Batik Warisan Raja Pajajaran  

Reporter

Editor

Minggu, 25 April 2010 20:33 WIB

Komar dan batik pakuan Padjadjaran dengan Motif Ragen Penganten. (TEMPO) ADITYA HERLAMBANG PUTRA
TEMPO Interaktif, Bandung - Kekayaan batik Indonesia makin bertambah. Rumah Batik Komar di Bandung, Jawa Barat, kini tengah membuat 7 motif batik unik rancangan almarhum Lalam Wiranatakusumah. Karya yang disebut sebagai batik Pajajaran itu dipercaya sebagai pelengkap pakaian kebesaran Raja Prabu Siliwangi pada abad ke-15 hingga 16. “Inilah batik orang Sunda,” kata Komarudin Kudiya, pemilik Batik Komar di Bandung, Rabu lalu.

Komar memastikan, corak batik itu unik dan belum pernah dilihatnya di mana pun, baik dari buku-buku atau karya pengrajin batik yang beredar selama ini. Motif dan komposisinya sama sekali berbeda dengan batik Jawa, bahkan dengan batik Tasik, batik Garut, atau batik Cirebon yang tumbuh di Jawa Barat. Gambarnya terlihat megah.

Ketujuh motif batik itu bernama Banyak Ngantrang, Ragen Panganten, Gaganjar, Hihinggulan Rama, Hihinggulan Resi, Hihinggulan Ratu Binokasih, dan Hihinggulan Nanoman. Lebih dari 20 motif batik lainnya masih disimpan keluarga Lalam.

Advertising
Advertising

Batik pajajaran, kata Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat itu, lebih dominan memakai lambang tumbuhan, seperti daun pakis dan bunga loa. Adapun simbol hewan memakai burung berparuh panjang dengan sayap mengembang. Sebagai tanda kebesaran pemakainya, motif batik itu juga memakai lambang mahkota, trisula, serta kujang – senjata tradisional masyarakat Sunda.

Seluruh batik itu dibuat di atas kain berwarna dasar hitam. Adapun warna motifnya yang dibuat Komar hanya putih. “Soal pewarnaan, ada arahan dari keluarga almarhum. Warna-warna di kalangan masyarakat Sunda itu hitam, biru tua, merah hati, dan coklat,” kata magister lulusan Fakultas Seni Rupa Desain Institut Teknologi Bandung itu.

Warna-warna gelap tersebut konon berasal dari bahan alam. Warna merah dihasilkan dari buah galinggem (Bixa orellana), warna coklat dari tanah, dan warna biru dari daun pohon tarum (Indigofera spec.div). Adapun bahan perintang yang dipakai adalah lilin yang berasal dari sarang lebah. Dalam pengerjaannya, Komar masih memakai bahan-bahan sintetis. “Soalnya kalau sekarang pakai bahan alam sementara jumlah pesanannya banyak, kita bisa kerepotan,” ujarnya.

Keunikan batik Pajajaran lainnya adalah tak memakai isen-isen, dan gambar motifnya tak menutupi seluruh bidang kain. Juga selalu ada celah tipis sekitar 0,3 milimeter antar bagian gambar sehingga menimbulkan kesan garis.

Gaya itu, tutur Komar, masih menyulitkan pengrajin di tempatnya yang biasa memainkan canting batik tulis. Seorang pengrajin membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan untuk menyelesaikan selembar kain standar yang berukuran lebar 107 centimeter dan panjang 260 centimeter.

Menurut Euis Lalam Wiranatakusumah, mendiang suaminya telah membuat motif batik Pajajaran sejak berusia 14 tahun. Keturunan menak Bupati Bandung pertama Wiranatakusumah itu wafat pada usia 58 tahun pada Januari lalu di Majalaya, Bandung. Karyanya mengacu pada sejumlah naskah kuno, seperti Sang Hyang Siksakandang Karesian yang ditulis pada 1518.

Isi naskah itu, antara lain, tentang batik yang sudah dikenal masyarakat Sunda pada abad ke-12. “Selama kurang lebih 500 tahun batik Sunda terkubur,” kata Euis saat dihubungi Tempo, Kamis lalu. Pada zaman itu, tak cuma batik tulis yang dibuat, melainkan juga batik tenun dengan alat bernama keuntreung.

Dalam naskah lain, Ratu Pakuan, diceritakan ketika pernikahan Prabu Siliwangi dengan Ratu Ambet Kasih, salah satu perlengkapan yang dipakai adalah sinjang dodot (kain panjang). Motifnya diperkirakan memakai Ragen Panganten. Adapun motif batik Banyak Ngantrang, digunakan saat upacara penobatan Prabu Siliwangi sebagai Raja Pajajaran. Kedua motif itu telah didaftarkan hak ciptanya oleh pemerintah Kota Bogor.

Menurut Euis, keluarganya belum bisa mengeluarkan seluruh karya Lalam untuk dibuat para pembatik secara massal. Pembuatannya harus ditulis, bukan memakai cetakan.

Ihwal harga batik Pajajaran, baik Komar maupun Euis mengaku belum menentukan harga jualnya. Pastinya, tutur Komar, biaya produksi selembar kain batik Pajajaran mencapai Rp 1,5 juta. “Batik itu bisa dipakai sebagai kain atau baju.”

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

43 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

50 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya