdengar riuhnya suasana kota yang penuh sesak.

Kuik mencoba menggabungkan gerakan tari kontemporer, permainan layar, dan garapan musik tekno yang berakar dari lagu rakyat maupun dialek Cina yang hampir hilang di negerinya. "Saya terinspirasi oleh ayah saya, meski hubungan saya dengannya tak begitu dekat," kata Kuik seusai pementasan.

Proses kreatif Kuik dimulai dengan melakukan riset dan mengumpulkan dialek-dialek yang hampir punah di Singapura. Butuh waktu setengah tahun untuk menemukan tradisi dalam bentuk memoar, cerita, maupun nyanyian rakyat itu. Bersama Darren Ng, seniman bunyi yang bersama-sama menerjemahkan ide Kuik. Darren adalah komposer yang banyak bekerja dengan fragmen bebunyian elektro-akustik.

Tak dimungkiri, Singapura adalah negeri kecil yang banyak dihuni oleh berbagai tradisi. Ada tiga kultur besar yang hidup di Negeri Singa itu: Cina, Melayu, dan India. Cina adalah yang terbesar. Pesatnya perubahan masyarakat Singapura menuju modernitas menjadikan tradisi kuno mulai luntur. Inilah yang menggelitik Kuik bahwa seberapa banyak masyarakat boleh kehilangan tradisi.

Selain Darren, Kuik bekerja sama dengan seniman video asal Brasil, Gabriela Tropia Gomes. Ia mempersiapkan semua video yang ditampilkan pada saat pertunjukan. Salah satu sekuel video Gomes menyoroti rumah tua yang lusuh dan sunyi. Di dalam rumah itu, sejumlah penari mulai memperlihatkan beberapa gerakan. Kehadiran tayangan video itu memberi rihat sejenak bagi para penari di panggung.

Animasi multimedia garapan Gomes juga ikut serta menjadi bagian yang tak terpisahkan dari repertoar. Layar panjang dibentangkan di tepi panggung, kemudian dipantulkan gambar tembok lusuh berwarna kelabu. Dari atas muncul tubuh penari-penari yang terjatuh melayang dalam gerak lambat teratur. Lalu tubuh itu hilang menembus lantai. Dan satu penari sesungguhnya berada di tepi layar. Gambar itu betul-betul hidup.

Bukan hanya unsur bunyi maupun layar yang mencerminkan gugatan atas hampir punahnya tradisi. Kuik mencoba meramu gerakan-gerakan tradisi Cina, seperti Taichi, dalam koreografinya. Gerakan memutar-mutar menggambarkan simbol yin dan yang. Sesekali para penari itu menjompak-jompak dengan sangat bebasnya. Kaki mereka melayang di udara, meski sekejap, dan hanya ditumpu oleh pinggul maupun kedua tangan. Diperlukan energi besar untuk melakukan atraksi tersebut.

Gerakan berpindah tempat yang melibatkan kedua tangan dan kaki dalam posisi badan terbungkuk acapkali muncul. Agaknya Kuik konsisten dalam menjelaskan kesan kekunoannya. Namun akar gerakan balet tak juga ia kerdilkan.

O Sounds pernah dipentaskan pertama kali di Singapura pada 2008. Kali ini, selain di Jakarta, karya itu akan dipentaskan kembali di Polandia, Dubai, Paris, dan di negeri Kuik sendiri pada Singapore Arts Festival sepanjang 2010 ini.

ISMI WAHID

Berita terkait

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

40 hari lalu

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.

Baca Selengkapnya

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

28 Juli 2023

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.

Baca Selengkapnya

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

25 April 2023

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.

Baca Selengkapnya

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

21 Januari 2023

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

14 Desember 2022

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.

Baca Selengkapnya

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

3 September 2022

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi

Baca Selengkapnya

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

23 Maret 2021

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

1 Desember 2020

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.

Baca Selengkapnya